Santri Kuliah Di Luar Negeri? Simak Pengalaman Allena Swuan Natalie di Taiwan

darulmaarif.net – Indramayu, 21 Februari 2023 | 20.00 WIB

Penulis: Usth. Soraya Nafilah Mumtazah

Allena Swuan Natalie, Alumni Pontren Darul Ma’arif angkatan 2022

Tinggal di pesantren tidaklah menjadi penghalang cita-cita, agar bisa kuliah di luar negri. Tentunya semua itu tidaklah menjadi tidak mungkin bukan? Seorang santriwati Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu, ia dapat mewujudkan cita citanya untuk kuliah di negeri Taiwan.

Bernama lengkap Allena Swuan Natalie, kelahiran Indramayu 29 Mei 2005, Allena tinggal di Bongas Blok Sabrang Wetan Kecamatan Kertajaya, Indramayu Jawa Barat. Allena merupakan santriwati Pondok Pesantren Darul Ma’arif lulusan tahun 2022 selama 3 tahun, dan sekarang Allena kuliah di Chaoyang University of Technology Taiwan.

Negara Taiwan sendiri merupakan Negara yang mayoritas beragama Buddha, Taoisme, dan Kristen, yang terletak di sebuah pulau di Asia Timur, yang sering di kenal dengan nama ibu kotanya yaitu Taipe, dengan kepala seorang presiden. Mata uang yang di gunakan yaitu: New Taiwan dollar, bahasa resmi yang digunakan di Negara Taiwan yaitu bahasa Mandarin Standar (aksara tradisional).

Terkadang kita mempunyai impian yang tinggi namun terlalu banyak insecure yang kita rasakan, tidaklah dengan Allena, alumni santri putri pondok pesantren Darul Ma’arif, dia sangat teguh dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-citanya.
Dengan banyaknya proses yang di lalui Allena, di Taiwan dia akan berbagi pengalaman dan menceritakan tentang bagaimana proses adaptasi kehidupan di lingkungan baru, Negara yang baru dia kunjungi.

Adaptasi : Cuaca, Makanan , Tempat Ibadah

“awal saya disini saya bener-bener bingung, karena menurut saya banyak perbedaan yang saya rasakan saat itu dari makanan, iklim, dan orang-orangnya juga,’’ begitulah ujar Allena tentang awal beradaptasi disana.

‘”Cuaca disini juga sama kaya di Indonesia, bedanya cuma disini ada winter (musim dingin) dan summer (musim panas). Kadang kalo winter biasanya orang-orang pada pake jaket tebal, karena cuacanya sangat dingin, dinginnya bisa mencapai 6° Celcius, dan itu bener-bener dingin banget. Jadi kalo tidur ngga perlu pake Ac atau kipas angin aja it’s oke, malahan masih tetep dingin. Dan kalo summer dimulai pada bulan juni sampe akhir bulan september biasanya kalo summer suhunya itu sampe 34c, bener-bener panas banget”. Lanjut cerita Allena.

Allena juga mengungkapkan kalau Agama mayoritas penduduk Taiwan Non-Muslim, Rata-rata didominasi oleh umat beragama Budha. Oleh karena mayoritas penduduknya Non-Muslim ia juga kesulitan mencari makanan halal. Meskipun tetap ada makanan halal untuk dibeli. Jika susah, kadang Allena juga makan dengan masakan ala sendiri.

‘’karena di Taiwan mayoritas penduduknya beragama non Islam, dan pasti susah buat nyari makan yang halal, tapi ngga perlu khawatir kok, disini juga tersedia makanan yang halal. Tapi ya rasanya ngga terlalu enak ngga seperti masakan rumah kan? hahaha…tapi gapapa kan yang penting halal, kadang saya suka masak sendiri kalo mau enak rasa masakannya.” Ungkapnya.

“Cara makan disini semua menggunakan sumpit, beda dengan di Indonesia kita bisa menggunakan sendok dan garpu bahkan lebih nikmat lagi pakai tangan, baru-baru mah pasti lumayan susah untuk pakai sumpit tapi lama kelamaan saya mulai terbiasa’’, suara Allena terdengar antusias ditelepon saat menceritakan cara makan pakai sumpit.

Meski banyaknya Non-Muslim, Allena tetap merasakan keteduhan beragama yang rukun dan saling menghargai perbedaan.

‘’Untuk ibadah, ngga terlalu sulit karena ditempat tinggal saya ada fasilitas untuk muslim, karena orang-orang sini sangat menghargai perbedaan.”

Menghadapi Perbedaan Budaya

Setiap daerah tentu memiliki perbedaan budaya. Apalagi sebuah negara yang dipisah jarak dan sejarah panjang bagaimana sebuah negara itu terbentuk. Menghadapi perbedaan budaya Indonesia dengan Taiwan, tentu saja Allena merasa harus banyak belajar arti sebuah perbedaan dan berusaha menghargai budaya lain. Sebut saja, saat di Indonesia kita tau cara berkenalan dengan salaman tangan, atau menyapa dengan ramah-tamah, tapi di Taiwan ternyata berbeda.

“Awal saya dateng menginjakkan kaki di Taiwan, sebagai pendatang atau warga baru tentunya saya harus ramah, mengajak kenalan orang-orang sekitar saya, saya tidak tau bahwa tradisi di Taiwan ketika berkenalan hanya senyum dan menundukan kepala, saat itu ketika saya ingin berkenalan saya menyodorkan tangan untuk bersalaman dan mengajak berkenalan, ternyata tidak di respon oleh orang tersebut, bahasa lainnya di kacangin hehe, dan teman saya memberi sedikit pemahaman kalau di Taiwan tidak terbiasa dengan budaya bersalaman, saat itu saya sedikit demi sedikit memahami budaya yang ada di Taiwan”. Kata Allena

Kebiasaan Ala Santri yang Masih Dilakukan Sampai Sekarang

Santri, dimanapun tempatnya tetaplah santri. Meski sudah menjadi alumni santri Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Allena masih merasakan salah satu budaya santri yang ada di Taiwan. Sebut saja budaya ngantri.

“Salah satu budaya yang sangat sering dilakukan di Taiwan yaitu budaya mengantri, kalau kalian berkunjung ke Taiwan banyak sekali gerai makanan dengan antrian yang panjang dan begitu teratur, tentunya saya sudah tidak aneh dalam hal mengantri, karena di pondok pesantren Darul Ma’arif seringkali, setiap saat kapanpun itu, kita pasti ngantri dan harus sabar untuk nunggu , kaya ngantri mandi, ngantri ngambil makan, ngantri jajan, dan banyak lagi, ketika di pesantren”. Tutur Allena mencoba menerka-nerka dan berusaha menghadirkan kembali nuansa nostalgia saat masih menjadi santri Darul Ma’arif.

“Dan juga, salah satunya kebiasaan berbahasa, karena di pondok pesantren Darul Ma’arif, saya dan teman-teman selain belajar pelajaran pesantren (keagamaan), kami juga belajar bahasa Inggris dan bahasa Arab. Oleh karena itu, ketika saya berkuliah di luar negeri, saya sudah mempunyai sedikit bekal dalam berbahasa Inggris, walaupun di Negara Taiwan menggunakan bahasa mandarin, namun bahasa Inggris ialah bahasa internasional. Jadi untuk sementara ini saya masih menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi, dan tentunya sambil belajar bahasa mandarin juga”.

Nasehat Bu Nyai yang Terkenang Selama Mondok di Darul Ma’arif

Bu nyai Alfa Fadilah pernah bilang ke saya dan temen-temen saat ngaji kitab bareng: ‘Jadilah orang yang sabar, karena akan datang hal-hal yang baik untuknya’.

Karena ucapan Bu Nyai tersebut, ketika saya menjalani segala proses untuk bisa kuliah di luar negeri, saya tidak lupa selalu sabar karena saya yakin bahwasannya pasti takdir baik yang akan saya dapatkan, dan tidak lupa untuk meminta doa restu orangtua agar beliau selalu mendoakan setiap perjalanan yang saya lalui, and Whell, alhamdulillah saya dapat diterima di Chaoyang University of Technology Taiwan’’.

Manfaat Nyantri yang Masih Terasa

Tak hanya memori kenangan bersama Bu Nyai yang masih tergambar di benak Allena, kegiatan kepesantrenan pun masih ia bungkus rapi dalam sanubari nya. Terbukti, ia juga masih fasih menceritakan bagaimana rasanya jadi santri. Dalam keadaan masih mengantuk, jam 4 dini hari sudah dioprak-oprak sama OPDM dan Asatidzah. Dan ternyata, kedisiplinan dalam aturan pondok pesantren Darul Ma’arif sangat terasa sekali dampak untuk kehidupan Allena di Taiwan.

“Ketika di pesantren, banyak sekali kegiatan baik formal maupun informal. Dari bangun subuh jam 4 pagi sampai jam 10 malam baru bisa beristirahat. Oleh karena itu saat nyantri kita perlu memiliki Time Management yang baik, disini sangat terasa sekali manfaat Time Management karena jadwal kuliah yang padat dan assignments yang lumayan memeras otak, karena itu Time Management sering kita lakukan saat di pesantren, menjadi manfaat ketika diluar kita sudah terbisa dalam mengatur waktu,’’

Tips Ala Santri Kuliah Di Luar Negeri

Sebelum mengakhiri cerita tentang Allena, alangkah baiknya mari kita simak tips-tips untuk para santri yang ingin kuliah di luar Negeri. Allena juga berharap bahwa santri harus bisa menguasai banyak hal di dunia ini. Tidak hanya attitude, skill dan knowledge juga harus diperluas dan di perdalam lagi. So, mari kita simak beberapa tips ala Allena agar bisa kuliah di luar negeri.

  1. Sering melatih dalam berbahasa ,di mulai dari yang sederhana, bisa belajar lewat internet atau dengen teman untuk berkomunikasi menggunakan bahasa inggris;
  2. Perbanyak membaca buku tentang bidang yang di minati;
  3. Istiqomah dalam menjalankan ibadah yang wajib dan sunnah;
  4. Perbanyak doa;
  5. Jangan pernah menyerah, jika gagal cobalagi, jika jatuh bangkit lagi, yakin bahwa Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik.

Jangan minderan jadi santri. Santri itu istimewa, karena kita belajar banyak hal dalam satu waktu, kita belajar tentang kemandirian, keagamaan, keduniawian dan juga ilmu kehidupan gotong-royong yang mungkin jarang didapatkan oleh murid biasa. Jadi yakin pasti santri dapat mudah beradaptasi di lingkungan luar dan tentunya juga membawa fondasi keagamaan yang telah tertancap dalam jiwa santri. Santri hari ini adalah santri yang berfikiran luas, cerdas namun kental akan budaya keagamaan pesantren. Santri jaman now* harus memiliki pribadi yang tangguh, berwawasan luas, berakhlakul karimah dan tetap cinta NKRI (Hubbul Wathon Minal Iman).

Sekian dan 再见….