darulmaarif.net – Indramayu, 11 Maret 2023 | 08.00 WIB

Membuka pembahasan tentang hubungan antara nafsu, akal dan puasa, mari kita simak baik-baik firman Alloh dalam Surah Al-Furqon ayat 43:
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Artinya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (Q.s Al-Furqon ayat 43)
Ayat tersebut menerangkan kepada kita, bahwa hawa nafsu yang berupa suatu kecenderungan hati kepada dorongan syahwat tanpa kendali. Seperti dorongan syahwat untuk berkuasa, menguasai yang bukan haknya. Begitu kuatnya hawa nafsu tersebut hingga seseorang menjadikannya sebagai tuhan bagi dirinya sendiri.
Menjadikan jabatan sebagai tuhan, menjadikan kekayaan sebagai tuhan, menjadikan kelebihannya sebagai tuhan, menjadikan prestise sebgai tuhan, menjadikan organisasinya sebagai tuhan dan lainnya yang timbul dari syahwat negatif. Inilah yang dimaksud ayat diatas.
Alloh ‘Azza wa Jalla kemudian memberikan jalan keluar agar hawa nafsu itu bisa ditekan supaya terkendali oleh syari’at. Di antaranya adalah dengan perintah kewajiban puasa. Puasa adalah salah satu cara untuk menekan diri dari tidak terkendalinya hawa nafsu.
Sebagaimana diketahui definisi puasa seperti dijelaskan dalam Fiqih Al Manhaji karya Dr. Musthofa Al Bugho, puasa dalam bahasa Arab disebut “ash Shiyam” (الصيام) yang secara bahasa berarti “al- imsaaku anisy syai’i” (الإمساك عن الشيئ) yakni menahan dari sesuatu baik perkataan ataupun makanan. Intinya adalah menahan diri dari makan dan minum serta hubungan suami istri semenjak Subuh sampai Maghrib tiba.
Puasa, menurut Imam Ibn Katsir sebagai cara mempersempit jalannya setan. Di samping untuk mensucikan jiwa (tazkiyatun nafs).
Dalam sebuah hadits, baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:
قال صلى الله عليه وسلم : إن الشيطان ليجري من ابن آدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع (رواه متّفق عليه)
“Sesungguhnya Setan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih) [Disebutkan dalam Kitab Ihya’ I/232, Berkata al-‘Irooqy “Hadits ini riwayatnya Muttafaqun ‘Alaih”]
Alkisah yang diambil dari kitab Durrotun Nasihin hal 13, sebelum Alloh Swt menciptakan akal dan nafsu yang hendak diletakkan dalam diri nabi Adam A.s, terlebih dahulu Alloh menguji keduanya agar kelak dikemudian hari nabi Adam As dan anak cucunya tahu fungsi dari keduanya, cara menggunakan dan menaklukkan keduanya.
Saat Alloh menciptakan akal, Alloh bertanya kepada akal,
“Siapakah kamu, siapakah Aku ?”
“Saya hamba, Engkau Tuhan.” Jawab akal
Kemudian Alloh memerintahkankan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal mematuhi perintah Alloh. Hal ini menunjukkan bahwa akal begitu taat kepada Alloh.
“Wahai akal, sesungguhnya Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih mulia ketimbang dirimu” Puji Alloh terhadap akal.
Setelah itu Alloh menciptakan nafsu. Ketika Alloh bertanya kepada nafsu,
“Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?”
Nafsu menjawab dengan sikap membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Karena itulah Alloh murka kepadanya dan memberikan didikan kepada nafsu agar insaf. Alloh memasukkan nafsu kedalam neraka jahannam selama 100 tahun, ia dipukul dan dibakar hingga hangus menjadi arang. Kemudian setelah nafsu dikeluarkan dari neraka, Alloh bertanya lagi kepadanya,
“Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?”
Nafsu menjawab dengan sikap membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Nafsu belum sadar akan penciptaannya, Alloh perintahkan agar nafsu dipenjarakan selama 100 tahun dengan tidak diberi makan atau pun minum, keadaan nafsu saat itu benar-benar lemah karena lapar dan dahaga. Setelah genap 100 tahun Alloh keluarkan nafsu dari ruang tahanan “lapar dan dahaga” Alloh bertanya lagi kepadanya,
“Siapa engkau, siapa Aku?”
Setelah semua itu, barulah nafsu mengenal Tuhannya, ia menjawab, “Engkau Tuhan, aku hamba”
Ternyata untuk mengalahkan nafsu yang ada dalam diri manusia tidak perlu dibakar, dipukul melainkan dengan dikarantina dalam penjara “lapar dan dahaga” atau yang kemudian dikenal dengan nama PUASA.
Setelah itu Alloh memasukkan akal dan nafsu ke dalam diri nabi Adam As, dan saat Nabi Adam datang ke bumi, keturunan manusia bertambah banyak. Maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal.
Karena akal dan nafsu ada dalam diri manusia, maka terjadilah pertentangan antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah ada henti-hentinya. Kadang-kadang nafsu yang menang, kadang-kadang akal menang. Buktinya, jika kita berhadapan dengan perbuatan yang baik, maka nafsu akan menolaknya dan mengajak kepada kejahatan sedangkan akal mengajak kepada kebaikan. Kalau kita mengikuti nafsu, artinya kita kalah. Sebaliknya, jika kita mengikuti akal maka kita menang.
Berkaitan dengan Nafsu, Alloh berfirman dalam surat Yusuf ayat 53:
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٥٣
Artinya: “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.s Yusuf ayat 53)
Namun bagaimanapun nafsu berbahaya di satu sisi, ia tetap diperlukan oleh manusia. Bila nafsu musnah, manusia juga akan musnah. Sebagai contoh adalah nafsu makan. Nafsu makan tidak akan hilang karena merupakan fitrah alami manusia. Jika nafsu makan tidak ada, manusia akan mati. Begitu juga dengan nafsu terhadap lawan jenis. Jika nafsu ini tidak ada, maka manusia tidak akan berketurunan, dan pada akhirnya akan punah. Nafsu juga berfungsi sebagai kehendak manusia untuk memiliki khidupan yang lebih baik, seperti memiliki angan-angan dan bercita-cita di dunia, berlomga-lomba untuk kemajuan, dsb.
Pernah seorang sahabat datang kepada Rosululloh dan memberitahukan bahwa ia ingin membunuh nafsunya agar ia dapat bersungguh-sungguh berjuang. Tetapi Rosululloh melarang karena Rosululloh sendiri juga berumah tangga, dan beliau juga bangga jika umatnya memiliki keturunan yang banyak. Pernah juga ada seorang sahabat yang mengatakan kepada Rosululloh bahwa ia (sahabat tersebut) ingin berpuasa terus menerus agar dapat lebih berbakti kepada Alloh. Rosululloh Saw juga melarangnya karena Baginda Nabi Muhammad Saw sendiri juga berpuasa dan berbuka. Rosululloh Saw juga tetap bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan kehidupan di dunia dan dan Akhirat. Jadi, Rosululloh memberi jalan tengah. Nafsu ini tetap diperlukan untuk manusia. Akan tetapi, jangan sampai salah langkah sehingga membawa kita ke Neraka. Rosululloh bersabda tentang nafsu ini:
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
Artinya: Rosululloh Saw pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka Rosululloh Saw pun menjawab: ‘Takwa kepada Alloh dan akhlak yang mulia”. Dan ketika ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka Rosululloh Saw menjawab, “Mulut dan fajri (kemaluan)”. (HR Tirmidzi)
Nafsu juga dapat kita jadikan kuda untuk ke Syurga. Sebagian orang jika mendengar kata nafsu, hanya terbayang hal-hal yang jahat saja. Sedangkan nafsu itu adakalanya jahat, adakalanya baik. Nafsu akan menjadi baik jika dilatih. Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali At-Tusy mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, jika dilatih akan menjadi baik. [Disarikan dari kotab Ihyaa’ ‘Uluumiddin III/173]
وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لكل شيء آلة وعدة وإن آلة المؤمن العقل ولكل شيء مطية ومطية المرء العقل ولكل شيء دعامة ودعامة الدين العقل ولكل قوم غاية وغاية العباد العقل ولكل قوم داع وداعى العابدين العقل ولكل تاجر بضاعة وبضاعة المجتهدين العقل ولكل أهل بيت قيم وقيم بيوت الصديقين العقل ولكل خراب عمارة وعمارة الآخرة العقل ولكل امرىء عقب ينسب إليه ويذكر به وعقب الصديقين الذي ينسبون إليه ويذكرون به العقل ولكل سفر فسطاط وفسطاط المؤمنين العقل // حديث ابن عباس لكل شيء آلة وعدة وإن آلة المؤمن العقل الحديث أخرجه ابن المجبر وعنه الحارث
Artinya: “Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas rodliallohu ‘anhu, bawha Rosululkoh Saw bersabda: ‘Setiap sesuatu memiliki alat dan mesin, alat orang-orang mukmin adalah akalnya. Setiap sesuatu memiliki kendaraan, kendaraan orang-orang mukmin adalah akalnya. Setiap sesuatu memiliki tiang penyangga, tiang penyangga agama adalah akal. Setiap kaum memiliki bendera, benderanya hamba-hamba Alloh adalah akalnya. Setiap kaum memiliki penyeru, penyeru orang-orang ahli ibadah adalah akalnya. Setiap pedagang memiliki harta dagangan, harta dagangan para Mujtahid adalah akalnya. Setiap keluarga memiliki nilai, nilai keluarga orang-orang jujur adalah akalnya Setiap kehancuran terdapat pembangunan, pembangunan akhirat terletak pada akal. Setiap seseorang memiliki kesudahan yang membuatnya dikenang dan diingat, Kesudahan yang membuat dikenang dan diingat orang-orang jujur terletak pada akalnya. Setiap orang bepergian memiliki tenda menginap, tenda orang-orang mukmin adalah akalnya”. (HR. Ibnu Mujbir dan alHarits). [Ihyaa’ ‘Ulumuddin JuzI/84-85]
Yaa Ilahi, Jadikan selalu akalku sebagai pemenang dalam mengalahkan nafsu yang selalu menuntunku durhaka terhadap-Mu, jadikan Ramadhan nanti sebagai sarana untuk melunakkan nafsuku demi menggapai Ridho-Mu dan sarana kembali mengenal-Mu.
Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin…
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Pontren Marul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net