darulmaarif.net – Indramayu, 13 Februari 2023 | 08.00 WIB

Selama ini kita hidup di era modern dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih. Manusia modern mestinya mampu berpikir logis dan mampu menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pun, manusia modern mestinya lebih ‘arif dan bijak serta lebih berbahagia dalam kehidupanya. Namun sayang, pada dataran realitasnya sekarang justru berbanding terbalik. Banyak yang kualitas hidupnya rendah dibandingkan dengan kemajuan teknologinya.
Perubahan pengetahuan yang begitu lesat menjadikan manusia tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan lingkungannya. Akibatnya, banyak orang mengalami keresahan, kehampaan spiritual, kehilangan makna serta tujuan hidup yang hakiki dan menimbulkan ketidakseimbangan mental serta mengalami gangguan kejiwaan.
Diantara gangguan kejiwaan itu antara lain penyakit psikosomatik, yakni gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan sosial. Kata psikosomatik merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Jika diartikan, gangguan psikosomatik adalah keluhan fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukannya oleh alasan fisik yang jelas, seperti luka atau infeksi.
Gangguan psikosomatik dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Munculnya keluhan psikosomatik pada seseorang biasanya diawali dari masalah kesehatan mental yang dialaminya, seperti takut, stres, depresi, atau cemas, kesepian, kebosonan yang berkepanjangan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi psikosomatik dapat disebut penyakit gabungan, fisik dan mental, atau dalam bahasa arabnya disebut “nafs-jasadiyah”. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
Penderita psikosomatik biasanya mengeluh tidak enak badan, jantung berdebar-debar, susah tidur, merasa lemah, dan tidak bisa konsentrasi. Penemuan medis terbaru menyatakan, bahwa sekitar 70 % pasien yang datang berobat ke dokter atau rumah sakit tidak mengalami sakit secara fisik. Tetapi kebanyakan karenan gangguan mental yang berakibat pada penyakit fisik.
Gangguan mental ini jika dilacak lebih jauh erat kaitannya dengan kondisi hati seseorang. Sebagaimana masalah psikosomatik ini, 14 abad yang lalu baginda Nabi telah menginformasikan keterikatan antara kondisi psikis dan mental seseorang dalam sebuah hadits.
Didalam Shahihain, dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Aku telah mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ
Artinya: “Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasad, namun apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati!.” (H.R Imam Bukhori dan Muslim)
Ibnul Qoyyim al-Jauzy rahimahulloh berkata dalam mukadimah kitabnya, Ighotsatul Lahfan:
ولما كان القلبُ لهذه الأعضاء كالملِكِ المتصرِّف في الجنُود الَّذي تصدُرُ كلُّها عن أمرِه، ويستعمِلُها فيما شاءَ، فكلُّها تحتَ عبوديتِه وقهرِه وتكتسِبُ منه الاستقامَةَ والزَّيغ، وتَتْبَعه فيما يعقِدُه من العَزم أو يحلُّه، قال النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم : «أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً, إِذَا صَلَحَتْ, صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ القَلْبُ»،هو مَلِكُها وهيَ المنفِّذَة لمَا يأمرُها به، القابلةُ لِمَا يأتِيها منْ هَديَّتِه، ولا يستقيمُ لها شيءٌ مِنْ أعمالها حتَّى تَصدُرَ عن قَصدِه ونيتِه، وهو المسئُول عنها كلِّها
Artinya: “Tatkala hati kedudukannya bagi badan seperti raja yang berkuasa mengatur pasukannya, semua (pergerakkan)nya berasal dari perintahnya, dan sang raja menggerakkannya sesuai dengan kehendaknya maka semua (anggota badan) dibawah pengaturan (hati) dan kekuasaannya. Dari (hati) inilah dihasilkan kelurusan dan penyimpangan. Badan mengikuti tekad kuat hati atau mengikuti sesuatu yang tidak dikehendaki oleh hati.
Solusi Islam dalam mengatasi Psikosomatik
Gangguan mental seseorang yang disebabkan oleh kondisi kejiwaan seseorang yang sedang sakit ini dapat disembuhkan dengan terapi psikis.
Terapi psikis ini berusaha melepaskan beban kondisi mental akibat tekanan-tekanan batin yang berakibat munculnya gejala-gejala psikosomatis. Jiwa, dalam hal ini hati sebagai raja yang memerintah seluruh gerak-geriknya kondisi fisik seseorang sangat berpengaruh pada keadaan fisiknya.
Syekh Ibnu ‘Athoillah As-Sakandary dalam kitab masterpiece nya Al-Hikam pada hikmah ke 4 beliau mengatakan:
أَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبِيْرِ. فَمَا قَامَ بِهِ غَيْرُكَ عَنْكَ لَا تَقُمْ بِهِ لِنَفْسِكَ
Artinya: “Istirahatlah dirimu dari mengatur urusanmu, karena segala yang telah diurus untukmu oleh “selain-mu” (Yakni Alloh), tak perlu engkau campur tangan.” (Al-Hikam, Ibnu ‘Athoillah As-Sakandary)
Menurut Syekh Ahmad Zaruq dalam syarahnya, penyebutan “pelepasan untuk istirahat” menandai adanya beban pikiran dan beban kejiwaan yang meletihkan. Beban pikiran dan kejiwaan tersebut menuntut pelepasan dan peristirahatan.
افاد ذكره للإراحة وجود التعب فيما تطلب الاستراحة منه وهو التدبير
Artinya: “Penyebutan ‘pelepasan’ menandai adanya beban keletihan yang menuntut istirahat dari sesuatu, yaitu tadbir.” (Syekh Ahmad Zaruq, Hikam Ibni Athaillah Syarah Al-Arif billah Syekh Zaruq, (Syirkah Al-Qaumiyyah: 2010 M/1431 H), halaman 18)
Tadbir yang dimaksud di sini adalah mencemaskan masa depan dengan berlebihan sehingga mengerahkan seluruh daya upaya untuk mewujudkan masa depan yang diimpikan oleh nafsunya. Tadbir dalam arti ini sangat tidak baik karena hal ini dapat merampas ketenangan hidup dan lebih-lebih pada kenyataannya, tidak seluruh yang ditakutkan akan benar-benar terjadi. Kesempatan ibadah pun akan berkurang drastis karenanya.
Alloh akan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya dengan cara yang misterius. Masa depan setiap orang sesungguhnya adalah tanggungan-Nya. Dialah yang menjamin rizki tiap makhluk. Sebagaimana Alloh telah mengundang kita sebagai tamu di bumi-Nya, yakinlah bahwa Alloh pasti menjamin tamu-Nya dengan cara menjamunya.
Depresi, stress, cemas, kebosanan dan lain sebagainya jika ditinjau lebih dalam semuanya bermuara pada kondisi mental/hati seseorang yang takut secara berlebihan terhadap masa depan dan apa-apa yang akan terjadi didalamnya. Ketakutan semacam ini yang pada akhirnya akan menimbulkan dampak negatif bagi fisik berupa penyakit psikosomatik.
Adapun ketenangan dan kedamaian pikiran terdapat pada keridloan dan keyakinan kepada Alloh, bahwa Alloh yang memiliki putusan dan Alloh telah mengatur hal-hal yang dicemaskan dan diharapkan tersebut.
إن الله جعل الروح والراحة في الرضى واليقين
Artinya, “Rosululloh Saw bersabda, ‘Alloh menjadikan kedamaian dan ketenangan jiwa terletak pada ridlo dan keyakinan.”‘ (Syekh Ahmad Zaruq, 2010 M/1431 H: 18).
Untuk itu, kata Syekh Zaruq, marilah kita jangan membebani diri dengan overthinking, depresi, kecemasan berlebihan yang menjadi ketakutan dan tekanan batin. Semua itu merupakan beban pikiran dan tekanan batin yang tidak berfaedah, aktivitas diluar domain dan wewenang, dan hanya keletihan tanpa hasil. (Syekh Ahmad Zaruq, 2010 M/1431 H: 18).
Pikiran dan jiwa manusia memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Manusia tidak dapat menanggung tekanan batin dan beban pikiran yang berlebihan. Pikiran dan jiwa manusia hanya dapat menerima beban yang wajar dan proporsional.
Agar kita terhindar dari penyakit psikosomatik, segala sesuatu yang bersumber dari Alloh, kembalikan semuanya pada Alloh. Tidak semua hal yang kau inginkan dapat terwujudkan. Segala sesuatu yang sudah tertakar, tak akan pernah tertukar.
Jangan terbebani dengan kecemasan yang berlebihan, ketakutan yang berkepanjangan, depresi yang membuat pikiran kalut dan perasaan tertekan. Kita punya hati yang bersumber dari-Nya, dan segala permasalahan hidup yang sedang kita hadapi, mintalah pertolongan pada Sang Pemilik Hati yang Sejati.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Pontren Marul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net