darulmaarif.net – Indramayu, 11 Februari 2023 | 16.00 WIB
Anak adalah anugerah terindah yang harus kita syukuri yang diberikan oleh Alloh dan pelengkap manusia ketika sudah berumah tangga, jika seorang laki-laki dan perempuan sudah menikah tetapi belum dikaruniai anak maka belum lengkap rasanya. Rasa syukur yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua adalah dengan mengasuh, menyayangi, mencintai dan memberikan pendidikan yang layak untuk anaknya. Anak bukan hanya anugerah terindah yang diberikan oleh Pencipta tetapi juga titipan Alloh yang diberikan kepada orangtua yang layak dan siap untuk mengasuh anak tersebut. Anak baru lahir kondratnya adalah suci dan anak akan tegantung pada orang tua yang mengasuhnya kelak, seperti apa kedua orang tua itu, maka anaknya juga akan seperti mereka. Rasululloh Saw bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitroh, hingga ia fasih (berbicara). Kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir)
Oleh sebab setiap anak lahir dalam keadaan fitroh, hingga orangtua nya lah yang menjadikan anak menjadi Yahudi, Nashroni, atau Majusi, maka penting kiranya orangtua mendidik anak agar sesuai dengan prinsip yang diajarkan Alloh melalui rosul-Nya. Pendidikan anak ala Rasululloh Saw pada saat ini lebih sering dikenal dengan istilah prophetic parenting. Konsep dalam prophetic parenting adalah mendidik anak dengan berkiblat pada cara-cara yang dilakukan Rosululloh Saw dalam mendidik keluarga dan sahabat beliau.
Konsep prophetic mendasar pada keteladanan (uswatun hasanah) yang terdapat pada diri Baginda Nabi Muhammad Saw. Menjadi sebuah penekanan penting bahwasanya dalam prophetic parenting berlaku sebuah proses pendidikan bukan sekadar proses pengajaran. Karena dalam proses pendidikan selain mengajarkan ilmu juga menanamkan nilai-nilai.
Prophetic parenting dimulai dari membimbing setiap orang tua yang mendidik anak mulai dari mereka belum disebut orang tua. Maksudnya adalah membimbing setiap pemuda dan pemudi untuk mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin sebelum mereka menikah dan mempunyai anak.
Orangtua bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anaknya, mengajari, mengarahkan, dan mendidik. Tanggung jawab orangtua meliputi tanggung jawab keimanan, materi, fisik, moral, akal, kejiwaan, sosial, dan seksual. Tanggung jawab inilah yang disebut sebagai bentuk pengasuhan. Tujuan dari pengasuhan itu sendiri adalah untuk membentuk anak-anak menjadi manusia yang sehat, cerdas, berkarakter mulia, berakhlak serta mampu menjadi generasi kuat bukan generasi yang lemah dan memiliki masa depan yang cerah. Agar semua ini terwujud maka orangtua harus mengetahui dan menerapkan pola asuh yang benar sesuai dengan tahapan perkembangan anaknya yang tentunya berlandaskan syari’at Islam yang telah diajarkan oleh Rosululloh dalam berbagai sunnahnya. Orangtua lah yang berperan penting untuk mengarahkan kehidupan anak tersebut, mengarahkan anak kepada kebaikan atau keburukan, mengarahkan pada kecerdasan atau kebodohan, mengarahkan pada akhlak mulia atau akhlak tercela. Peran orangtua tidak hanya ibu, namun ayah juga sangat berpengaruh dalam mengasuh anaknya, dan hampir setiap waktu anak akan selalu bersama orang tuanya. Seperti sabda Rosullulloh Saw:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ رواه البخارى والمسلم)
Artinya : “Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rosulullou Saw. Berkata: ‘Setiap kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin di dalam rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin, akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.'” (H.R Imam Bukhori dan Muslim)
Bangsa Indonesia saat ini sudah mulai menipisnya akhlak pada setiap anak dan generasi muda. Sehingga pengasuhan dalam Islam bisa menjadi salah satu solusinya. Pada masa anak-anak sangat penting untuk membentuk karakter anak. Anak sedang berada pada masa keemasan (golden age) dan keberhasilan pengasuhan pada usia emas ini sebagai penentu keberhasilan anak dimasa remaja dan dewasanya sehingga nanti akan menghasilkan anak-anak yang beakhlak mulia dan mampu menjadi generasi emas dengan membawa cahaya kegemilangan bagi bangsa ini.
Menurut Drajat (1985), pola asuh secara Islam adalah satu kesatuan yang utuh dari sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak yang masih kecil dalam mengasuh, mendidik, membina, membiasakan, dan membimbimbing anak secara optimal berdasarkan Al-Qura’an dan Sunnah Rosulullaloh Saw. Pola asuh dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan kompetensi-kompetensi tertentu pada anak. Ketika orang tua berinteraksi dengan anaknya dalam pengasuhan ini orang tua haruslah cerdas mengetahui perkembangan anaknya yang meliputi kompetensi akidah dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kompetensi akhlak (moral), kompetensi fisik, kompetensi motorik, kompetensi akademik, serta kompetensi sosial-emosi. Dan didukung dengan pendidikan yang berlandaskan agama Islam.
Dalam mendidik anak, ada empat tahap bagaimana mendidik anak ala Rosululloh Saw sebagai berikut:
Umur anak-anak 0-6 tahun
Pada tahap ini, Rosululloh Saw menyuruh kita untuk memanjakan seperti raja dan ratu, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang tanpa batas. Berikan mereka kasih sayang dengan bersikap adil terhadap setiap anak-anak.Tidak boleh dipukul sekiranya mereka melakukan kesalahan walaupun atas dasar untuk mendidik. Sehingga, anak-anak akan lebih dekat dengan kita. Anak-anak akan merasa aman pada usia kecil mereka karena mereka tahu (ibu bapak) selalu ada disisi mereka setiap waktu.
Umur anak-anak 7-14 tahun
Pada tahap ini orang tua harus menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab kepada anak-anak. Menurut hadits Abu Daud:
عن عمرو بن شعيب، عن أبيه، عن جده -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مُرُوا أولادَكم بالصلاةِ وهم أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ عليها، وهم أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ في المَضَاجِعِ
Dari ‘Amr Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: “Rosululloh Saw bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.”
Hadits ini, kata Abdul, menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-anak, pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan.
Di antara perintah agama yang disebutkan dalam hadis ada tiga perintah yaitu perintah melaksanakan sholat, perintah memberikan hukuman pemerintah memberikan hukuman bagi pelanggarnya dan perintah mendidik pendidikan seks.
Menurut Abdul, perintah di sini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya perintah sholat sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut.
Anak-anak sejak usia empat tahun atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan sholatbersama-sama.
Anak-anak melakukannya walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan sholat.
Anak pada usia ini, kata Abdul, sekadar ikut-ikutan, belum melakukannya secara baik, baik gerakan-gerakannya maupun bacaannya. Anak-anak kadang mau melakukannya dan kadang-kadang tidak mau melakukannya.
“Nah setelah usia anak mencapai tujuh tahun perintah orang tua hendaknya secara tegas tidak seperti pada saat usia dibawah tujuh tahun,” katanya.
Perintah sholat, kata Abdul, berarti pula perintah mengajarkan cara sholat, karena tidak mungkin anak hanya diperintahkan sholat sementara dia belum bisa melakukannya. Dalam riwayat Al-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:
عَلِّمُوا الصَّبِيَّ الصَّلَاةَ لِسَبْع سِنِينَ
Artinya: “Ajarkan anak-anak sholat sedangkan dia berumur tujuh tahun.” Hadits ini perintah mengajarkan sholat pada anak-anak tentang syarat-syarat, rukun-rukun dan beberapa sunnah dalam shalat. Al-‘Alaqiy dalam syarah al-Jami’ al-Shoghir mengatakan:
“Orangtua hendaknya mengajarkan apa yang dibutuhkan dalam sholat seperti syarat dan rukunnya. Orangtua hendaknya perintah melaksanakan sholat setelah diajarkannya. Upah pengajaran diambil dari harta anak jika punya harta dan jika tidak punya upahnya dibebankan pada awalnya.”
“Perintahlah anak-anak kamu supaya mendirikan sholat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka (lelaki dan perempuan).” Pukulan bukanlah untuk menyiksa, hanya sekadar untuk mengingatkan anak-anak. Sehingga, anak-anak akan lebih bertanggung jawab pada setiap perintah terutama dalam mendirikan sholat. Ini adalah waktu yang tepat bagi orang tua untuk membangun kepribadian dan akhlak anak-anak mengikut acuan Islam.
Umur anak-anak 15- 21 tahun
Pada tahap remaja yang penuh sikap memberontak. Pada tahap ini, orangtua sebaiknya mendekati anak-anak dengan berteman tau berkawan dengan anak-anak. Sering berkomunikasi dengan mereka tentang sesuatu yang mereka hadapi. Jadilah pendengar yang setia kepada mereka. Jangan memarahi anak-anak tetapi gunakan pendekatan. Mereka tidak akan terpengaruh untuk keluar rumah untuk mencari kesenangan lain karena kebahagian dan kesenangan sudah ada di rumah bersama keluarga.
Umur anak 21 tahun dan keatas
Tahap ini adalah masa orang tua untuk memberikan sepenuh kepercayaan kepada anak-anak dengan memberi kebebasan dalam membuat keputusan mereka sendiri. Orang tua hanya perlu memanantau, menasehati dengan selalu berdoa agar setiap tindakan yang anak-anak ambil adalah betul. Orang tua harus sering menasihati mereka, kerana kalimat nasihat yang diucap sebanyak 200 kali atau lebih terhadap anak-anak mampu membentuk tingkah baik seperti yang orang tua inginkan.
Dengan demikian, mendidik dan membina anak menurut ajaran Islam merupakan suatu cara yang dikehendaki oleh Alloh agar anak-anak kita dapat terjaga dari siksa api neraka. Curahkan kasih sayang dengan bermain bersama mereka.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Pontren Marul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net