Jangan Asal Celup! Perhatikan Etika Jima’ Sebelum Bersenggama

darulmaarif.net – Indramayu, 09 Februari 2023 | 16.00 WIB

Berhubungan intim suami istri adalah sesuatu perbuatan yang menyehatkan, tidak hanya fisik, melainkan juga kesehatan rohani. Selain menyehatkan, berhubungan intim suami istri atau berjima’ juga mendapatkan pahala yang besar.

Karena pada dasarnya berhubungan intim merupakan perbuatan yang berkah jika melakukannya bagian dari ibadah dan juga mendatangkan pahala.

Bagi umat Islam, segala sesuatu sudah diatur oleh syara’, termasuk dalam hal hubungan intim suami istri. Untuk itu, jangan asal celup sebelum memahami beberapa etika dalam bersenggama sebagai pedoman dalam menjalani bahtera rumah tangga yang Islami sesuai ajaran Islam.

Dalam menjalani hubungan intim antara suami-istri, Islam mengajarkan berbagai macam etika yang telah diatur berdasarkan hadits Nabi. Dalam kitab Al-Mughni VII/25 dijelaskan:

للجماع آداب كثيرة ثابتة في السنة النبوية منها مايأتي (1) : تستحب التسمية قبله، ويقرأ { قل هو الله أحد } [الإخلاص:1/112]، ويكبر ، ويهلل، ويقول ولو مع اليأس عن الولد: « باسم الله العلي العظيم، اللهم اجعلها ذرية طيبة، إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي » « اللهم جنِّبني الشيطان، وجنب الشيطان مارزقتني » رواه أبو داود.

Disunahkan membaca BASMALAH sebelum menjalani senggama kemudian membaca “QUL HUWA ALLAAHU AHAD” dilanjutkan dengan membaca takbir (ALLAAHU AKBAR), tahlil (LAA ILAAHA ILLALLOOH) dan disunahkan meskipun tidak sedang mengharapkan keturunan dari persenggamaannya untuk berdo’a:

بسم الله العلي العظيم، اللهم اجعلها ذرية طيبة، إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي » « اللهم جنِّبني الشيطان، وجنب الشيطان مارزقتني

BISMILLAAHIL ’ALIYYIL ‘AZHIIM, ALLAAHUMA IJ’ALHAA DZURRIYYATAN THOYYIBATAN IN KUNTA QODDARTA AN TAKHRUJA DZAALIKA MIN SHULBII, ALLAAHUMMA JANNIBNIIS-SYAITHOONA WA JANNIBIS SYAITHOONA MAA ROZAQTANII

“Dengan menyebut nama Alloh yang agung, Ya Alloh, jadikanlah ia anak yang baik bila Engkau takdirkan ia lahir dari keturunanku, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepadaku.” (HR. Abu Daud).

وينحرف عن القبلة، ولايستقبل القبلة با…لوقاع، إكراماً للقبلة.

Berpaling dari arah kiblat, jangan menghadap kiblat saat menjalani senggama sebagai bentuk penghormatan pada kiblat.

وأن يتغطى نفسه هو وأهله بغطاء، وألا يكونا متجردين
.فذلك مكروه كما سيأتي.

Memakai penutup, jangan melakukan persenggamaan dengan telanjang bulat karena ini hukumnya makruh seperti sabda Rosululloh Saw: ‘Bila salah seorang diantara kalian hendak mendatangi istrinya, pakailah penutup dan janganlah kalian berdua telanjang seperti telanjangnya keledai.” (HR. Ibn Maajah Nailul-Authaar VI/194).

.وأن يبدأ بالملاعبة والضم والتقبيل

Diawali dengan cumbuan, sentuhan dan ciuman.

.وإذا قضى وطره، فليتمهل لتقضي وطرها ، فإن إنزالها ربما تأخر

Saat seorang suami telah mencapai orgasme, jangan berlalu begitu saja, hantarkan secara perlahan-lahan istrinya dalam mencapai orgasme karena tak jarang pencapaian klimaks seorang wanita datangnya cenderung belakangan.

.ويكره الإكثار من الكلام حال الجماع

Dimakruhkan terlalu banyak pembicaraan saat melakukan senggama.

.ولايخليها عن الجماع كل أربع ليال مرة بلا عذر

Bila tanpa adanya ‘udzur (halangan), jangan biarkan empat malam sekali berlalu tanpa hubungan badan.

.وتأتزر الحائض بإزار مابين السرة والركبة إذا أراد الاستمتاع بها

Saat istri tengah datang bulan, sementara keinginan berhubungan tak dapat tertahankan, untuk menghindari keharaman sebaiknya istri memakai kain penutup pada anggota tubuh antara pusar dan lutut saat mencumbuinya.

Dalam kitab Nailul Author VI/189 juga disebutkan beberapa etika dalam bersenggama sebagai berikut:

ومن أراد أن يجامع مرة ثانية، فليغسل فرجه، ويتوضأ؛ لأن الوضوء يزيد نشاطاً ونظافة

Bagi yang menginginkan mengulangi senggama untuk yang kedua kalinya, sebaiknya terlebih dahulu dicuci kelaminnya, karena hal ini dapat menambah gairah dan dapat menjaga kebersihan.

وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من استحب الجماع يوم الجمعة

Tidak ada anjuran khusus menjalani senggama dimalam-malam tertentu seperti malam senin atau jum’at. Namun sebagian Ulama ada yang mensunnahkan menjalaninya di malam jumat.

ويستحب في ليلة الزفاف قبل الجماع أن يأخذ الرجل بناصية المرأة ويقول: «اللهم إني أسألك من خيرها وخير ما جبلتها عليه، وأعوذ بك من شرها وشر ما جبلتها عليه» ثبت ذلك بحديث رواه ابن ماجه وأبو داود عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده (نيل الأوطار: 189/6.

Disunnahkan bagi seorang suami dimalam pengantin saat berkeinginan menjalani persenggamaan terlebih dahulu memegang rambut depan (ubun-ubun) istrinya sambil berdoa :

اللهم إني أسألك من خيرها وخير ما جبلتها عليه، وأعوذ بك من شرها وشر ما جبلتها عليه

Allahumma inni as-aluka min khoirihaa wa khoiri ma jabaltuhaa ‘alaiih, wa a’uudzubika min syarrihaa wa syarri maa jabaltuhaa ‘alaiih.

“Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada mu kebaikannya (isteri) dan kebaikan apa yang saya ambil dari padanya, serta aku berlindung kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang aku ambil daripadanya.” (HR. Ibn Majah dan Abu Dawud dari Umar Bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nail al-Authaar VI/189).

Jadi, sebelum pasutri hendak melakukan jima’ atau senggama, perhatikanlah beberapa etika yang telah dijelaskan oleh para Ulama kita sebagai pedoman yang sesuai syara’ dalam urusan ranjang.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.