darulmaarif.net – Indramayu, 23 Januari 2023 | 06.00 WIB

Bulan Rajab merupakan bulan ke 7 dalam kalender Hijriyah. Pada tahun ini, 1 Rajab bertepatan pada tanggal 23 Januari 2023 M.
Bagi umat Islam, bulan Rajab adalah bulan yang memiliki keistimewaan tersendiri dibanding bulan-bulan lain. Anjuran puasa, istighfar, memperbanyak sholawat menjadi amalan yang banyak dilakukan umat Islam. Namun tahukah, bahwa ada peristiwa besar yang terjadi dibalik bulan Rajab?
Tentu saja seluruh umat Islam sudah mengetahui bahwa pada bulan Rajab terjadi peristiwa Isra’-Mi’roj yang sangat agung.
Orang Islam mengetahui sejarah Isra’-Mi’raj sebagai peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekah ke Palestina, dan momentum turunnya perintah sholat lima waktu. Namun ternyata ada beberapa hal yang luput diketahui banyak orang dari momen Isra’ Miraj. Ada yang tahu?
Sebelum membahas hal yang luput dipahami banyak orang terkait momentum tersebut, mari mengingat kembali apa itu Isra’-Mi’raj?
Isra’-Mi’raj merupakan perjalanan Baginda Nabi Muhammad Saw di waktu malam hari dari Masjid Al-Haram (Mekah) ke Masjid Al-Aqsa (Palestina). Ayat tentang Isra Miraj difirmankan dalam Surat Al-Isra’ Ayat 1.
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, Dzat yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad Saw) pada suatu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.s Al-Isra’ ayat 1)
Sedangkan Mi’raj, adalah naiknya Nabi Muhammad dari Masjid Al-Aqsha ke langit sampai ke Sidratul Muntaha terus sampai ke tempat tertinggi untuk menghadap Alloh ‘azza wa jalla. Hal ini dijelaskan dalam Surat An-Najm Ayat 13-18 dan diriwayatkan dalam banyak hadits shahih.
Sebagai Pelipur Lara
Yang jarang dikisahkan orang terkait momen Isra’-Mi’raj adalah soal latar sebelum dan sesudah momen Isra’-Mi’raj berlangsung. Sebab melihat sejarah kenabian atau Sirah Nabawiyah, sebelum momen Isra’-Mi’raj terjadi, Nabi Muhammad tengah mengalami keadaan duka cita mendalam atau yang disebut dengan tahun amul huzni (tahun dukacita).
Rasululloh Saw ditinggal oleh istrinya tercinta Sayyidah Khodijah Al-Kubro yang setia menemani dan menghiburnya di kala orang lain masih mencemoohnya. Dalam waktu yang berdekatan beliau juga ditinggal oleh pamannya, Abu Tholib bin Abdul Muthollib.
Sosok Abu Tholib begitu penting bagi perjalanan Nabi Muhammad pada masa awal dakwah Islam. Karena sosok pemimpin Bani Hasyim tersebutlah, Nabi Muhammad bisa aman melakukan dakwah di Mekah dari bayang-bayang orang Quraisy.
Sepeninggal Abu Tholib, para musuh umat Islam tersebut menjadi semakin leluasa untuk melancarkan intimidasinya kepada Nabi. Bahkan mereka sampai berani melemparkan kotoran ke atas pundak Nabi Muhammad.
Dalam keadaan penuh duka cita tersebut, Alloh “menghibur” Baginda Nabi dengan mengundnagnya ke langit tertinggi secara langsung sampai berjumpa dengan Dzat-Nya. Sebuah momentum dahsyat yang sampai sekarang bagi kaum rasionalis, Isra’-Mi’raj masih menjadi perdebatan tak kunjung usai dalam bingkai ilmu eksakta.
Kemenangan Sosial Politik
Seperti kata mutiara dalam Islam, dalam tiap kesulitan pasti ada kemudahan. Begitu juga dengan momentum Isra’-Mi’raj. Setelah mengalami tahun dukacita yang amat dalam bagi Nabi, Isra’-Mi’raj menjadi lentera spirit sekaligus kado istimewa dari Alloh untuk kekasih-Nya.
Baginda Nabi Muhammad diperkuat jiwanya dengan diperlihatkan keadaan ‘alamul-ghuyub beserta isinya. Dalam perjalanan itu pula Baginda Nabi Muhammad diingatkan bahwa beliau tidaklah sendirian. Melainkan bagian dari suatu deretan sejarah panjang ujian iman kenabian.
Dalam perjalanan Isra’-Mi’raj, dalam banyak keterangan pada siroh nabawiyyah, Nabi Muhammad sampai ke Sidratul-Muntaha. Sidrat artinya pohon atau lotus padang pasir. Pohon itu di Asia dan Timur Tengah dianggap sebagai lambang kebijaksanaan.
Sementara al-Muntaha artinya terakhir. Seperti ditulis Busthomi Ibrohim dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Studia Didkatika (2016) Isra’-Mi’raj bisa dimaknai bahwa nabi telah mencapai kebijaksanaan yang paling tinggi.
Setelah mengalami hal itulah Nabi kemudian hijrah dari kota Mekah ke kota Yatsrib atau yang sekarang dikenal dengan kota Madinah. Kata Madinah, secara umum diartikan sebagai kota, tetapi sebetulnya al madinah itu mengandung makna peradaban.
Madinah mempunyai kaitan dengan dengan konsep masyarakat dan konsep syiyasah. Aktivitas syiyasah Nabi Muhammad di Madinah, yang pada akhir hidupnya akan sukses menciptkakan komunitas politik otonom, bisa dianggap sebagai embrio sebuah nation-state.
Bulan Rajab menjadi penanda dari puncak kesedihan Baginda Nabi karena kehilangan dua sandaran hati (Sayyidah Khodijah & Abu Tholib), juga sebagai titik-balik kegembiraan Baginda Nabi sebab dijadikan satu-satunya Nabi dan Rosul yang Alloh undang secara langsung ke Sidratul Muntaha, sekaligus menjadi awal hijrah Baginda Nabi ke (Madinah) yang mana kaum Anshor telah menanti kedatangan sosok Nabi akhir Zaman yang akan membawa misi besar sebagai rahmat bagi semesta alam.
Itulah diantara hal-hal yang luput dari peristiwa Isra’-Mi’raj yang terjadi pada bulan Rajab yang kiranya dapat kita jadikan renungan bersama bahwa dalam tiap kesedihan, akan tiba waktunya ada kegembiraan. Bersabarlah atas ujian hidup yang sedang menimpa kita. Semoga Alloh melembutkan hati kita agar senantiasa mampu melewati berbagai macam ujian dalam hidup ini.
فاصبر لحكم ربّك ، إن الّله مع الصابرين
“Maka Bersabarlah terhadap hukum Tuhan-Mu, sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar.”
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.