darulmaarif.net – Indramayu, 22 Juli 2024 | 02.00 WIB
Teknologi informasi yang begitu massif kian membanjiri setiap beranda sosmed anak-anak jaman now membuat akses informasi kian lesat, dan seketika. Berbagai pengetahuan tumpah ruah di belantara jagat maya sosial media.
Dengan demikian, setiap orang semakin mudah untuk mempelajari sesuatu secara efisien dan pragmatis. Namun, ditengah gegap gempita nya rimba ilmu dan pengetahuan yang lahir akibat ekses teknologi informasi yang kian lesat tersebut, membuat mayoritas anak-anak kita belajar secara instan, sehingga kerapkali meninggalkan adab atau moralitas dalam memaknai ilmu dan pengetahuan yang ada saat ini.
Menyoal persoalan diatas, apa sebetulnya hubungan antara ilmu dan adab? Yuk simak penjelasan berikut ini.
Sebagaimana Islam datang sebagai rahmat bagi alam semesta, tujuan utama diutusnya Rosululloh Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak atau adab manusia. Dalam hadits yang begitu familiar, Baginda Nabi Saw bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang patut.” (HR. Imam Al-Bukhori)
Hadits ini menjadi sangat populis dalam kaitannya dengan etika. Bahwa dalam segala aspeknya, etika, sopan santun, tata krama, akhlak, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial menjadi sebuah keniscayaan untuk dijadikan alasan utama untuk diperbaiki. Membangun komunitas yang santun (bagian dari akhlak), menjadi kewajiban komunika dalam sebuah pergaulan hidup.
Adab secara bahasa artinya menerapakan akhlak mulia. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan:
وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ
Artinya: “Al-Adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinsikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia” (Fathul Bari, 10/400).
Jadi, arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Sebagaimana Yusuf bin Al-Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
Artinya: “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi akhlak. Bahkan mungkin kita juga sering mendengar ungkapan berikut,
عِلْمٌ بِلَا أَدَبٍ كَنَارٍ بِلَا حَطَبٍ، وَ أَدَبٌ بِلَا عِلْمٍ كَرُوْحٍ بِلَا جَسَدٍ
Artinya: “lmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh “. (Adabul Imla: wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washoya Al-‘Ulama Litholabatil ‘Ilmi [10]).
Begitu pentingnya adab hingga Alloh Swt menempatkanya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran pun tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab. Ilmu bisa saja menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak didampingi dengan adab.
Kita juga harus memahami peran penting menanamkan adab pada proses pengembangan karakter peserta didik yang baik, karena di era saat ini adab dan karakter mulai pudar oleh perkembangan zaman. Banyak peserta didik yang mengabaikan betapa pentingnya adab dan karakter dalam dunia pendidikan.
Bagi para santri, akhlak lebih tinggi derajatnya daripada ilmu. Sedikitnya sopan santun lebih berharga daripada banyaknya ilmu. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Imam Ibnu al-Mubarok:
نَحْـنُ إِلَى قَلِيْــلٍ مِــنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ
Artinya: “Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak” (Syekh Syatha Dimyathi al-Bakri, Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, Darul Kutub al-‘Ilmiyah, h. 262).
Dengan demikian, lesatnya teknologi informasi yang begitu massif merajalela di dunia sosmed saat ini tidak serta merta membuat para santri kehilangan ruh sejati dalam berakhlak dan beradab.
Sebab, ilmu tanpa adab akan menghancurkan peradaban manusia yang berakhlakul karimah. Ilmu tanpa adab menyebabkan manusia buta estetika, adab tanpa dibarengi ilmu juga akan membuat manusia buta terhadap realitas hidup yang terjadi saat ini. Dua-duanya perlu dibangun secara sinergi. Adab dan ilmu adalah kunci untuk membangun peradaban Islam yang kembali cerah, seperti generasi awal para Ulama Salafuna Saleh yang berilmu tinggi namun tetap dibarengi dengan kualitas adab yang tinggi pula.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.