Obati Luka Batin dengan 7 Tahapan Self Healing Ala kitab Minhajul ‘Abidin

darulmaarif.net – Indramayu, 05 Desember 2022 | 09.00

Self healing merupakan istilah yang seringkali dikaitkan dengan kesehatan mental. Self healing dimaknai sebagai proses untuk menyembuhkan diri sendiri dan dalam kasus kesehatan mental menjadi ‘penyembuhan diri dari luka batin’.

Mengutip situs Berkeley Well Being Institute, self healing atau penyembuhan diri didefinisikan sebagai proses penyembuhan dari kesehatan yang buruk, biasanya terkait dengan kesehatan emosional, tapi self healing juga terkait dengan kesehatan fisik yang menyertainya (perlu diingat jika kesehatan emosional dan fisik seringkali saling terkait).

Bagi anak muda sekarang, self healing menjadi satu aktivitas yang gemar dibicarakan dimana-mana. Namun sebenarnya adakah cara self healing dalam Islam itu sendiri?

Ketahuilah, bahwa islam mengakui keberadaan manusia baik dari sisi fiskal maupun emosional. Sedih, marah, depresi, stress, takut, gelisah, dan sebagainya merupakan faktor-faktor keadaan psikis-emosional yang terkait dan berpengaruh juga terhadap keadaan fiskal seseorang.

Berdasarkan isi kitab Minhajul ‘Abidin karya Hujjatul Islam Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghozaly at-Thusi, apabila kita lakukan kajian mendalam maka terdapat metode self healing secara lengkap dan terstruktur sebagai terapi terhadap gangguan stress yang sangat umum ditemukan pada masyarakat dewasa ini.

Sebagaimana tahapan kurikulum beribadah pada kitab Minhajul ‘Abidin (dengan beberapa penyesuaian), maka urutan tahapan self healing menurut Imam Ghozali adalah sebagai berikut.

  1. Tahap ilmu atau mengenal diri

Tahapan pertama metode self healing diawali dengan ilmu, atau yang lebih sederhana dapat disebut dengan mengenali diri sendiri. Terapi sesi ini mengajak untuk mengenal posisi diri sebagai seorang hamba Alloh dan hanya bisa menjalani segala ketetapan qodlo maupun qodar-Nya dengan ridlo serta ikhtiar terbaik. Buah dari pengenalan diri ini berupa pemahaman bahwa dalam hidup ini ada hal yang mampu kita kendalikan dan tidak mampu kita kendalikan. Dengan memahami konsep sederhana ini, tentunya mampu mereduksi stress yang muncul bahwa salah satu faktor pemicu stress dapat berasal dari tidak adanya pengetahuan atau ketrampilan dalam menghadapi masalah. Terapi pada tahapa ini dapat berupa mindfulness breathing.

  1. Tahapan taubat atau menerima diri

Terapi tahap selanjutnya berupa tahap taubat atau menerima diri. Maksud dari menerima diri adalah menerima ketidak
kuasaan diri atas hal-hal di luar kendali yang terjadi dan mengakuai segala bentuk luka yang hadir dalam hati. Penyangkalan atau denial terhadap emosi negatif malah justru
membahayakan jiwa seseorang karena menimbulkan potensi sampah emosi dalam diri seseorang. Tujuan utama dari penerimaan ini adalah tobat kepada Allah atas lemahnya diri dalam menghadapi ujian yang hadir. Selain itu melalui penerimaan seseorang akan mampu memunculkan keyakinan serta kemampuan dalam menghadapi persoalan. Lebih lanjut penerimaan terhadap diri dan emosi mejadikan seseorang lebih tenang dan damai, sehingga mampu mengatasi setiap masalah yang hadir. Terapi dapat berupa pengakuan diri dan istighfar (meminta ampunan).

  1. Tahapan ‘Awaiq atau mawas diri

Setelah melalui tahap mengenal diri dan menerima diri, maka selanjutnya adalah mawas diri. Mawas diri dari hal-hal yang dapat memicu munculnya stres. Pemicu stres dalam hal ini dapat berupa upaya untuk selalu mengendalikan keadaaan dan tidak menerima diri sendiri. Treatment sedernaha yang dapat dilakukan adalah dengan terus berupaya mengingat Allah Ta’ala lewat dzikir. Kegiatan ibadah seperti berdizikir dapat menimbulkan ketenangan dan relaksasi terhadap stres yang sedang dialami oleh seseorang.

  1. Tahapan ‘Awarid atau melepaskan

Pada tahapan selanjutnya yakni tahapan ‘awarid atau melepaskan. Pada tahapan ini treatment dapat berupa melepaskan semua bentuk kekhawatiran dan berserah pada
ketetapan Allah Ta’ala. Keberserahan ini diharapakan mampu menumbuhkan sikap tawakal kepada Alloh. Kekhawatiran hanya akan membuat seseorang menjadi tidak berdaya
dengan masalah yang tengah dihadapi. Sebaliknya, tawakkal
dan ridho dapat menjadi sebuah self healing dalam kecemasan yang sedang dialami serta pencegahan penyakit. Terapi yang dilakukan dapat berupa terapi dzikir istighfar.

  1. Tahapan Bawa’its atau memotivasi

Tahapan Bawai’ts dengan menggunakan khouf dan roja. Untuk mukadimah khouf,cukup memahami bahwa Alloh tidak menyukai orang yang berputus asa atas rahmat-Nya, sedangkan mukadimah roja dengan melakukan motivasi diri bahwa Alloh mendengarkan dan akan mengabulkan setiap doa hambaNya. Maka terapi pada sesi ini dapat dilakukan dengan self talk doa dan berpikir positif kepada Alloh Ta’ala.
Dengan berpikir positif maka dapat memunculkan resilience seseorang dalam menghadapi permasalahan yang sedang
dihadapi. Selain itu, dengan berpikir positif seseorang juga mampu membangun dalam menghadapi masalah yang muncul.

  1. Tahapan Qowadih atau merefleksikan

Tahapan qowadih bermakna relfeksi atau muhasabah berkiatan dengan bagiamana asal-muasal perilaku stres tersebut dapat muncul. Pada tahapan ini kita dapat melakukan evaluasi terhadap diri dengan menemukan solusi atas kondisi yang tengah dialami. Sebagaimana disampaikan hal ini merupakan salah satu bentuk coping stress yang efektif
untuk keluar dari kondisi yang sedang dialami.

  1. Tahapan Syukur

Tahapan akhir yakni dengan bersyukur atas semua hal baik yang telah diterima dalam hidup. Dengan bersyukur maka kita
akan lebih mampu bahagia karena menyadari betapa berlimpahnya karunia yang telah Allah berikan. Selain mendatangkan ketenangan, perasaan berdaya dan pertolongan Allah Ta’ala, bersyukur juga mampu menumbuhkan optimisme dalam menghadapi masalah.

Semoga, kita bisa tetap hidup dalam jiwa yang tenang, damai, dan semua persoalan hidup kita bisa selesai dengan jalan yang baik dan benar sesuai syariat Islam.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.