darulmaarif.net – Indramayu, 02 Desember 2022 | 13.00 WIB
Hari jumat adalah sayyidul ayyam, pimpinan para hari menurut salah satu redaksi hadits baginda Nabi. Banyak hadits-hadits yang menerangkan keutamaan hari jumat dibanding hari-hari lainnya. Pada hari jumat pula, umat Islam laki-laki yang ‘akil baligh diwajibkan melaksanakan kewajiban berupa sholat jumat berjamaah.
Namun tahukah, mengapa hanya hari jumat dalam kalender Hijriyah yang tidak memakai hitungan angka (عدد معدود) seperti hari-hari yang lain? Misalnya hari ahad (أحد), senin (إثنان), selasa (ثلاثة), rabu (أربعة), kamis (خمسة), sabtu (سبعة).
Dalam kitab karya Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir bin Abi Shalih al-Jilani, Al-Ghunyah li Tholibî Thoriqil Haqq ‘Azza wa Jalla fil Akhlaq wat Tashowwuf wal Adab al-Islamiyyah, juz II, halalaman: 109) diterangkan asal-muasal nama hari jumat.
Berkaitan dengan nama ‘Jumat’, Al-‘Arifbillah Syekh Abdul Qadir bin Abi Shalih al-Jilani (wafat 561 H) dalam karyanya tersebut menjelaskan beberapa pendapat seputar asal muasalnya.
- Diciptakannya Nabi Adam AS
Hal ini berdasarkan hadits riwayat sahabat Salman al-Farisi R.a yang menyatakan bahwa karena di hari itulah bapak umat manusia, yakni Nabi Adam As diciptakan.
- Kata Jumat Bermakna Penyatuan
Sebagian ulama mengatakan bahwa akar kata ‘Jumat’ adalah ijtima’ (penyatuan), yang mana raga Nabi Adam As diberi ruh di hari itu setelah selama 40 hari tanpa nyawa sejak diciptakan.
- Hari Pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa
Pendapat ketiga beralasan, karena hari Jumat adalah hari di mana Nabi Adam AS bertemu dengan Sayyidah Hawa pertama kali di surga setelah Alloh menciptakan keduanya.
- Perjumpaan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah dari Surga
Pendapat keempat mengatakan, bukan demikian. Melainkan lantaran Nabi Adam AS dan Sayyidah Hawa berjumpa di hari Jumat setelah lama terpisah sejak diturunkan ke dunia.
Itulah diantara beberapa keterangan seputar asal-muasal hari jumat menurut Syekh Abdul Qodir al-Jilani dalam kitab Gunyah nya.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.