darulmaarif.net – Indramayu, 30 Juni 2023 | 14.00 WIB

Setelah umat Islam merayakan hari raya ‘Iedul Adha pada tiap tanggal 10 Dzulhijjah, 11-13 Dzulhijjah dinamakan sebagai hari Tasyrik. Lantas, sebagian umat Islam bertanya mengapa disebut hari Tasyrik?
Hari Tasyrik adalah waktu tiga hari setelah ‘Iedul Adha. Dahulu, masyarakat Arab memanfaatkan hari Tasyrik untuk menjemur daging hewan kurban.
Kata ‘Tasyrik’ dalam bahasa Arab berkonotasi dengan makna mengeringkan sesuatu. Oleh karena itu, 3 hari setelah perayaan ‘Iedul Adha lantas dinamakan hari Tasyrik.
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِنْدَ اللُّغَوِيِّينَ وَالْفُقَهَاءِ – ثَلاثَةُ أَيَّامٍ بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ ، قِيلَ : سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لأَنَّ لُحُومَ الأَضَاحِيِّ تُشَرَّقُ فِيهَا ، أَيْ تُقَدَّدُ فِي الشَّمْسِ
“Hari Tasyriq menurut ahli bahasa dan ahli fiqh adalah tiga hari setelah hari raya ‘Iedul Adha (nahar). Dikatakan, dinamakan tasyriq karena di hari-hari tersebut daging-daging qurban didendeng (dipanaskan di bawah terik matahari)”. (Mausu’ah fiqhiyyah kuwait).
Diharamkan berpuasa di hari-hari tersebut karena hari-hari tersebut masih satu rangkaian dengan hari raya ‘Iedul adha, dan disebutkan dalam hadits, hari-hari tersebut adalah hari-hari makan dan minum.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ قَالَ أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ وَأَوْسُ بْنُ الْحَدَثَانِ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَنَادَيَا أَنْ لَا يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Sabiq) berkata; telah mengabarkan kepada kami (Ibrahim bin Thahman) dari (Abu Az Zubair) dari (Ibnu Ka’ab bin Malik) dari bapaknya menceritakannya Rosululloh Saw mengutusnya bersama Uwais bin Al-Hadatsan pada Hari Tasyrik, lalu keduanya menyerukan bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang mukmin dan Hari Tasyrik adalah hari makan dan minum.” (HR. Imam Ahmad)
Juga Nabi shollalloohu ‘alaihi wa sallam Bersabda: “Hari-hari Mina adalah hari makan, minum dan berdzikir pada Alloh” (HR. Muslim II/800).
Kemudian, di hari-hari Tasyrik juga diharamkan untuk berpuasa, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fiqh Manhajy.
ثانياً: الصوم المحرم
يحرم صيام الأيام التالية:
1ـ صيام يومي عيد الفطر والأضحى:
ودليل ذلك ما رواه مسلم (1138) عن أبي هريرة: أن رسول الله نهى عن صيام يومين: يوم الأضحى، ويوم الفطر”.
2ـ صوم أيام التشريق الثلاثة:
وهي الأيام التي تلي يوم عيد الأضحى، ودليل تحريم صومها ما رواه مسلم (1142) عن كعب بن مالك أن رسول الله بعثه، وأوس بن الحدثان أيام التشريق ، فنادى: أنه لا يدخل الجنة إلا مؤمن ، وأيام منى أيام أكل وشرب”.
وروى أبو داود ( 2418 ) عن عمرو بن العاص قال: “ فهذه الأيام التي كان رسول الله يأمرنا بإفطارها وينهانا عن صيامها “ قال مالك: وهي أيام التشريق .
Artinya: “
Kedua: Puasa yang diharamkan
Dilarang berpuasa pada hari-hari berikut:
1- Puasa pada hari Idul Fitri dan Al-Adha:
Dalilnya adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim (hadits ke 1138) dari Abu Hurairoh: Rosululloh Saw melarang puasa selama dua hari yaitu hari raya ‘Iedul Adha dan ‘Iedul Fithri.
Puasa tiga hari Tasyrik itu adalah hari-hari setelah ‘Iedul Adha, dan dalil larangan puasanya adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits ke 1142) dari riwayat Ka’b bin Malik yang diutus Rosululloh, dan Aws bin Al-Hadatsan pada hari-hari Tasyrik, dan dia berseru: “Tidak ada yang akan masuk surga kecuali orang beriman, dan hari-hari Mina adalah hari makan dan minum.”
Dan Abu Dawud (2418) meriwayatkan atas otoritas sahabat Amr bin Ash rodliyallohu ‘anhu, bahwa dia berkata: “Ini adalah hari-hari dimana Rosululloh biasa memerintahkan kita untuk berbuka puasa dan melarang kami untuk berpuasa.” Kemudian Imam Malik berkata: “Itu adalah hari-hari al-Tasyrik”. (Fiqh Manhajiy ‘ala Madzhabil Imami As-Syafi’iy)
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.