Makna Dibalik Doa Sapu Jagat: Berharap Kebaikan Dunia Akhirat

darulmaarif.net – Indramayu, 30 Maret 2024 | 19.00 WIB

Doa sapu jagat merupakan doa yang sudah sangat populer di kalangan umat Islam. Bahkan dalam setiap selesai sholat, doa ini juga senantiasa dipanjatkan di setiap penghujung doa bakda sholat.

Tidak hanya itu, doa ini juga menjadi sebuah doa yang selalu hadir dalam setiap aktivitas keagamaan yang digelar oleh umat Islam.

Sejatinya mengapa disebut Sapu Jagat? Menurut pendapat mayoritas dikatakan bahwa dinamai Sapu Jagat sebab mencakup segala kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.

Lantas, mengapa doa sapu jagat ini begitu dahsyat? Menarik kiranya untuk mengulas doa yang sering dilafalkan ini dan melihat penafsiran para ulama terhadapnya.

Dalam Al-Qur’an, Doa Sapu Jagat termaktub dalam Q.S. al-Baqarah yang berbunyi:

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Bawaeah Ayat 201)

Ada riwayat yang menunjukkan bahwa asal mula doa tersebut dianjurkan ialah tatkala ada seorang Sahabat yang sedang sakit dan kondisinya bagaikan anak burung yang belum tumbuh bulu. Maka Rosululloh menjenguknya dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu pernah berdoa atau meminta sesuatu kepada Alloh?”

Sahabat tersebut menjawab, “aku berdoa agar Alloh tidak memberikanku siksa di akhirat dan menyegerakannya di dunia.” Maka Rosululloh pun menjawab, “sungguh tidak ada yang mampu menanggung siksa Alloh” maka sebaiknya engkau berdoa, “Ya Alloh berikanlah aku kebaikan di dunia dan akhirat serta lindungilah aku dari siksa neraka.”

Terdapat beberapa pandangan ulama mengenai makna fid-dunya hasanah. Dalam Jami’ul-Bayan fi Tafsiril Qur’an terdapat beberapa riwayat yang mengatakan maknanya ialah keselamatan (‘afiyah), lalu mendapat ilmu dan kekuatan dalam beribadah (‘ilm wa ‘ibadah) dan harta (mal).

Ibn Jarir sendiri memilih untuk tidak men-takhshish lafaz fid-dunya hasanah ke dalam makna tertentu dan lebih menganjurkannya dihukumi sebagai lafadz ‘am. Dengan begitu, manusia tidak akan membatasi dirinya sendiri terhadap kebaikan yang akan Alloh karuniakan kepadanya di dunia.

Pada lafadz fil-akhiroti hasanah, mayoritas riwayat memaknainya sebagai surga yang akan diberikan di akhirat kelak. Ibn Jarir at-Thobari pun mengamininya dan mengatakan bahwa “surga” adalah makna terbaik. Adapun sebagai tambahan, dalam kitab Fathul-Qodir juga terdapat riwayat yang mengatakan bahwa fid-dunya hasanah ialah pasangan dan fil-akhiroti hasanah ialah bidadari.

Sedangkan Imam Fakhrud-Din ar-Razi, beliau berpendapat bahwa kebaikan dunia adalah hidup aman, anak-anak (generasi) yang saleh (berakhlak mulia), pasangan yang berakhlak mulia, rizki yang mencukupi dan aman dari kekerasan. (Lihat Al-Razi, At-Tafsiril Kabir)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa doa tersebut mengandung semua tindakan yang membawa kebaikan dan terhindar dari semua keburukan. Kebaikan di dunia meliputi, tubuh yang sehat, tidak berpenyakit (‘afiah), tempat tinggal yang lapang, pasangan yang menarik, rizki yang cukup, ilmu yang bermanfaat, amal saleh (kerja-kerja yang baik), kendaraan yang nyaman dan kehormatan diri yang terjaga. Sementara kebaikan di akhirat adalah kebahagiaan dan surga. (Lihat Tafsir al-Qur’anil ‘Adzhim)

Jika dihubungkan dengan ayat sebelumnya, maka ayat ini menjadi pembeda antara kaum Jahiliyah dengan umat Islam. Dahulu kaum Jahiliyyah tatkala usai melangsungkan Haji, mereka beramai-ramai mengingat-ingat nenek moyang mereka dan membangga-banggakannya. Lalu mereka juga berdoa dan meminta segala kebaikan di dunia tanpa peduli akhirat, sebab mereka tidak percaya jika adanya kehidupan setelah hari akhir.

Maka Islam dengan ayat ini menyeru kepada umatnya agar selepas melangsungkan ibadah Haji agar senantiasa mengingat Alloh dengan berbagai ibadah yang bisa dijalani di tanah suci dan melafalkan doa Sapu Jagat. Sebab, Islam menginginkan agar umatnya selalu mengingat Alloh dan mendoakan kebaikan bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Lalu, jika dikaitkan dengan ayat selanjutnya,

اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّمَّا كَسَبُوْاۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

Artinya: “Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan. Alloh Maha cepat perhitungan-Nya.” (QS. Al-Baqarah Ayat 202)

Maka akan didapati sebuah kesimpulan bahwa setiap insan akan mendapatkan balasan sesuai yang diusahakan. Maka bagi umat Islam yang gemar membaca doa Sapu Jagat dan gemar menebar kebaikan, niscaya kebaikanlah yang akan menjadi balasan baginya baik di dunia mapun di akhirat.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.