darulmaarif.net – Indramayu, 16 Januari 2023 | 12.00 WIB

Masih banyak anggapan bagi sebagian orang bahwa pesantren adalah tempat alternatif untuk membuang anak, terutama anak-anak nakal yang susah dikontrol oleh orangtua nya, sehingga daripada susah akhirnya anak ditakut-takuti dengan kalimat ‘kalau bandel, tak pondokin nih’, atau kalimat ‘anak kita dipondokin aja Pah, daripada gak nurut’. Anggapan seperti ini adalah anggapan yang keliru.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan unggul yang mengkader anak-anak kita untuk mendalami ilmu agama secara khusus, intens dan dalam, yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain selain di pondok pesantren.
Orangtua yang masih menganggap bahwa pondok pesantren adalah tempat pembuangan anak-anak nakal itu anggapan yang tidak benar, hanya asumsi stereotip yang tidak bersumber dari fakta seharusnya. Justru, pesantren adalah lembaga pendidikan terbaik yang mengajarkan anak-anak kita meneladani kehidupan ala baginda Nabi dan para pewarisnya.
Mengapa bisa demikian?
Konsep Pendidikan Ma’iyyah Nabi di Pesantren
Peran sentral ustadz/ustadzah, kyai, nyai di pesantren tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan agama an sich, tetapi mereka juga mengajarkan pendidikan muamalah dan akhlakul karimah sebagaimana yang diajarkan baginda Nabi kepada para sahabatnya.
Konsep pendidikan pesantren memiliki ciri unik tersendiri dibanding dengan konsep pendidikan lain pada umumnya, dimana para ustadz/ustadzah, musyrif/musyrifah memiliki kedekatan khusus secara emosional dengan santri, yang bertujuan tidak hanya memberikan pengajaran berupa materi-materi ilmu agama, tetapi juga pembinaan karakter akhlakul karimah yang mencontoh cara baginda nabi mengajarkan ilmu agama kepada para sahabatnya. Hidup bersama secara komunal, gotong royong, para santri dapat melihat kehidupan sehari-hari kyai, nyai, ustadz/ustadzah, musyrif/musyrifah secara langsung sebagaimana para sahabat nabi melihat kehidupan baginda nabi dan ahlul baitnya.
Konsep pendidikan ini dikenal dengan konsep pendidikan ma’iyyah (kebersamaan). Dan hanya di pondok pesantren lah para santri dapat melihat ilmu secara tuntas, tidak sebatas teori namun juga praktik sehari-hari sebagaimana dalam ajaran Islam bahwa ilmu tidak cukup hanya sebatas teori, namun juga praktik haliyah dari masing-masing pendidiknya agar para santri dapat melihat secara langsung ilmu tidak diajarkan sebatas teori, tetapi praktik dalam kehidupan sehari-hari. Baginda Nabi Saw tidak hanya mentransfer Al-Qur’an sebagai wacana teoretis, namun mempraktikkan seluruh kandungan Al-Qur’an dalam dimensi praksis kehidupan Baginda Nabi itu sendiri.
Konsep pendidikan ma’iyyah yang diterapkan di pondok pesantren ini mengikuti konsep pendidikan yang pernah dipraktikkan langsung oleh Rasulullah Saw. Kedekatan antara guru dengan murid inilah yang menjadi nilai lebih dari konsep pendidikan di pondok pesantren. Bagaimana seorang guru tidak hanya memberikan materi pengajarannya di kelas, akan tetapi juga memberi contoh bagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-sehari.
Karena kedekatannya dengan Rosululloh Saw inilah mereka lebih dikenal dengan sebutan sahabat daripada sebagai seorang murid dari Rosululloh Saw karena proses perjalanannya yang selalu bersama baginda nabi.
Tentang Anak-anak Nakal yang Dipesantrenkan
Adapun anak-anak nakal yang dipesantrenkan, atau dalam bahasa saya anak yang memiliki kecenderungan khusus lebih agresif dalam bertingkah laku memang hanya pondok pesantren yang mampu membina anak-anak dengan kecenderungan demikian. Sebagaimana dokter fisik yang mendiagnosa penyakit sekaligus anjuran obat yang tepat bagi para pasiennya, kyai, nyai, ustadz/ustadzah merupakan dokter ruhani yang mampu menangani secara khusus penyakit-penyakit ruhani para santri dan cara pengobatan yang tepat agar anak-anak yang punya kecenderungan kurang baik dapat disehatkan kembali secara mental ruhaninya.
Tentu saja, hal demikian – jika mengacu lebih dalam konsep pendidikan pesantren – akan kita temukan bahwa para pendidik pondok pesantren adalah orang-orang pilihan yang mengemban amanah besar dan secara ikhlas membina para santri saban hari tanpa kenal lelah. Mereka rela mendidik para santri tidak hanya sebatas teori dalam kitab-kitab kuning (turots), namun praktik haliyah kehidupan sehari-hari santri juga diperhatikan secara teliti dan telaten. Bagaimana wudlu nya, sholatnya, ucapannya, tingkah lakunya, semua diperhatikan oleh para pendidik di pondok pesantren.
Maka wajar bila di pondok pesantren ada aturan khusus yang menangani anak-anak yang agresif tadi (cenderung nakal atau bandel) agar dibina dengan pembinaan khusus dengan metode hukuman, tajiran, dan lain sebagainya. Tujuannya tentu untuk mendidik jiwa para santri agar tidak melenceng dari khittoh tujuan orangtua yang menginginkan anak-anak nya jadi anak yang saleh dan salehah, berakhlakul karimah, berbakti kepada orangtua, dan yang lebih penting menjalankan syariat Agama Islam seperti ibadah-ibadah keseharian sholat lima waktu, dan ibadah-ibadah lainnya.
Bagi orangtua yang sedang memondokkan anaknya di pesantren, support terus anak kita dengan dukungan moril dan materil, serta doakan terus anak-anak kita agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Bahwa apapun yang terjadi di pesantren adalah pendidikan yang terbaik bagi mereka. Serahkan sepenuhnya anak-anak kita pada kyai, nyai, ustadz/ustadzah, musyrif/musyrifah agar kelak anak kita menjadi anak yang saleh dan salehah seperti yang dikehendaki oleh semua orangtua.
Jangan lagi ada anggapan bahwa pesantren adalah tempat pembuangan anak yang sepenuhnya orangtua membiarkan anak kita tanpa pantauan orangtua, yang kebetulan bagi orangtua yang memiliki anak yang lebih agresif dibanding anak lain untuk ikut andil memberikan pandangan yang baik dan positif kepada anak selama di pesantren. Karena bagaimanapun juga, sukses tidaknya anak di pondok pesantren tidak serta merta sepenuhnya tanggung jawab para pendidik di pesantren, dukungan orangtua sepenuhnya juga menjadi washilah penting agar anak menjadi anak yang saleh dan salehah.
Kesimpulannya, pondok pesantren bukanlah tempat membuang anak-anak nakal. Tetapi pondok pesantren adalah lembaga pendidikan ma’iyyah yang mencetak generasi umat baginda Nabi yang selaras dengan tujuan penciptaan manusia di dunia agar sesuai dengan fitrahnya, yakni menjalankan perintah ibadah secara kaffah dan mendidik anak untuk memenuhi hak dan kewajibannya sesuai ajaran Islam yang benar dalam berpikir dan berperilaku.
Semoga bermanfaat.