Hakikat Bersyukur! Mengapa Rumput Tetangga Terlihat Lebih Hijau?

darulmaarif.net – Indramayu, 23 Desember 2022 | 09.00 WIB

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain itu sering kali dilakukan oleh kita, manusia. Itu semata bertujuan sebagai orientasi untuk melihat posisi kita dalam suatu kelompok. Dari situ timbullah pertanyaan: apakah kita perlu mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerja atau posisi kita?

Dalam psikologi, ada teori perbandingan sosial yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat mendefinisikan dirinya secara mandiri, tetapi hanya dalam hubungannya dengan individu lain.

Teori perbandingan sosial dikembangkan oleh psikolog kognitif Leon Festinger pada tahun 1954. Menurut pendekatan ini, kita dapat mengidentifikasi dua jenis perbandingan sosial:

  1. Perbandingan ke atas: ketika kita membandingkan diri kita dengan orang yang menurut kita lebih baik dari kita; dan
  2. Perbandingan ke bawah: ketika kita membandingkan diri kita dengan orang yang kita anggap lebih buruk dari kita.

Jadi, tidak mengherankan jika ada istilah ‘rumput tetangga lebih hijau’ karena keseringan kita membandingkan diri kita ke atas bukan ke bawah.

Mengutip Psych Mechanics, orang yang percaya bahwa rumput tetangga lebih hijau karena tidak puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka percaya akan bahagia dan puas ketika mereka memiliki apa yang tidak mereka miliki saat ini. Hal itu termasuk di antaranya pekerjaan, rumah, pakaian, pasangan, kendaraan, dan lain-lain.

Namun sialnya, dengan percaya bahwa rumput tetangga lebih hijau ternyata justru membuat mereka menjadi semakin sengsara. Mekanisme psikologis ini bekerja sama untuk memotivasi manusia purba untuk mencari lebih banyak sumber daya daripada yang mereka miliki.

Dalam pandangan Islam, secara tidak langsung ‘rumput tetangga lebih hijau’ tersebut memberikan sebuah peringatan dan petuah betapa pentingnya sebuah rasa syukur atas nikmat dan karunia yang telah Alloh limpahkan kepada setiap makhluk-Nya. Perilaku syukur banyak tertuang dalam Al-Qur’an. Hendaknya ini menjadi perilaku yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap syukur mampu menghindarkan kita dari sikap hasud (iri-dengki) kepada nikmat yang dimiliki orang lain. Juga sikap “nrimo ing pandum”, yang berarti menerima segala rizki yang telah Alloh berikan kepada kita.

Anjuran Bersyukur tertuang dalam Al-Qur’an, bahwa Alloh memberi peringatan atas hal ini:

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)

Imam Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menyodorkan kisah nyata sebagai implementasi ayat di atas: ‎

وَفِي الْمُسْنَدِ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهِ سَائِلٌ فَأَعْطَاهُ تَمْرَةً، فَتَسَخَّطها وَلَمْ يَقْبَلْهَا، ثُمَّ مَرَّ بِهِ آخَرُ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهَا، فَقَبِلَهَا وَقَالَ: تَمْرَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَرَ لَهُ بِأَرْبَعِينَ دِرْهَمًا، أَوْ كَمَا قَالَ

“Diriwayatkan oleh Imam Ahmad al-Musnad ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh Nabi, namun pengemis tersebut menolak karena merasa pemberian itu hanya sebutir biji kurma. Datang pengemis lain, Nabi berikan sebutir biji kurma. Terdengar ucapan terima kasih dan rasa syukur mendapat pemberian dari Nabi meski hanya sebutir kurma. Mendengar rasa syukur pengemis kedua ini, maka Nabi tambahkan 40 dirham untuknya.”

Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu cara berterima kasih. Sebaliknya, orang yang kufur (atas nikmat Alloh) akan senantiasa terjebak pada psike ‘rumput tetangga lebih hijau’, sehingga tidak pernah puas atas apa yang dimiliki.

Logika sederhana nya begini:
“Jika segala sesuatu yang ada di dunia ini hakikatnya hanya titipan yang bersifat sementara (temporal), sejatinya manusia hendaknya menjaga titipan tersebut dengan sebaik-baiknya. Harta, jabatan, rumah, anak, istri, suami, kendaraan, dan lain sebagainya. Bersyukur berarti menjaga amanat titipan dari Sang Maha Pemberi (Alloh Swt) untuk kemudian didayagunakan sebaik-baiknya. Lantas, jika seseorang masih memiliki pandangan bahwa ‘rumput tetangga terlihat lebih hijau’ berarti kita hanya fokus pada sesuatu yang belum Alloh titipkan pada kita, sedangkan yang sudah Alloh titipkan pada kita akhirnya kita lupa, oleh sebab fokus kita cenderung kepada titipan-titipan yang Alloh titipkan pada orang lain.”

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.