darulmaarif.net – Indramayu, 20 November 2022 | 16.00 WIB
Sambut Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU), Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahldatul Ulama menggelar halaqah (pertemuan) Kiai dan Bu Nyai pondok pesantren se-Jawa Barat. Kegiatan ini diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, Kaplongan, Indramayu, Minggu (20/11/2022).
Acara yang bertemakan ‘MEMBANGUN PESANTREN TERBESAR DI KABUPATEN & KOTA DI JAWA BARAT
INDONESIA: Pengalaman Para Pengasuh dan Pendiri Pesantren Darul Ma’arif Indramayu, Pesantren Al-
Muhajirin Purwakarta, dan Pesantren Darus Syifa Al-Fitroh Yaspida Sukabumi’ ini turut dihadiri para Ketua Lembaga dan Banom NU di Wilayah Jabar dan Cabang Kabupaten Indramayu, serta para tamu undangan.
Dalam sambutan tersebut, KH. Dedi Wahidi memaparkan setidaknya ada tiga syarat yang harus dimiliki untuk dapat membangun pondok pesantren sehingga menjadi besar. Yang pertama adalah harus berjiwa besar.
“Karena pemimpin besar bukan lahir dari orang besar tapi dari orang yang berjiwa besar,” ujarnya.
Dalam Halaqah Silaturahmi tersebut, hadir Ketua PWNU Jawa Barat kH. Juhadi Muhammad, Ketua RMI PWNU Jawa Barat, H. Feri Siregar, Anggota DPRD Jawa Barat, Sidqon Jampi dan Ketua PCNU Indramayu KH. Musthofa serta lembaga-lembaga di bawah PCNU Indramayu.
Dewa (sapaan akrab KH. Dedi Wahidi) menjelaskan, sebelum menjadikan Pondok Pesantren Darul Maarif Kaplongan sebesar ini, dirinya telah melalui proses yang panjang. Selama 17 tahun dari tahun 1987 ia membangun dan menjadi Kepala SMP tanpa menerima honor sepeserpun.
“Jadi kalau ditanya orang berapa tahun tirakatnya ya 17 tahun itu, saya menjadi kepala sekolah SMP dan tidak digaji,” katanya.
Beliau juga mengatakan, awalnya tidak memiliki keinginan sama sekali untuk membangun pondok pesantren, namun karena kebutuhan masyarakat ia pun memulainya pada tahun 2008. Kini Pondok Pesantren Darul Maarif yang berawal dari 4 santri, berkembang menjadi ribuan santri.
“Jadi jangan mudah putus asa dan ingin cepat hasilnya. Perlu perjuangan dan proses panjang,” tandasnya.
Syarat kedua adalah memiliki pemikiran dan cita-cita besar. KH. Dedi Wahidi bercerita, pada saat awal tahun 2000 an, ia telah memulai menggambarkan kompleks pendidikan Yayasan Darul Maarif. Padahal saat itu, tanah yang saat ini ditempati masih milik orang lain.
“Belum saya beli tanahnya tapi saya sudah menggambarkan bagaimana konsep gedungnya dan tata letaknya, di mana jalannya dan detail lainnya,” sambung beliau.
Yayasan Pendidikan Darul Maarif yang ia pimpin saat ini telah memiliki total aset lahan seluas 25 hektar. Selain pondok pesantren, berdiri pula 8 lembaga pendidikan lainnya mulai dari TK NU hingga perguruan tinggi yakni STKIP NU Indramayu.
“Bapak ibu harus punya cita-cita yang besar, jangan kecil karena saya meyakini segalanya mungkin di dunia ini asal kita mau berusaha,” katanya.
Terakhir, kata Dewa, syarat untuk membangun pondok pesantren juga harus mau berusaha keras dan mengerjakan hal-hal besar. Itu adalah konsekuensi dari dua syarat sebelumnya.
“Punya jiwa besar, cita-cita besar, maka harus mau bekerja dalam porsi yang besar,” imbuhnya.
Saat ini, Yayasan Pendidikan Darul Maarif Kaplongan telah memiliki lebih dari 7.000 orang santri dan siswa. Beberapa lembaga pendidikan formal bahkan menjadi yang terbesar di Indramayu bahkan wilayah III Cirebon.
Selain pengembangan lembaga pendidikan di Kaplongan Indramayu, Yayasan Darul Maarif juga berencana melakukan ekspansi ke wilayah Cirebon. Diantaranya di wilayah Cirebon Utara dan Selayan.
“Mohon doa dari bapak ibu, para kyai dan bu nyai semoga saya selalu sehat dan umur panjang sehingga harapan-harapan ke depan bisa terlaksana,” pungkasnya sebelum menutup sambutannya pada Halaqah Silaturahmi 100 Kiai dan Bu Nyai Pesantren Se Jawa Barat itu.
Selain sambutan dari tuan rumah, hadir pula pengasuh sekaligus pendiri pondok pesantren Darus Syifa al-Fitroh Yaspida Dr. KH. E.S Mubarok, M.Sc, MM, pengasuh pondok pesantren Al-Muhajirin 3 Purwakarta KH. Anang Nasihin. Dalam kesempatan halaqoh itu juga mereka turut berbagi pengalaman sebagai pengasuh pondok pesantren kepada para pimpinan pondok pesantren lain yang hadir memenuhi undangan.
“Saya berharap acara halaqoh ini tidak berhenti sampai disini. Kita akan terus adakan halaqoh silaturrahmi kedepannya untuk lebih memperkuat jalilan persaudaraan antar pondok pesantren, khusunya di wilayah Indramayu. Harapannya, semoga ke depan pesantren-pesantren di Indramayu semakin eksis dan berkembang, baik dari sarana prasarana, maupun sistem pendidikannya.” Ungkap KH. Musthofa, ketua PCNU Indramayu saat diwawancara Usth. Maryam, salah satu tim literasi Pontren Darul Ma’arif, Ahad (20/11/2022).