Awas Jodoh Karena Nafsu! Tidak Semua Pernikahan Lahir Karena Cinta

darulmaarif.net – Indramayu, 17 Februari 2025 | 17.00 WIB

Banyak orang beranggapan bahwa pasangan yang mereka nikahi adalah jodoh sejati yang telah ditentukan oleh Alloh. Namun, apakah pernikahan selalu membawa seseorang kepada jodohnya yang sejati?

Realitas menunjukkan bahwa banyak pernikahan berakhir dengan perceraian meskipun pasangan telah berusaha mempertahankannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah benar pasangan yang telah dinikahi adalah jodoh sejati yang telah Alloh tetapkan? Ataukah ada faktor lain yang berperan dalam perjalanan menemukan pasangan hidup yang hakiki?

Pernikahan tidak selalu menjamin kebahagiaan jika didasari oleh alasan yang keliru, seperti tekanan sosial, paksaan keluarga, atau bahkan sekadar dorongan hawa nafsu semata. Islam sendiri mengajarkan bahwa pernikahan adalah ikatan sakral yang harus didasari oleh niat yang benar dan pertimbangan yang matang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jodoh diartikan sebagai pasangan yang cocok untuk menjadi suami atau istri. Sementara dalam perspektif Islam, jodoh adalah bagian dari takdir muallaq, yaitu ketentuan yang masih bergantung pada usaha manusia. Oleh karena itu, seseorang harus berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk menemukan pasangan yang baik.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik.” (QS. An-Nur: 26)

Ayat ini menunjukkan bahwa kualitas pasangan yang kita dapatkan berkaitan erat dengan kualitas diri kita sendiri. Maka dari itu, jika seseorang ingin mendapatkan pasangan yang baik, ia pun harus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam kitab klasik Ihya’ Ulumuddin, Imam Al-Ghozaly menjelaskan bahwa pernikahan seharusnya berlandaskan pada agama, akhlak, dan kecocokan hati, bukan sekadar dorongan hawa nafsu. Menikah hanya karena faktor fisik atau harta sering kali berujung pada kekecewaan.

Imam Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa agama dan akhlak pada dua poin pertama. Hal ini menunjukkan bahwa dua poin tersebut merupakan faktor penting yang patut diperhatikan mengingat perkawinan tidak hanya berisi jalinan hubungan di dunia, tetapi juga di akhirat.

أما الخصال المطيبة للعيش التي لا بد من مراعاتها في المرأة ليدوم العقد وتتوفر مقاصده ثمانية الدين والخلق والحسن وخفة المهر والولادة والبكارة والنسب وأن لا تكون قرابة قريبة

Artinya: “Adapun hal-hal menyenangkan kehidupan pasangan rumah tangga yang harus diperhatikan pada perempuan agar akad perkawinan menjadi langgeng dan tujuan perkawinan terpenuhi berjumlah 8 hal: yaitu ketaatan pada agama atau religiusitas, akhlak, kecantikan, keringanan mahar, kesuburan, status keperawanan, nasab, dan bukan kerabat dekat.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2015 M], juz II, halaman 43).

Tanpa menafikan atau meremehkan poin lainnya, agama dan akhlak mendapat tempat yang cukup penting mengingat urgensinya yang cukup tinggi dalam kehidupan rumah tangga kelak.

Berdasarkan penelitian dalam yang berkaitan tentang psikologi pernikahan, ditemukan bahwa pernikahan yang langgeng dan bahagia memiliki beberapa indikator utama, seperti komunikasi yang baik, kesamaan nilai dan tujuan hidup, serta kesiapan mental dan emosional dari kedua belah pihak. Dengan demikian, faktor-faktor inilah yang lebih menentukan kebahagiaan dalam pernikahan dibanding sekadar faktor ketertarikan cinta karena dorongan nafsu sesaat.

Oleh sebab itu, untuk menemukan jodoh yang benar-benar sesuai, Islam menganjurkan beberapa langkah berikut:

  1. Perbanyak doa dan istikhoroh, meminta petunjuk Allah agar diberikan pasangan yang terbaik.
  2. Menjaga diri dari hubungan yang tidak sehat, karena hubungan yang didasari hawa nafsu cenderung tidak bertahan lama.
  3. Meningkatkan kualitas diri, baik dari segi keimanan, ilmu, maupun akhlak, agar dapat menarik pasangan yang berkualitas pula.
  4. Mencari pasangan dengan pertimbangan agama dan akhlak, sebagaimana Rosululloh SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ‌تُنْكَحُ ‌المَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ

Artinya: Dari Abi Hurairah, ia berkata, Nabi Muhammad bersabda: Perempuan dinikahi karena empat, yaitu harta, kemuliaan nasab, kecantikan, dan agamanya, pilihlah wanita yang taat kepada agamanya, maka kamu akan berbahagia (beruntung).” (HR. Imam Al-Bukhori)

Pada akhirnya, jodoh adalah takdir yang dapat diikhtiarkan. Jangan sampai memilih pasangan hanya karena nafsu, karena pernikahan yang sejati adalah yang membawa keberkahan dan kebahagiaan dunia akhirat. Semoga kita semua diberi pasangan hidup yang baik dan diridhoi oleh Alloh SWT.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.