darulmaarif.net – Indramayu, 10.00 WIB
Salah satu karya sastra Arab yang melegenda dan diterima secara luas oleh umat Islam di dunia adalah ‘Iqd al-Jawahir (Untaian Permata), atau yang dikenal dengan Kitab Al-Barzanji karangan Syekh Ja’far Ibnu Hasan Ibnu Abdul Karim Ibnu Muhammad al-Barzanji (1690-1766 M).
Pembacaan kitab Barzanji ini sudah menjadi tradisi di Indonesia, khususnya di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU). Pembacaan kitab Barzanji ini biasanya dilakukan dalam setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw pada 12 Rabi’ul Awal.
Masuknya tradisi Barzanji ke Indonesia tidak terlepas dari pengaruh orang-orang Persia yang pernah tinggal di Gujarat yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia.
Namun, pendapat ilmiah yang lain mengatakan bahwa tradisi Barzanji dibawa ulama bermahzab Syafii, terutama Syekh Maulana Malik Ibrahim yang dikenal gurunya Walisongo. Wali yang makamnya terletak di Gresik ini berasal dari Hadramaut (Yaman) dan telah menyebarkan Islam di daerah pesisir Sumatra Timur maupun Pantai Utara Jawa.
Tradisi Barzanji ini kemudian berkembang pesat di kalangan pesantren-pesantren yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan, salah satu pesantren di Indramayu yang rutin melaksanakan Barzanji (familiar dikalangan santri Marhabanan) dilaksanakan setiap malam jum’at setiap satu pekan sekali.
Pada setiap malam Jumat, agenda marhabanan santri Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan ini dibuka dengan sholawat Shimtu Dluror yang diiringi hadroh anak-anak santri, pembacaan maulid Barzanji dan Diba’i, lalu ditutup dengan mau’idzoh hasanah oleh Pengasuh Pondok atau disambung dengan kegiatan lain seperti Lalaran Nadzom atau Tamyizan.
Selain rutin dilaksanakan tiap malam jum’at, kegiatan Barzanjian atau Marhabanan juga dilaksanakan setiap ada momentum Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), terutama dalam rangka menyambut kelahiran manusia suci baginda Nabi Muhammad Saw setiap tanggal 13 Robi’ul Awwal.
Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kita kepada Rosululloh Saw dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi Muhammad Saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi (sya’ir) dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Secara garis besar, isi Al-Barzanji dapat diringkas sebagai berikut: (1) Sislilah Nabi adalah: Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan. (2) Pada masa kecil banyak kelihatan luar biasa pada dirinya. (3) Berniaga ke Syam (Suraih) ikut pamannya ketika masih berusia 12 tahun. (4) Menikah dengan Khadijah pada usia 25 tahun. (5) Diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, dan mulai menyiarkan agama sejak saat itu hingga umur 62 tahun. Rosululloh Saw intaqola ilaa rofiiqil a’laa (pulang ke hadirat Alloh Swt) di Madinah setelah dakwahnya dianggap telah sempurna oleh Alloh Swt.
Selain dalam rangka melestarikan warisan Wali Songo, Barzanjian atau Marhabanan juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran para santri agar semakin cinta untuk bersholawat kepada bagian Nabi Muhammad Saw. Dengan membaca Maulid Barzanji, diharapkan santri Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu dapat meneladani akhlak baginda Nabi Saw sebagai uswatun hasanah.
Semoga bermanfaat. Wallohu A’lam.