Sering Diperdebatkan, Redaksi Lafadz Menjawab Salam yang Benar Seperti Apa?

darulmaarif.net – Indramayu, 30 Oktober 2023 | 10.00 WIB

Mengucap salam dan menjawabnya merupakan salah satu anjuran bagi umat Islam ketika bertemu orang lain. Salam merupakan lafadz sapaan yang mengandung doa keselamatan di dalamnya.

Orang yang mengucap “Assalamu ‘alaikum” mendapatkan banyak keutamaan. Sedangkan yang mendengar ucapan tersebut wajib menjawabnya.

Seringkali, kita mendengar orang menjawab salam dengan kalimat ‘Wa’alaikumussalam’. Ada juga yang menggunakan jawaban ‘Wa’alaikum salam’.

Sekilas, kedua kalimat tersebut nampak tidak ada perbedaan sama sekali, kecuali kalau dalam kamus para Santri, yang satu menggunakan isim nakoroh, satunya lagi menggunakan Al Ta’rif. Lalu, mana sebetulnya redaksi lafadz salam yang benar dalam Islam?

Hukum Menjawab Salam

Adapun hukum menjawab salam, seperti yang dijelaskan oleh pernyataan Imam An-Nawawi dalam Majmu’ Syarh Muhadzab:

وأما جواب السلام فهو فرض بالاجماع فان كان السلام على واحد فالجواب فرض عين وان كان على جمع فهو فرض كفاية.

Artinya: “Adapun menjawab salam hukumnya wajib menurut ijma’ Ulama. Jika ucapan salam ditujukan untuk satu orang, maka orang tersebut hukumnya fardlu ‘ain menjawabnya, dan jika ucapan salam ditujukan untuk orang banyak, maka hukum menjawabnya fardlu kifayah.”

Salam bisa via tulisan di wa, bisa dengan ucapan, dan juga bisa dengan balasan tulisan).

Jika japri, maka fardu ain, jika melalui grup maka fardu kifayah (bila anggota grup sudah ada yang menjawab, maka sudah gugur bagi yang lainnya).

Hal tersebut sebagaimana pernyataan Sayyid Bakri dalam kitab Ia’natut Tholibiin:

أي ويلزم المرسل إليه الرد فورا باللفظ اوالكتابة فيما ارسل له السلام في كتابة فيلزم الرد اما باللفظ او بالكتابة.

Artinya: “Wajib bagi orang yang dikirim salam untuk menjawabnya dengan segera, baik itu secara lisan maupun tulisan. Dan apabila dikirim salam dalam bentuk tulisan maka boleh membalasnya secara lisan maupun dengan tulisan.”

Redaksi Lafadz Jawab Salam

Dlam kitab Al-Adzkaar An-Naway halaman 244, Syamilah:

وأما الجواب فأقله : وعليك السلام ، أو وعليكم السلام ، فإن حذف الواو فقال : عليكم السلام أجزأه ذلك وكان جوابا ، هذا هو المذهب الصحيح المشهور الذي نص عليه إمامنا الشافعي رحمه الله في ” الأم ” ، وقاله جمهور أصحابنا.

Artinya: “Adapun menjawab salam minimal: WA ‘ALAIKASSALAAM atau WA ‘ALAIKUMUSSALAAM, jika wawunya dibuang, dia membaca: ‘ALAIKUMUSSALAAM maka itu mencukupi, dan merupakan jawaban.”

Sementara dalam kitab Haasyiyah Al-Jamaal 21/338 :

وَهُوَ أَيْ السَّلَامُ ابْتِدَاءً وَرَدًّا بِالتَّعْرِيفِ أَفْضَلُ مِنْهُ بِالتَّنْكِيرِ فَيَكْفِي سَلَامٌ عَلَيْكُمْ وَعَلَيْكُمْ سَلَامٌ

Artinya: “Mengucapkan salam baik mengawali maupun menjawab yang lebih utama adalah dengan ta’rif daripada tankir. Mencukupi dengan ucapan SALAAMUN ‘ALAIKUM dan WA A’LAIKUM SALAAM.” (Hasyiyah Al-Jamaal 21/338)

Mengucapkan salam dengan ucapan SALAMUN ALAIKUM (tankir / nakiroh ) atau dengan ucapan ASSALAMU ALAIKUM (ta’rif / ma’rifat) itu boleh2 saja begitu juga dengan menjawab salam dengan memakai WA ALAIKUM SALAM (tankir / nakiroh) sama WA ALAIKUMUS SALAM (ta’rif) itu juga boleh semua,akan tetapi yg afdlol adalah dengan memakai ta’rif (Alif Lam).

Dalam Kitab Mughil Muhtaaj Juz 6 halaman 17 dikatakan:

وَيَكْفِي سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ابْتِدَاءً، وَعَلَيْكُمْ سَلَامٌ جَوَابًا، وَلَكِنَّ التَّعْرِيفَ فِيهِمَا أَفْضَلُ (مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج (6/ 17)

Artinya: “Cukup kiranya lafadz SALAMUN ‘ALAIKUM sebagai awalan, dan lafadz WA ‘ALAIKUMSALAM sebagai jawab salam. Akan tetapi memakai ta’rif pada keduanya (ucapan dan jawab salam) lebih utama”. (Mughnil Muhtaaj Juz 6/17)

Demikian ulasan tentang perdebatan redaksi lafadz mana yang benar, wa ‘alaikumsalam atau wa ‘alaikumussalam, ketika menjawab salam. Semoga persaudaraan Islam kita senantiasa terjaga dengan saling mendoakan sesama saudara Muslim kita melalui salam.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.