Refleksi Pendidikan: Bagaimana Cara Alloh Mendidik Rosululloh Saw?

darulmaarif.net – Indramayu, 04 Desember 2023 | 20.00 WIB

Rosululloh Saw adalah manusia paling agung, paling indah lahir dan batinnya, akhlak dan perbuatannya, menurut penelitian Michael Hart, Baginda Nabi Muhammad Saw adalah orang yang paling berpengaruh di dunia, bahkan Penulis buku “The 100 A Rangking of The Most Influental Persons In History” ini menempatkan sosok Baginda Nabi Muhammad diurutan pertama dari 100 Tokoh paling berpengaruh sepanjang peradaban umat manusia sampai saat ini.

Alloh memerintahkan umat muslim untuk menjadikan Rosululloh Saw sebagai suri tauladan terbaik, Alloh pula lah yang telah mempersiapkan Baginda Nabi Muhammad Saw untuk menjadi seorang Rasul, nabi terakhir, pembawa risalah terakhir, pembawa cahaya kebenaran, cahaya penyempurna cahaya-cahaya sebelumnya, Alloh yang telah mendidik Rasululloh Saw sepanjang hidupnnya, semenjak kecil hingga menjadi manusia yang begitu agung.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:

أَدَّبَنِى رَبِّى فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبِى

Artinya: “Tuhanku telah mendidikku dan telah membaguskan pendidikanku”. (H.R Imam Ibnu Hibban)

Lalu, Bagaimana Cara Alloh Ta’ala mendidik Rosululloh Saw? Setidaknya, terdapat tiga metode yang Alloh ajarkan dalam pendidikan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.

Pertama, pendidikan by design.

Pendidikan Nabi Muhammad Saw sudah direncanakan dan didesain Alloh Swt. Perhatikanlah silsilah Nabi Muhammad. Ayahnya bernama ‘Abdullah, berarti hamba Alloh. Ibunya bernama Aminah, artinya dapat di percaya. Lalu kakeknya, Abdul Mutholib, memberi nama Muhammad yang artinya orang yang terpuji. Silsilahnya sampai kepada Nabi Ismail bin Ibrahim ‘Alaihissalam.

Dalam kandungan, ayahnya wafat. Masih usia anak-anak, ibunda tercinta juga dipanggil Alloh. Baginda Nabi Muhammad menjadi yatim piatu. Meski yatim piatu, Baginda Nabi dididik di lingkungan yang baik sehingga mendukung pertumbuhan mental dan fisiknya. Ia diasuh kakek, lalu berpindah pada pamannya, Abu Thalib. Ketika ditanya soal perjalanan hidupnya yang berpindah-pindah pengasuhan ini, Nabi Muhammad menjawab, “Begitulah cara Alloh mendidikku sehingga tak ada satu orang pun yang sangat berpengaruh dalam hidupku, termasuk orang tuaku sendiri.”

Kedua, pendidikan berbasis kenabian (prophetic).

Di usia 40 ta hun, Muhammad diangkat menjadi rasul. Penetapan nya sebagai nabi dan rasul menunjukkan bahwa Alloh Swt mendidik Muhammad mengandung pendekatan profan atau bermuatan “kelangitan”.

Sebagai Nabi, Alloh mendidiknya dengan tuntunan wahyu melalui Malaikat Jibril. Perkataan dan perbuatannya mengandung ajaran mulia karena didasari oleh wahyu, bukan hawa nafsu. Ketika Sayyidah ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi, Ummahatul Mu’minin itu berkata,

كان خلقه القرآن (رواه مسلم)

Artinya: “Dan akhlak Nabi itu adalah Al-Qur’an.” (HR Imam Muslim)

Ketiga, pendidikan dalam pemeliharaan dan pengawasan Alloh.

Di antara bentuk pengawasan Alloh adalah memeliharanya dari perbuatan maksiat. Di saat remaja, misalnya, Baginda Nabi Muhammad ingin melihat pesta yang dipenuhi oleh hiburan sarat maksiat.

Alloh perintahkan Malaikat membuatnya tiba-tiba merasa letih dan mengantuk berat sehingga ia tertidur. Saat terbangun, hari sudah siang sehingga ia tidak melihat hiburan bermaksiat tersebut. Hal itu juga terjadi keesokan harinya. Demikian Alloh menjaga nabi dari lingkungan buruk.

Sebagai umat Baginda Nabi Muhammad Saw, kita perlu merancang pendidikan berbasis Islam, mengandung misi prophetic, dengan tauhid sebagai poros utama.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.