darulmaarif.net – Indramayu, 10 Maret 2023 | 09.00 WIB
Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi seluruh umat muslim yang akil bakigh, dan bagi yang tidak mengikutinya harus melakukan penggantian di lain waktu (qodlo).
Bagi yang masih punya hutang puasa Ramadhan tahun lalu diharapkan untuk segera melunasinya dengan qodlo puasa atau membayarkan fidyah. Meksipun puasa diwajibkan atas umat Islam yang akil baligh secara keseluruhan, namun ada beberapa golongan orang yang diperbolehkan untuk ifthor (tidak berpuasa) sebab ada rukhsoh syar’i. Sebagai gantinya, puasa nya diganti dengan puasa di lain waktu atau bayar fidyah.
Dalam Kitab Kasyifatus Saja (sarah kitab Safinatun Najah) yang ditulis oleh Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani menyebutkan ada 6 golongan orang yang diperbolehkan tidak berpuasa.
يباح الفطر في رمضان لستة للمسافر والمريض والشيخ الهرم أي الكبير الضعيف والحامل ولو من زنا أو شبهة ولو بغير آدمي حيث كان معصوما والعطشان أي حيث لحقه مشقة شديدة لا تحتمل عادة عند الزيادي أو تبيح التيمم عند الرملي ومثله الجائع وللمرضعة ولو مستأجرة أو متبرعة ولو لغير آدمي.
Ifthor atau tidak berpuasa di bulan Ramadhan diperbolehkan bagi 6 golongan orang, berikut ini penjelasan 6 golongan orang yang diperbolehkan untuk tidak puasa.
Pertama, musafir. Bagi seorang musafir yang mengadakan perjalanan jauh yang memperbolehkan mengqosor sholat, yaitu ±81 Km.
Kedua, Maridl (orang sakit). Orang sakit boleh meninggalkan puasa dan menggantinya dengan qadha atau fidyah berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jika penyakit yang Anda derita sangat sulit untuk sembuh, maka boleh menggantinya dengan fidyah.
Ketiga, Orangtua yang sudah lanjut usia dan tidak kuat berpuasa. Orang tua atau lansia yang berat untuk melakukan puasa diperkenankan untuk meninggalkan puasa. Dalam hal ini, tidak ada batasan umur. Akan tetapi, asalkan betul -betul puasa memberatkan baginya hingga sampai membahayakan nyawanya, maka ia boleh berbuka puasa dan menggantinya dengan fidyah sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkan.
Keempat, Perempuan hamil meskipun hamil dari perzinahan atau wati syubhat dan meskipun ia hamil karena berhubungan intimdengan selain manusia sekiranya ia adalah perempuan yang maksum (menjaga diri).
Kelima, Orang yang kehausan. Ziyadi membatasi kehausan yang memperbolehkan ifthor disini dengan sekiranya rasa haus tersebut benar-benar tidak mampu ditahan. Sedangkan Romli membatasi kehausan disini dengan sekiranya rasa haus tersebut memperbolehkan tayammum. Begitu juga, orang yang kelaparan diperbolehkan ifthor dengan batasan seperti yang telah disebutkan.
Keenam, Perempuan yang menyusui, meskipun ia disewa untuk menyusui atau ia menyusui secara suka rela, dan meskipun yang disusui itu bukan manusia.
Wa fii ba’dlin nusahil matni (menurut sumber lain disebutkan juga):
Ketujuh, Perempuan yang sedang haidl. Perempuan yang sedang datang bulan atau haid tidak wajib berpuasa Ramadhan. Jika memaksa, maka puasanya tidak sah, bahkan hukumnya dianggap haram.
Kedelapan, Perempuan yang sedang nifas. Wanita pasca melahirkan yang sedang nifas tidak wajib berpuasa. Jika berpuasa puasanya pun tidak sah bahkan dianggap haram hukumnya. Ia dapat mengganti hari puasa yang ditinggalkan dengan mencicil qodlo.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Pontren Marul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net