darulmaarif.net – Indramayu, 16 Maret 2023 | 17.00 WIB
Dalam kehidupan dunia ini, secara garis besar ada dua kondisi yang dihadapi manusia. Pertama, jenis manusia yang bingung dibawah kendali, yang mengharuskannya melakukan usaha lahiriah. Itulah kondisi asbab, usaha-usaha lahiriah. Dan, kedua, jenis manusia terasing dari kondisi usaha-usaha lahiriah dan tidak menemukan jalan ke sana. Manusia jenis ini di tempatkan Alloh untuk lepas dari usaha lahiriah. Itulah kondisi tajrid.
Manusia ini jenis pertama ini bertugas seperti, jika meminjam istilah Arif Budiman dulu, “cendekiawan yang berumah di angin”.
Orang yang maqomnya seperti ini (tajrid), tak akan memiliki passion atau kesenangan untuk terlibat dalam pergumulan kehidupan sosial. Orang seperti ini oleh kalangan sufi disebut sebagai orang bermaqam tajrid.
Sebaliknya, ada orang yang maqomnya adalah “manusia sosial”. Tugas manusia seperti ini adalah hidup bermandikan samudra sosial yang ramai, penuh dengan gelora perjuangan. Dia tak cocok untuk kehidupan kontemplatif seperti yang dijalani oleh manusia jenis pertama.
Dalam kitab Al-Hikam karya ‘Allamah Ibnu ‘Athoillah As-Sakandary, dua jenis manusia ini terdapat dalam hikmah ke 2 yang beliau sampaikan dalam kitabnya:
اِرادَاتُكَ التَّجْرِيد مَعَ اِقَامَةِالّلهِ اِيَّاكَ فِى الْاَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ ، وَاِرَادَتُكَ الْاَسْبَابَ مَعَ اِقَمَةِاللّهِ فِى التَّجْرِيْدِ اِنْحِطَاطٌ عَنْ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ
Artinya: “Keinginanmu untuk ber-Tajrid (Mengkhususkan ibadah dan meninggalkan usaha mencari rejeki) sedangkan Alloh menempatkanmu di dalam al-asbab ( sebab akibat, melakukan usaha mencari rejeki) adalah termasuk ke dalam syahwat yang tersembunyi .
Dan keinginamu ke dalam maqom Al-asbab sedangkan Alloh menempatkanmu ke dalam maqom Tajrid, adalah suatu penurunan himmah atau semangat yang tinggi”.
Penjelasan
Alloh Swt telah menciptakan sistim sebab akibat di dunia ini dengan sangat rapinya .Yang selanjutnya manusia menyusun sistim dalam kehidupanya berdasarkan akal, panca indera serta rasa yang telah dibekali oleh Alloh untuk mengatur bumi ini sebagai KholifatuLlohi Fil Ardli.
Maka dengan penelitian hukum Alloh (Sunnatulloh) tersebut , manusia mampu menemukan berbagai macam penemuan ilmu dan pengetahuan seperti Ilmu Falak ( Astronomi, Ilmu kedokteran, Matematika ( Ilmu Hisab), Theologi dan sebagainya. Yang kesemuanya itu untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia. Sistim sebab akibat inilah yang telah menjadi sandaran perjalanan manusia.
Namun dengan penyandaran hukum sebab akibat ini, terkadang membuat manusia menjadi lalai akan peran Alloh Swt dalam kehidupanya. Sehingga menyebabkan manusia bergantung kepada amalnya dan lupa akan siapa yang menciptakan sebab akibat tersebut.
Manusia yang mengandalkan kekuatan sebab untuk mendapatkan akibat (hasil) itu yang dinamakan ahli asbab. Perjalanan hukum sebab akibat sering membuat manusia lupa akan kekuasaan Alloh. Mereka melakukan sesuatu dengan penuh keyakinan bahwa akibat akan lahir dari sebab atau usaha tak akan menghianati hasil seolah olah Alloh tidak ikut campur dalam urusan mereka itu. Maka disitulah terselip kesyirikan tanpa disadarinya Itulah Syirik yang tersembunyi (khoufy), padahal syirik adalah dosa besar.
Keyakinan penuh pada hukum sebab akibat seolah-olah Takdir Alloh telah diruntuhkan dan tidak berlaku. Hal itu sama bahayanya dengan para penyembah berhala.
Maka disitulah Alloh telah mengutus para Nabi dan Rosul dengan mukjizatnya guna merombak pemikiran dan keyakinan penuh kepada hukum sebab akibat. Nabi dan Rosul mengajarkan dan mengenalkan Pencipta sebab akibat yaitu Alloh Sang Maha Pencipta segala-galanya. Dengan begitu manusia dikenalkan kepada Alloh yang hanya kepada-Nya lah tempat bersandar dan bergantung serta harapan. Sehingga akan selamat dari kesyirikan sebab akibat.
Selama manusia hidup di muka bumi ini, maka dia tidak mungkin terlepas dari sistem sebab akibat yang diciptakan Alloh. Firman Alloh dalam surat Al-Hadid ayat 1 dan 2:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ (١)
لَهُۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ يُحۡىِۦ وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ (٢)
Artinya: “Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Alloh , dan Dialah yang Maha Kuasa , lagi Maha Bijaksana. Hanya Dialah yang menguasai langit dan bumi , dia menghidupkan dan mematikan, Dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.s Al-Hadid Ayat 1 & 2)
Orang yang menyadari kekuasaan Alloh dalam bentuk hukum sebab akibat tadi dan meletakan kebergantunganya hanya kepada Alloh dan tidak bergantung kepada amal maka orang tersebut dinamakan ahli tajrid. Ahli tajrid melakukan amal sebagaimana ahli asbab yang mengikuti sunnatulloh yaitu hukum sebab akibat, namun perbedaanya adalah penyaksian dalam hati (musyahadatun fil qolbi). Ahli asbab berkeyakinan pada sebab akibat an sich, sedangkan ahli tajrid berkeyakinan melakukan amal sebagaimana yang diperintah Alloh mengikuti sebab akibat dan hasilnya berharap penuh dari Alloh.
Sebuah ungkapan mengatakan:
“Memungkiri hukum sebab akibat adalah suatu kebodohan sedangkan bergantung kepada hukum sebab akibat adalah Syirik”.
Semoga beanfaat. Wallohu a’lam.