Orangtua Harus Tahu! Ini Pentingnya Pendidikan Agama Di Pesantren Bagi Anak-anak

darulmaarif.net – Indramayu, 27 Juli 2023 | 13.00 WIB

Untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia, pemerintah telah banyak memberikan dukungan terhadap masyarakat Indonesia, melalui sekolah modern atau umum, dengan fasilitas yang nyaris sempurna, pada akhirnya lembaga pendidikan pesantren kurang diminati masyarakat Indonesia, padahal pondok pesantren lah yang membidani secara khusus dalam pendalaman ilmu syari’at Islam.

Menuntut ilmu hukumnya menjadi fardlu ‘ain atau wajib dilakukan oleh setiap muslim, terutama jika hal tersebut diperlukan agar umat muslim dapat menjalankan ibadah kepada Alloh Swt. Misalnya ilmu tentang ibadah yang menyangkut cara sholat wajib (baca keutamaan shalat dhuha), puasa di bulan Ramadhan, zakat (baca syarat penerima zakat dan penerima zakat dalam islam) haji dan lainnya.

Ilmu tersebut menjadi wajib diketahui karena tanpa adanya ilmu tentang ibadah-ibadah tersebut, tidaklah sah ibadah seseorang (baca hal-hal yang menghapus amal ibadah dan hal yang penyebab amal ibadah ditolak). Dengan demikian menuntut ilmu wajib dilakukan, adapun para orang tua sebaiknya menanamkan ilmu agama pada anaknya sejak usia dini dan mengerti pentingnya pendidikan anak dalam Islam (baca: cara mendidik anak dalam Islam dan cara mendidik yang baik menurut islam).

Mengenai pentingnya menuntut ilmu Agama, Imam Al-Ghozaly dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin:

إحياء علوم الدين، 2/336-337

وَتَحَقَقَّتْ أَنَّ كُلَّ عَبْدٍ هُوَ فِيْ مَجَارِيْ أَحْوَالِهِ فِيْ يَوْمِهِ وَلَيْلَتِهِ لَا يَخْلُوْ مِنْ وَقَائِعَ فِيْ عِبَادَتِهِ وَمُعَامَلَاتِهِ عَنْ تَجَدُّدِ لَوَازِمَ عَلَيْهِ فَيَلْزَمُهُ السُّؤَالُ عَنْ كُلِّ مَا َيقَعُ لَهُ مِنَ النَّوَادِرِ وَيَلْزَمُهُ الْمُبَادَرَةُ إِلَى تَعَلُّمِ مَا يُتَوَّقَعُ وُقُوْعُهُ عَلَى الْقُرْبِ غَالِبًا فَإْذَا تَبَيَّنَ أَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاُة وَ السَّلاَمُ إِنَّمَا أَرَادَ بِالْعِلْمِ الْمُعَرَّفُ بِالْأَلِفِ وَاللَّامِ فِيْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ علَيَهِْ وَ سَلَّمَ طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ عِلْمِ الْعَمَلِ الَّذِيْ هُوَ مَشْهُوْرُ الْوُجُوْبِ علَىَ الْمُسْلِمِيْنَ لَا غَيْرُ فَقَدِ اتَّضَحَ وَجْهُ التَّدْرِيْجِ َووَقْتُ وُجُوْبِهِ وَاللهُ أَعْلَمُ.

(فَائِدَةٌ أُخْرَى) فِيْ بَيَانِ انْقِسَامِ الْعِلْمِ اِلَى فَرْضٍ وَنَفْلٍ وَمَكْرُوْهِ وَمُبَاحٍ يَنْقَسِمُ الْعِلْمُ شَرْعِيًا كَانَ اَوْ غَيْرَهُ غَالِبًا اِلَى فَرْضِ عَيْنٍ وَفَرْضِ كِفَايَةٍ فَالْاَوَّلُ مَا لَارُخْصَةَ لِمُكَلَّفٍ فَيْ جَهْلِهِ وَهُوَ عِلْمُ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ اِيْمَانِهِ مِنَ الْاُصُوْلِ وَعِلْمِ ظَوَاهِرِمَا يَلْتَبِسُ فِيِْه فِيْ الْحَالِ وَلَوْ نَفْلاً مِنَ الْاَحْكَامِ الْفِقْهِيَّةِ.

Artinya: “Dan saya menyadari bahwa setiap hamba dalam perjalanan kondisinya baik di siang hari dan malamnya, tidak luput dari kejadian dalam ibadah dan muamalah nya dari pembaharuan atasnya. Dia (orangtua) harus ditanya tentang semua yang terjadi pada anaknya, dan orangtua juga harus mengambil inisiatif untuk mempelajari apa yang diharapkan dalam Al-Qur’an. Maka sesungguhnya telah menjadi jelas apa yang telah disampaikan baginda Nabi ‘Alaihis Sholatu Wassalam bahwa yang maksud dari Al-‘Ilmu yang dima’rifatkan dengan Alif dan Lam (Al Ta’rif) dalam haditsnya: menuntut ilmu itu sangat wajib bagi setiap muslim, maksdunya adalah ilmu yang diamalkan yang telah masyhur wajibnya bagi orang-orang Muslim tidak untuk selainnya (non-Muslim). Maka sesungguhnya telah menjadi jelas runtutannya dan waktu kewajibannya, wallohu a’lam.

(Faidah lain) dalam penjelasan pembagian ‘Ilmu yang bersifat wajib, sunnah, makruh, mubah. Terbagi menjadi ilmu syari’at atau selainnya secara umum menjadi fardlu ‘ain dan fardlu kifayah. Maka yang pertama (fardlu ‘ain) yaitu ilmu yang tidak ada rukhsoh (keringanan) bagi setiap orang yang mukallaf (‘Aqil-Baligh) dalam kebodohannya, ilmu ini adalah ilmu yang menjadi pengetahuan tentang dasar-dasar Agama yang menjadi sandaran keabsahan imannya, dan pengetahuan tentang makna-maknanya yang dzohir, yang dengan kebodohannya dia menjadi kebingungan, bahkan jika itu bersifat sunnah dari hukum-hukum fiqh.” (Iamm Ghozaly dalam Ihya’ ‘Ulumiddin, hal. 336-337, cetakan Beirut)

Dalam kitab Kifayatul Atqiya’, halaman 86 karya Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syatho ad-Dimyathi menjelaskan:

(كفاية الاتقياء، 86)

(فَرْعٌ) قَالَ الشَّافَعِيُّ وَالْاَصْحَابُ رَحِمَهُمُ اللهُ يَجْبُ عَلىَ الْاَبَاءِ تَعْلِيْمُ اَوْلَادِهِمْ الصِّغَارْ مَا سَيَتَعَيَّنُ عَلَيْهِمْ بَعْدَ الْبُلُوْغِ فَيُعَلِّمَهُ الْوَلِيُّ الطَّهَارَة َوَالصَّلاَةَ وَالصَّوْمَ وَنَحْوَهَا وَيُعَرِّفُهُ تَحْرِيْمَ الزِّنَا وَاللِّوَاطِ وَالسَّرِقَةِ وَشُرْبِ الْمُسْكِرِ وِالْغِيْبَةِ وَشِبْهِهَا.

Artinya: “(cabang) Imam As-Syafi’i dan para sahabatnya, semoga Alloh merahmati mereka, berkata: ‘Orangtua harus mengajari anak-anak mereka yang masih kecil apa yang harus mereka lakukan setelah mereka baligh (mencapai pubertas). Mengajarinya bersuci, sholat, puasa, dan sejenisnya, dan memperkenalkannya pada larangan perzinahan, liwath (hubungan lewat anus), pencurian, dan minum minuman yang memabukkan, ghibah, dan serupa hal tersebut.” (Kifayatul Atqiya’, hal. 86)

Kemudian, dalam kitab Hamisyus Syarwany, juz 10 halaman 215 dijelaskan:

(هامش الشرواني، 10/215)

(في مجموع الفوائد، 4). يَنْبَغِيْ اَنْ يَكُوْنَ مِنَ الْكَبَائِرِ تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ مَاهُوَ فَرْض

Artinya: “(Dalam kumpulan Faidah ke 4). Merupakan dosa besar untuk tidak mempelajari apa yang menjadi dasar kesahihan dari apa yang menjadi kewajiban.” (Hamisyus Syarwany, 10/215)

Itulah beberapa hal yang patut diketahui orangtua dalam memilih prioritas pendidikan anak-anaknya. Karena bagaimanapun juga, bagi umat Islam sepatutnya menyadari bahwa ilmu Agama harus diutamakan diatas ilmu-ilmu yang lain.

Semoga bermanfaat. Wallohu A’lam.