darulmaarif.net – Indramayu, 17 Januari 2025 | 14.00 WIB

Di era digital dewasa ini, media sosial (medsos) tak ubahnya pedang bermata dua. Di satu sisi, ia menjadi sarana komunikasi, berbagi informasi, hingga membangun relasi. Namun di sisi lain, medsos menjadi ladang subur bagi depresi sosial. Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat memicu gangguan mental, termasuk kecemasan, depresi, alienasi sosial, hingga tindakan bunuh diri.
Peneliti belum lama ini menemukan bahwa depresi kerap dirasakan oleh manusia dewasa yang masih berusia muda. Semakin banyak platform media sosial (medsos) yang digunakan akan semakin membuat depresi. Analisis ini dipimpin oleh tim dari Pusat Penelitian Media, Teknologi, dan Kesehatan di University of Pittsburgh. Secara khusus, para ilmuwan menemukan bahwa orang yang dilaporkan menggunakan tujuh sampai 11 platform media sosial, tiga kali lebih mungkin menunjukkan gejala depresi dan kecemasan daripada teman-temannya yang menggunakan nol sampai dua platform. Ini termasuk Facebook, YouTube, Twitter, Google Plus, Instagram, Snapchat, Reddit, Tumblr, Pinterest, Vine, dan LinkedIn.
Bahkan bunuh diri menjadi isu kesehatan masyarakat serius saat ini. Menurut WHO, 2019, sekitar 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri per tahun, di dunia. Angka bunuh diri lebih tinggi pada usia muda. Di Asia Tenggara, angka bunuh diri tertinggi terdapat di Thailand yaitu 12.9 (per 100.000 populasi), Singapura (7,9), Vietnam (7.0), Malaysia (6.2), Indonesia (3.7), dan Filipina (3.7). Perilaku bunuh diri (ide bunuh diri, rencana bunuh diri, dan tindakan bunuh diri) dikaitkan dengan berbagai gangguan jiwa, misalnya gangguan depresi. Gejala depresi, misalnya merasa tidak berguna, tidak ada harapan atau putus asa merupakan faktor risiko bunuh diri. Sebanyak 55% orang dengan depresi memiliki ide bunuh diri.
Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa menyalahkan diri sendiri, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat pula rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial.
Sebagai umat Islam, bagaimana kita merespons masalah ini?
Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin tentu memiliki solusi yang mampu menjadi oase di tengah gersangnya jiwa akibat dampak negatif medsos.
Depresi Sosial dalam Perspektif Islam
Depresi sosial sering muncul akibat perasaan tidak cukup baik, iri hati, hingga ketidakpuasan terhadap hidup. Medsos kerap menjadi panggung persaingan semu, di mana pengguna berlomba menampilkan “kehidupan ideal” mereka. Fenomena ini sesuai dengan apa yang Alloh SWT berfirman:
اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ وَفِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌۙ وَّمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانٌۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ٢٠
Artinya: “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Al-Hadid Ayat 20)
Dalam ayat ini, Alloh SWT mengingatkan bahwa fokus berlebihan pada dunia, termasuk citra diri di medsos, hanyalah ilusi yang menyesatkan. Alih-alih memberikan kebahagiaan sejati, ia justru sering berakhir dengan kehampaan ruhani.
Solusi Islami Mengatasi Depresi Sosial
Islam menawarkan solusi komprehensif untuk mengatasi depresi sosial akibat medsos. Berikut ini beberapa pendekatan Islami yang bisa menjadi oase ketenangan:
- Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)
Penyucian jiwa merupakan inti dari ajaran Islam. Allah memerintahkan setiap Muslim untuk senantiasa membersihkan hati dari sifat iri, hasad, dan cinta dunia yang berlebihan. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak dzikir.
“Hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dzikir dapat membantu mengalihkan perhatian dari hiruk-pikuk dunia maya menuju kedamaian batin yang hakiki.
- Menghidupkan Konsep Qana’ah (Rasa Cukup)
Qana’ah adalah sikap menerima dengan ikhlas apa yang telah Alloh karuniakan. Rosulullah SAW bersabda:
“Kekayaan yang sebenarnya bukanlah banyaknya harta, tetapi hati yang merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap qana’ah dapat melindungi kita dari jebakan iri hati dan rasa minder saat melihat kehidupan orang lain di medsos.
- Membatasi Penggunaan Medsos
Dalam Islam, segala sesuatu yang berlebihan tidak dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan.” (HR. Ahmad)
Batasilah waktu penggunaan medsos agar tidak menguasai hidup kita. Manfaatkan waktu untuk hal-hal produktif, seperti membaca Al-Qur’an, belajar ilmu, atau bersosialisasi langsung dengan keluarga dan teman.
- Silaturahmi dan Komunitas Islami
Medsos sering kali membuat seseorang merasa terhubung, tetapi dalam realitas justru kehilangan koneksi emosional yang nyata. Islam mendorong umatnya untuk mempererat silaturahmi dan berkumpul dengan komunitas Islami. Rosululloh SAW bersabda:
“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan silaturahmi, kita dapat merasakan dukungan dan kebersamaan yang nyata, bukan sekadar ilusi dunia maya.
Oase di Tengah Gersangnya Jiwa
Islam hadir sebagai solusi yang lengkap untuk berbagai tantangan hidup, termasuk dampak negatif medsos. Dengan mempraktikkan ajaran Islam seperti dzikir, qana’ah, dan menjaga silaturahmi, kita dapat membangun benteng diri dari depresi sosial.
Medsos bukanlah musuh, melainkan hanya alat. Ia hanya akan menjadi ancaman jika kita menggunakannya tanpa kendali. Dengan menjadikan Islam sebagai panduan dan kompas zaman, kita dapat mengubah medsos menjadi sarana kebaikan yang membawa keberkahan, bukan kehampaan jiwa yang menghancurkan.
Jadi, mari jadikan Islam sebagai oase yang menenangkan, di tengah hiruk-pikuk medsos yang sering kali melelahkan.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.