darulmaarif.net – 29 Maret 2023 | 18.00 WIB
Adzan magrib merupakan momentum yang paling ditunggu-tunggu umat Islam di tiap Bulan Ramadan. Sebab, dengan dikumandangkannya adzan, pertanda waktu berbuka puasa telah tiba.
Lazimnya, buka puasa dengan minum air putih atau teh dan makan buah kurma. Namun, kalau sekiranya tidak ada makanan atau minuman bolehkah berbuka puasa dengan jima’ atau senggama?
Hukum berbuka puasa dengan senggama boleh, namun tidak mendapatkan kesunnahan Ta’jilul Fithri (menyegerakan diri saat berbuka) karena senggama dapat melemahkan stamina.
( و ) الثاني ( تعجيل الفطر ) بعد تحقق الغروب وقبل الصلاة للخبر السابق وسن ذلك ولو مارا بالطريق ولا تنخرم مروءته به كطلب الأكل يوم عيد الفطر قبل الصلاة ولو مارا بالطريق والمعتمد عدم حصول سنة التعجيل بالجماع لما فيه من إضعاف القوة
Artinya: “Kesunnahan yang kedua: menyegerakan diri dalam berbuka puasa setelah yakin tenggelamnya matahari dan sebelum menjalani shalat maghrib berdasarkan hadits yang lalu. Dan kesunnahannya meskipun ia sedang dalam perjalanan selama tidak mengurangi wibawanya seperti hukumnya meminta makanan pada orang lain dihari raya ‘Iedul Fitri sebelum menjalani shalat ‘Ied. Menurut pendapat yang Mu’tamad (yang dapat dijadikan pegangan) tidak terdapatkannya kesunahan menyegerakan diri dalam berbuka puasa saat berbukanya menggunakan senggama karena senggama dapat melemahkan stamina”. (Nihaayatuz Zain I/194).
و هل يحصل الفطر بنحو جماع و ادخال نحو عود فى اذنه فال ب ج الاولى نعم وقال قوله و تعجيل فطر اى بغير جماع وانما يسن ما ذكر بشرى الكريم ٢/٧٣
Tapi ingat ya, jika tidak ada yang untuk dibuat buka kecuali jimak ya jimak bisa dapat kesunahan ta’jilul fithri.
ويسن تعجيل الفطر ) أي بتناول شيء كما في الجواهر وقضيته عدم حصول سنة التعجيل بالجماع وهو محتمل لما فيه من إضعاف القوة والضرر شرح م ر اه سم قال ع ش قوله م ر وهو محتمل معتمد اه وقال الرشيدي وقضيته أي ما في الجواهر أيضا عدم حصولها بالاستقاءة أو إدخال نحو عود في أذنه أو إحليله أو نحو ذلك وإن كان ما ذكره م ر من التعليل يأبى ذلك اه وقال الشارح في الإيعاب ما نصه وعبر أي المصنف كالقمولي بتناول المفطر لأنه أفطر بالغروب وقضيته حصول أصل السنة بسائر المنافيات للصوم كالجماع اه وجمع شيخنا بما نصه فإن لم يجد إلا الجماع أفطر عليه وقول بعضهم لا يسن الفطر عليه محمول على ما إذا وجد غيره اه قول المتن
حواشي الشرواني – (ج 3 / ص 420)
Nabi Muhammad bersabda terkait menggauli istri bernilai sedekah:
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلَالِ كَانَ لَهُ أَجْرًا
Artinya: “Hubungan badan salah seorang di antara kalian adalah sedekah. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, apakah dengan kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala? Beliau menjawab: Bukankah jika kalian bersetubuh pada yang haram, kalian mendapatkan dosa. Maka demikian juga jika kalian bersetubuh pada yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala. (HR. Imam Muslim 1674)
Al-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Shohih Muslim, halaman 1446 menyebutkan:
وَفِي هَذَا دَلِيل عَلَى أَنَّ الْمُبَاحَات تَصِير طَاعَات بِالنِّيَّاتِ الصَّادِقَات ، فَالْجِمَاع يَكُون عِبَادَة إِذَا نَوَى بِهِ قَضَاء حَقّ الزَّوْجَة وَمُعَاشَرَتَهَا بِالْمَعْرُوفِ الَّذِي أَمَرَ اللَّه تَعَالَى بِهِ ، أَوْ طَلَبَ وَلَدٍ صَالِحٍ ، أَوْ إِعْفَافَ نَفْسِهِ أَوْ إِعْفَاف الزَّوْجَة وَمَنْعَهُمَا جَمِيعًا مِنْ النَّظَر إِلَى حَرَام ، أَوْ الْفِكْر فِيهِ ، أَوْ الْهَمّ بِهِ ، أَوْ غَيْر ذَلِكَ مِنْ الْمَقَاصِد الصَّالِحَة
Artinya: “Hadits ini menjadi dalil bahwa perkara mubah bisa bernilai ketaatan sebab niat. Hubungan intim /jima’ bernilai ibadah apabila diniati memenuhi hak istri, menggaulinya dengan baik, berharap melahirkan anak salih, menjaga diri maupun istri terjerumus dari perbuatan tercela dengan melihat perkara haram, dan memikirkannya, Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa boleh menyegerakan berbuka puasa dengan menjima’ istri tanpa makan dan minum terlebih dahulu.”
Perkataan Ibnu Umar di atas menjadi rujukan khususnya yang sudah tidak mampu menahan hasratnya, lebih-lebih yang masih bulan madu, agar setelah itu bisa fokus untuk melakukan ibadah yang lain.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.