darulmaarif.net – Indramayu, 08 Agustus 2024 | 16.00
Hubungan intim pasangan suami istri dalam perspektif agama Islam memiliki waktu-waktu tertentu yang dianjurkan, walaupun ada sebagian ‘Ulama yang mengatakan tidak ada pembatasan waktu tertentu melakukan jima’.
Sebelumnya kita perlu mendapat penjelasan ahli hukum Islam terkait hubungan Sunnah Rosul, malam Jumat, dan hubungan intim suami-istri.
وليس في السنة استحباب الجماع في ليال معينة كالاثنين أو الجمعة، ومن العلماء من استحب الجماع يوم الجمعة.
Artinya: “Di dalam sunnah tidak ada anjuran berhubungan seksual suami-istri di malam-malam tertentu, antara lain malam Senin atau malam Jumat. Tetapi ada segelintir ulama menyatakan anjuran hubungan seksual di malam Jumat,” (Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, juz 3 hal.556).
Lebih lanjut, keterangan Syekh Wahbah Az-Zuhayli ini dengan terang menyebutkan bahwa sunah Rosululloh tidak menganjurkan hubungan suami-istri secara khusus di malam Jumat. Kalau pun ada anjuran, itu datang dari segelintir ‘Ulama yang didasarkan pada hadits Rosululloh Saw dengan redaksi, “Siapa saja yang mandi di hari Jumat, maka…” Dari sini kemudian sebagian ‘Ulama menafsirkan kesunnahan hubungan badan suami-istri malam Jumat.
Sementara itu, Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya Jamii’ Li Ahkamil Qur’an menjelaskan alasan kenapa orang sholih suka berjima’ atau berpoligami?! Ini penjelasannya.
لماذا أهل الاستقامة يحبون تعداد الزواج ، قال القرطبي رحمه الله, يقال:“إن كل من كان أتقى فشهوته أشد لأن الذي لا يكون تقيا فإنما يتفرج بالنظر والمس ألا ترى ما روي في الخبر: “العينان تزنيان واليدان تزنيان” فإذا كان في النظر والمس نوع من قضاء الشهوة قل الجماع، والمتقي لا ينظر ولا يمس فتكون الشهوة مجتمعة في نفسه فيكون أكثر جماعا .وقال أبو بكر الوراق:كل شهوة تقسي القلب إلا الجماع فإنه يصفي القلب ولهذا كان الأنبياء يفعلون ذلك”انظر تفسير القرطبي (٢٥٣/٥).
Artinya: “Kenapa orang yang istiqomah (sholih) suka dengan poligami? Berkata Imam Al-Qurthubi rohimahulloh: Sesungguhnya orang benar -benar bertakwa syahwatnya akan besar. Karena orang yang tidak bertakwa akan mudah melampiaskan syahwatnya dengan memandang dan menyentuh yang haram. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits: “dua mata yang berzina dan tangan yang berzina” Ketika memandang dan menyentuh menjadi pelampiasan syahwat maka akan mengakibatkan sedikit (kualitas) berjima’. Sedangkan orang yang benar -benar bertakwa dia tidak akan pernah memandang (menundukkan pandangan kepada yang haram) dan tidak akan menyentuh yang haram. Ini mengakibatkan syahwat terpendam didalam dirinya dan lebih banyak melampiaskan jima’ yang halal terhadap istrinya. Syekh Abu Bakar Al-Waroq berkata: Semua syahwat dapat mengeraskan hati kecuali jima’. Sesungguhnya jima’ dapat melembutkan hati. Karena itulah para Nabi melakukan poligami dan jima’.” (Tafsir Al Qurthubi Juz. 5/253).
Redaksi pada teks, sebagaimana tercantum bukanlah perkataan Imam Al Qurtubhi secara langsung, tetapi Imam Al Qurtubhi, mengutip dari Kitab Tafsir Bahrul Ulum (Tafsir Imam Abul Laits As-Samarqandhi), dan Imam Abul Laits sendiri (pada penafsiran surat An Nisa: 54) merujuk pada tafsir Sahabat Ibnu Abbas Radhiya-Allahu ‘anhu (68 H).
Redaksi sebagaimana dalam Tafsir Al Jami’ liahkamil Qur’an, dan Tafsir Bahrul Ulum, tanpa ada lafdhul jalalah, atau:
ويقال : إن كل من كان أتقى فشهوته أشد
Berbeda dengan redaksi, yang ditanyakan sail:
كل من كان اتقى لله كان اشد شهوة
Adapun redaksi yang ditanyakan sa’il, yang ada lafdhul jalalahnya ada di kitab Fathul Baari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani, mengutip dari pendapat Imam Al-Qurthubi).
Berikut tambahan qoul Ulama tentang Rahasia di balik jima’:
المراجع : احياء علوم الدين, اسرار الجماع
كان ابن عقيل الحنبلي رحمه الله تعالى يقول : كنت إذا ستغلقت على مسألة، دعوت زوجتي إلى الفراش,فإذا فرغت من أمرها قمت إلى قراطيس أصب العلم صبا. لأن الجماع يصفى الذهن ويقوى الفهم.
Artinya: “Al-Imam Ibnu ‘Uqail Al-Hanbali berkata: “Ketika aku terkunci pada suatu permasalahan (ilmu), maka aku panggil istriku untuk berhubungan badan. Ketika aku selesai, maka aku ambil kertas dan ku tuangkan ilmu ke atasnya (mulai mengarang kitab)”. Sebab Jima’ dapat membersihkan fikiran dan menguatkan fahaman.
وكان الجنيد يقول : أحتاج الى الجماع كماأحتاج الى القوت.فالزوجة على التحقبق قوت وسبب لطهارة القلب. ولذللك أمر رسول الله كل من وقع نظره على إمرأة فتاقت اليها نفسه ان يجامع أهله.
Artinya: “Al-Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi berkata: “Aku butuh berhubungan biologis sebagaimana aku butuh makanan (untuk asupan badan) Maka seorang istri tak obahnya asupan badan, dan menjadi sebab bersihnya hati.” Oleh karena itu Rosulullah memerintahkan kepada setiap lelaki yg melihat perempuan yg membuat hati tertarik padanya, maka hendaknya menggauli istrinya.
قال الفقهاء : وعلى الرجل ان يشبع إمراته جماعا او وطأ كما يشبعها قوتا.
Artinya: “Para Pakar Fiqih berkata: “Wajib bagi lelaki untuk memuaskan istrinya dalam hubungan biologis (jima’), sebagaimana mengenyangkannya dengan makanan.”
Efek Negatif Tidak Berjima’ dalam Waktu Lama
Dalam kitab At-Thibbun Nabawy karya Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauzy, hal 195 dijelaskan bahwa jima’ dapat menjadi perantara kesehatan badan dan jiwa. Sebagaimana keterangannya sebagai berikut:
وقال محمد بن زكريا : من ترك الجماع مدة طويلة ضعفت قوى أعصابه ، وانسدت مجاريها ، وتقلص ذكره . قال : ورأيت جماعة تركوه لنوع من التقشف ، فبردت أبدانهم ، وعسرت حركاتهم ، ووقعت عليهم كآبة بلا سبب ، وقلت شهواتهم وهضمهم ، انتهى.
Artinya: “Muhammad bin Zakaria berkata: ‘Barang siapa meninggalkan senggama dalam waktu yg lama, otot-ototnya akan menjadi lemah, peredaran darahnya terhambat dan dzakarnya (penisnya) menjadi susut.
Kemudian ia juga berkata: “Aku pernah melihat sekelompok orang meninggalkan senggama dengan alasan menghindari nafsu duniawi. Tidak lama kemudian ia merasakan demam, sulit bergerak, dilanda perasaan sedih dengan tanpa tahu penyebabnya, birahinya menjadi lemah dan pencernaannya tidak bisa berfungsi normal…
Untuk itu,
فتزوّجوا وجامعوا تصحوا…
Artinya: “Maka, menikahlah dan bersenggama lah agar kalian sehat!”
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.