darulmaarif.net – Indramayu, 15 Januari 2023 | 10.00 WIB
Mengqodlo Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap umat Islam. Menjalankan puasa ganti atau qodlo Ramadhan wajib diawali dengan membaca niat puasa yang dilaksanakan pada malam hari.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam Hasyiyatul Iqna’ sebagai berikut.
ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر.
Artinya: “Disyaratkan melaksanakan niat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qodlo, atau puasa nadzar. Syarat ini berdasar pada hadis Rosululloh Saw, “Siapa yang tidak memalamkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.” Karenanya, tidak ada jalan lain kecuali berniat puasa setiap hari berdasar pada redaksi zahir hadits,” (Lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, (Darul Fikr, Beirut: 2007 M/1428 H), juz II)
Selain bahwa niat puasa harus dilaksanakan pada malam hari (tabyiit), niat puasa juga harus dilakukan dengan cara istihdor (dihadirkan dalam hati). Dalam kitab Kasyifatussaja halaman 208 cetakan Haromain dijelaskan:
ولا بد أن يستحضر حقيقة الصوم التي هي الإمساك عن المفطر جميع النهار مع ما يجب فيه من كونه عن رمضان مثلاً
Artinya: Hakikat puasa harus dihadirkan dalam hati (istihdlor), yaitu menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa sepanjang siang hari (pagi sampai sore) serta perkara yang wajib di dalamnya seperti puasa yang dilakukan adalah puasa Ramadhan.” (Lihat Kasyifatussaja, (Haromain, Indonesia: 2016,hal 208)
Adapun redaksi lafadz niat qodlo puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ لِلهِ تَعَالَى
“Nawaitu shouma ghodin ‘an qodlo’i fardhi syahri Ramadhani lillahi ta’ala.”
Artinya: “Aku berniat mengqodlo puasa Ramadhan esok hari karena Alloh Swt.”
Puasa Ganti (Qodlo) Ramadhan di Bulan Rajab
Waktu puasa ganti Ramadhan paling baik adalah secepat mungkin setelah bulan Ramadhan, dan sebelum Ramadhan tahun berikutnya datang. Puasa ganti Ramadhan juga diperbolehkan alias hukumnya sah dilaksanakan pada bulan Rajab.
Puasa qodlo Ramadhan tergolong puasa wajib yang wajib ditentukan jenis puasanya (ta’yin), misalkan dengan niat “Saya niat berpuasa qodlo Ramadhan fardhu karena Alloh Ta’ala.”
Dalam mazhab Syafi’i, niat tak hanya menyengaja melakukan sesuatu (qashdul fi’li), tapi juga mesti disertai kejelasan jenis ibadah secara spesifik (ta’yin), serta ketegasan status kefardhuannya (fardliyyah) bila ibadah itu memang fardhu. Praktik niat puasa adalah pada malam hari hingga terbit fajar, dan disunnahkan melafalkannya.
Imam Syarofuddin Yahya An-Nawawi mengatakan:
قَالَ الشَّافِعِيُّ وَالْأَصْحَابُ لَا يَصِحُّ صَوْمُ رَمَضَانَ وَلَا قَضَاءٌ وَلَا كَفَّارَةٌ وَلَا نَذْرٌ وَلَا فِدْيَةُ حَجٍّ وَلَا غير ذلك من الصيام الواحب إلَّا بِتَعْيِينِ النِّيَّةِ
Artinya: “Imam Syafi’i dan para ulama Syafi’iyah mengatakan: ‘tidak sah puasa Ramadhan, puasa qadha, puasa kafarat, puasa nadzar, puasa fidyah haji dan puasa wajib lainnya kecuali dengan niat yang di-ta’yin’.”
Lupa Hitungan Puasa Ganti (Qodlo) Ramadhan
Adapun bagi orang yang lupa hitungan puasa ganti (qodlo) ramadhan lantaran tidak dicatat dan lamanya waktu mengqodlo puasa Ramadhan sampai bulan Rajab, Imam As-Syarwani mengatakan bahwa wajib mengqodlo puasa sampai yakin qodlo puasa nya sudah dikerjakan semua.
Dalam kitab Hawasyi Asy-Syarwani Juz III Halaman 396 diterangkan:
وَلَوْ عَلِمَ أَنَّهُ صَامَ بَعْضَ اللَّيَالِي وَبَعْضَ اْلأَيَّامِ وَلَمْ يَعْلَمْ مِقْدَارَ اْلأَيَّامِ الَّتِي صَامَهَا فَظَاهِرٌ أَنَّهُ يَأْخُذُ بِالْيَقِينِ فَمَا تَيَقَّنَهُ مِنْ صَوْمِ اْلأَيَّامِ أَجْزَأَهُ وَقَضَى مَا زَادَ عَلَيْهِ سم اهـ
Artinya: “Apabila ada seseorang mengetahui bahwa dirinya berpuasa sebagian jatuh pada malam hari (karena tinggal di daerah yang tidak diketahui batas siang dan malamnya), dan sebagian jatuh pada siang hari, sedangkan dia tidak mengetahui jumlah puasa yang dikerjakan pada siang harinya, maka menurut qoul yang jelas orang tersebut wajib mengambil hitungan yang diyakininya, maka hitungan puasa siang hari yang diyakininya itu cukup baginya (untuk dijadikan jumlah puasa siang harinya) dan wajib mengqodlo sisa puasa yang dilakukan pada malam harinya”. (Lihat Hawasyi As-Syarwani, Darul Fikr III/396)
Melalui fatwanya, Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami menarik persoalan puasa ini dari masalah wudhu. Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami juga menyarankan agar orang yang lupa jumlah utang puasanya memperbanyak puasa sunnah dengan niat mengqodlo hutang puasa Ramadhan. Sebagaimana keterangan berikut:
وَيُؤْخَذُ مِنْ مَسْأَلَةِ الْوُضُوْءِ هَذِهِ أَنَّهُ لَوْ شَكَّ أَنَّ عَلَيْهِ قَضَاءً مَثَلاً فَنَوَاهُ إِنْ كَانَ وَإِلاَّ فَتَطَوَّعَ صَحَّتْ نِيَّتُهُ أَيْضًا وَحَصَلَ لَهُ الْقَضَاءُ بِتَقْدِيْرِ وُجُوْدِهِ بَلْ وَإِنْ بَانَ أَنَّهُ عَلَيْهِ وَإِلاَّ حَصَلَ لَهُ التَّطَوُّعُ كَمَا يَحْصُلُ فِيْ مَسْأَلَةِ الْوُضُوْءِ إِلَى أَنْ قَالَ: وَبِهَذَا يُعْلَمُ أَنَّ اْلأَفْضَلَ لِمُرِيْدِ التَّطَوُّعِ بِالصَّوْمِ أَنْ يَنْوِيَ الْوَاجِبَ إِنْ كَانَ عَلَيْهِ وَإِلاَّ فَالتَّطَوُّعَ لِيَحْصُلَ لَهُ مَا عَلَيْهِ إِنْ كَانَ.
Artinya: “Dari masalah wudhu ini (kasus orang yang yakin sudah hadats dan ragu sudah bersuci atau belum, lalu ia wudhu dengan niat menghilangkan hadats bila memang hadats, dan bila tidak maka niat memperbarui wudhu, maka sah wudhunya). Bisa dipahami bahwa jika seseorang ragu punya kewajiban mengqodlo puasa misalnya, lalu ia niat mengqodlo nya bila memang punya kewajiban qodlo puasa, dan bila tidak maka niat puasa sunnah, maka niatnya itu juga sah, dan qadha puasanya berhasil dengan mengira-ngirakan memang wajib mengqodlo. Bahkan bila memang jelas wajib mengqadha. Bila tidak (ada kewajiban qodlo), maka ia mendapat pahala puasa sunnah seperti halnya dalam masalah wudhu. Dengan demikian diketahui, bahwa orang yang ingin berpuasa sunnah sebaiknya berniat mengqadha puasa wajib bila memang ada kewajiban mengqodlo. Bila tidak (ada kewajiban), maka puasanya bernilai puasa sunah. Hal ini dilakukan agar menghasilkan qodlo bila memang punya kewajiban qodlo (Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Fatawa Al-Fiqhiyatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: 1984 M/1493 H], jilid II, halaman 90).
Itulah beberapa ketentuan puasa ganti (qodlo) Ramadhan yang bisa dikerjakan sesegera mungkin di bulan Rajab ini. Semoga kita dipertemukan dengan indahnya bulan Ramadhan yang akan tiba dua bulan lagi.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.