darulmaarif.net – Indramayu, 18 Maret 2024 | 10.00 WIB
Puasa merupakan ibadah yang diwajibkan bagi kita untuk menahan diri dari lapar, dahaga dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa, seperti mencegah segala sesuatu yang masuk ke 7 lubang manusia.
Lalu, bagaimana hukumnya dengan sikat gigi saat puasa? Apakah sikat gigi memakai odol atau pasta gigi membatalkan puasa?
Berkumur (madlmadloh) dan sikat gigi (bersiwak) merupakan aktivitas memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Sedangkan mulut merupakan salah satu dari 7 lubang manusia. Kedua hal tersebut menjadi kekhawatiran sebagian orang karena takut bisa membatalkan puasa nya.
Bersiwak pada dasarnya dihukumi mubah, bahkan dihukumi sunnah seperti anjuran dalam hadits baginda Nabi Saw.
Akan tetapi, hukum bersiwak menjadi makruh jika sedang dalam keadaan puasa, seperti keterangan dalam kitab Sirojul Wahhaj berikut:
ولا يكره إلا للصائم بعد الزوال ولو صوم نفل.
Artinya: “Dan tidak dimakruhkan memakai siwak kecuali bagi orang puasa setelah tergelincirnya matahari meskipun saat menjalani puasa sunah”. (As-Sirojul Wahhaaj I/17)
Kemudian, Imam al- Khathib asy-Syirbini mensyarahi dalam kitabnya Mughnil Muhtaaj sebagaimana keterangan berikut
ولايكره) بحال (إلا للصائم بعد الزوال) ولو نفلا لخبر الصحيحين لخلوف الصائم أطيب عند الله من ريح المسك والخلوف بضم الخاء تغير رائحة الفم والمراد الخلوف بعد الزوال لخبر أعطيت أمتي في شهر رمضان خمسا ثم قال وأما الثانية فإنهم يمسون وخلوف أفواههم أطيب عند الله من ريح المسك والمساء بعد الزوال
Artinya: “(Dan tidak dimakruhkan sama sekali memakai siwak, kecuali bagi orang puasa setelah tergelincirnya matahari meskipun saat menjalani puasa sunah). Berdasarkan hadits Nabi “Sungguh bau mulut orang berpuasa lebih harum dari minyak misik”. (HR. Imam Bukhari Muslim). Yang dimaksud bau mulut diatas adalah bau mulut setelah tergelincirnya matahari berdasarkan hadits nabi yang lain. “Diberikan kepada umatku lima perkara dalam bulan Ramadhan. Seterusnya beliau bersabda : Adapun yang kedua, mereka berada pada saat setelah tergelincir matahari, sedangkan bau mulut mereka di sisi Allah lebih harum dari bau misik”, (H.R. al-Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya dan Abu Bakar al-Sam’any dalam Amaliah, beliau berkata: “Ini hadits hasan”. Seperti ini juga telah dikatakan oleh An-Nawawi dalam Syarah Muhazzab berdasarkan cerita dari Ibnu Shalah). Kata Masaa’ (sore hari) adalah waktu setelah tergelincirnya matahari”. (Mughnil Muhtaaj Juz I/56)
Kemudian, Imam Nawawi dalam al-Majmu’, syarah al-Muhadzdzab juga menyampaikan penjelasan lain terkait hukum sikat gigi saat puasa. Sikat gigi harus hati-hati dan diperhatikan, sebab jika ada material yang masuk ke tenggorokan, baik air, pasta gigi, atau bulu dari sikat gigi, maka puasanya batal, meskipun dilakukan tanpa disengaja.
لو استاك بسواك رطب فانفصل من رطوبته أو خشبه المتشعب شئ وابتلعه افطر بلا خلاف صرح به الفورانى وغيره
Artinya: “Jika ada orang yang memakai siwak basah. Kemudian airnya pisah dari siwak yang ia gunakan, atau cabang-cabang (bulu-bulu) kayunya itu lepas kemudian tertelan, maka puasanya batal tanpa ada perbedaan pendapat ulama. Demikian dijelaskan oleh al-Faurani dan lainnya”. (Aby Zakariya Muhyiddin bin Syarofuddin Yahya an-Nawawi, al-Majmu’, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, juz 6, halaman 343)
Untuk itu, demi menjaga kehati-hatian bagi orang yang sedang berpuasa, hendaknya menggosok gigi sebelum waktu imsak tiba. Jika sudah siang (ba’da zawal), cukup gosok gigi dengan kayu siwak (arok) atau dengan sikat gigi tanpa menggunakan odol atau pasta gigi.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.