darulmaarif.net – Indramayu, 15 April 2025 | 16.00 WIB

Memberi nama pada bayi bukan sekadar tradisi, melainkan doa panjang yang akan mengiringi langkah hidup seseorang seumur hidup. Tak heran, banyak orang tua hari ini berlomba-lomba mencari nama terbaik, penuh makna, bahkan rela menyusun daftar panjang jauh sebelum hari kelahiran tiba. Di tengah antusiasme itu, muncul pertanyaan yang kerap ditanyakan: Apakah boleh memberi nama bayi sebelum walimah tasmiyah? Apakah penamaan tersebut sah menurut pandangan Islam, ataukah harus menunggu hingga hari ke tujuh kelahirannya?
Fenomena ini makin terasa di era digital saat ini. Nama anak tak hanya diumumkan di depan keluarga besar, tapi langsung disebar lewat media sosial, bahkan terkadang diberi tagar khusus. Padahal, dalam tradisi Islam, ada adab dan ketentuan yang semestinya menjadi pertimbangan. Maka, penting untuk meninjau kembali hukum dan pandangan para ulama terkait waktu yang tepat dalam memberikan nama kepada bayi—terutama sebelum tasmiyah atau walimah penamaan. Pemberian nama yang baik merupakan anjuran yang disunnahkan dalam Islam. Sebagaimana hadits Nabi SAW berikut:
عن ابن عبَّاس قال: قالوا: يا رسولَ الله، قد علِمنا حقَّ الوالد، فما حقُّ الولَد؟ قال: أن يُحسن اسمَه، ويحسن مرضعه ويُحسن أدبَه
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah kita telah mengetahui hak orang tua, lantas bagaimana hak seorang anak? Rosululloh SAW menjawab: Berikan nama yang bagus dan menyusuinya dengan bagus dan mendidik akhlaknya dengan bagus.” (HR. Al-Baihaqi)
Adapaun hukum memberikan nama pada bayi pada hari kelahirannya diperbolehkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Semalam terlahir seorang anak bagiku, kunamai dengan nama bapakku, Ibrahim.” (HR. Imam Muslim)
Imam Nawawi dalam kitabnya Syarh An-Nawawi ‘Ala Al-Muslim berpendapat, bahwa pada dasarnya hukum memberi nama anak pada hari lahirnya adalah Jawaz (Boleh). Berikut penjelasannya,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلَامٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ وَفِيهِ جَوَازُ تَسْمِيَةِ الْمَوْلُودِ يَوْمَ وِلَادَتِهِ ، وَجَوَازُ التَّسْمِيَةِ بِأَسْمَاءِ الْأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ وَسَلَامُهُ
Artinya: Dari Anas bin Malik: Rosululloh SAW bersabda: “Semalam terlahir seorang anak bagiku, kunamai dengan nama bapakku, Ibrahim.” Dalam hadis ini menjelaskan bahwasanya memberi nama anak pada hari kelahirannya hukumnya adalah boleh. Berdasarkan hadis ini pula menjadi dasar di dalam kebolehan memberi nama anak dengan menggunanaka nama-nama para nabi.”(Syarah an-Nawawi ‘Ala Al-Muslim, Juz 14 hal: 470)
Sunnahnya memberi nama anak pada hari ketujuh dari kelahirannya, ataudibolehkan pada hari kelahirannya. Dianjurkan memberi nama anak pada hari ketujuh, dan boleh sebelum hari ketujuh dan boleh setelah hari ketujuh, banyak hadits-hadits shohih dalam hal ini. Pemberian nama pada hari ketujuh adalah pendapatnya Al-Hasan Bisri, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad dan selain mereka.
Ashab syafi’i berkata: dan tidak masalah memberi nama anak pada hari sebelumnya.
Muhamad bin Sirrin, Qatadah, dan Al Auza’i: ketika telah terlahir dengan sempurna. jika mau, boleh dinamai saat itu juga .
Ibnu Mundzir: pemberian nama pada hari ketujuh adalah baik. dan kapanpun mau, boleh memberinya nama.
Ibnu Hazm: dinamai pada ahri lahirnya, jika di akhirkan pemberian nama sampai hari ketujuh maka baik.
Ibnu Mahlab: boleh memberi nama ketika dilahirkan dan setelahnya, kecuali jika bernia akekah pada hari ketujuh, maka sunnahnya mengakhirkan pada hari ketujuh. Pendapat Ibnu Mahlab ini mengambil dari pendapatnya Imam Bukhori.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Referensi:
شرح النووي على مسلم ج 14 ص 470
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلِدَ لِي اللَّيْلَةَ غُلَامٌ فَسَمَّيْتُهُ بِاسْمِ أَبِي إِبْرَاهِيمَ
وَفِيهِ جَوَازُ تَسْمِيَةِ الْمَوْلُودِ يَوْمَ وِلَادَتِهِ ، وَجَوَازُ التَّسْمِيَةِ بِأَسْمَاءِ الْأَنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ وَسَلَامُهُ
الأذكار ص 286
السنة أن يُسَمَّى المولودُ في اليوم السابع من ولادته ، أو يوم الولادة
المجموع ج 8 ص 415
قال أصحابنا وغيرهم : يستحب أن يسمى المولود في اليوم السابع ، ويجوز قبله ، وبعده ، وقد تظاهرت الأحاديث الصحيحة في ذلك
طرح التثريب ج 5 ص 203-204
وبهذا قال الحسن البصري ومالك والشافعي وأحمد وغيرهم
قال أصحابنا: ولا بأس أن يسمى قبله.
وقال محمد بن سيرين وقتادة والأوزاعي: إذا ولد وقد تم خلقه سمى في الوقت إن شاءوا.
وقال ابن المنذر: تسميته يوم السابع حسن، ومتى شاء سماه.
وقال ابن حزم: يسمى يوم ولادته، فإن أخرت تسميته إلى السابع فحسن.
وقال ابن المهلب: يجوز تسميته حين يولد وبعده إلا أن ينوي العقيقة عنه يوم سابعه، فالسنة تأخيرها إلى السابع، وأخذ ذلك من قول البخاري في تبويبه (باب تسمية المولود غداة يولد لمن لم يعق)