darulmaarif.net – Indramayu, 20 Februari 2025 | 09.00 WIB

UMAT ISLAM harus segera memohon perlindungan kepada Alloh SWT atas kejahatan yang tersembunyi di dalamnya. Terlebih, jika kemiskinan ini makin meraja, maka ia akan menjadi kemiskinan yang mansiyyan (mampu membuatnya lupa akan Alloh dan juga kemanusiaannya), sebagaimana seorang kaya yang apabila terlalu meraja, maka ia akan menjadi kekayaan yang mathgiyyan (mampu membuat orang zalim; baik kepada Alloh maupun kepada manusia lainnya).
Banyak sahabat Rosululloh SAW yang meriwayatkan bahwa Rosululloh sendiri pernah ber-taawudz (memohon lindungan Alloh) dari fitnah kemiskinan. Apabila memang kemiskinan tidak berbahaya, maka tentunya Rosululloh SAW tidak perlu ber-ta’awudz atasnya.
Imam Manawy dalam kitabnya Faidhul Qadir menyebutkan bahwa ada keterkaitan kuat antara kekafiran dan kefakiran. Sebab kefakiran merupakan satu langkah menuju kekafiran. Rosululloh SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im:
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”
Dalam satu riwayat, Baginda Rosululloh SAW pernah berdoa memohon perlindungan dari fitnah kemiskinan dengan redaksi doa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الكَسَلِ وَالهَرَمِ، وَالمَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ، وَمِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ، وَعَذَابِ القَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الغِنَى، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الفَقْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الَمسِيحِ الدَّجَّال
Artinya: “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan usia jompo, perbuatan dosa dan hutang, fitnah kubur dan azab kubur, fitnah neraka dan azab neraka, keburukan fitnah kekayaan; aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kemiskinan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Masih Dajjal.” (HR. Imam Al-Bukhari)
Hujjatul Islam, Al-Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghozaly menyitir dari wasiat Lukman Al-Hakim, bahwa fitnah kemiskinan dapat menyebabkan 3 hal yang dapat membahayakan dirinya.
ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﻟﻘﻤﺎﻥ اﻟﺤﻜﻴﻢ ﻻﺑﻨﻪ; ﻳﺎ ﺑﻨﻲ اﺳﺘﻐﻦ ﺑﺎﻟﻜﺴﺐ اﻟﺤﻼﻝ ﻋﻦ اﻟﻔﻘﺮ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﺎ اﻓﺘﻘﺮ ﺃﺣﺪ ﻗﻂ ﺇﻻ ﺃﺻﺎﺑﻪ ﺛﻼﺙ ﺧﺼﺎﻝ ﺭﻗﺔ ﻓﻲ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺿﻌﻒ ﻓﻲ ﻋﻘﻠﻪ ﻭﺫﻫﺎﺏ ﻣﺮﻭءﺗﻪ ﻭﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﻟﺜﻼﺙ اﺳﺘﺨﻔﺎﻑ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﻪ
Artinya: “Lukman Al-Hakim berkata kepada putranya: “Wahai anakku, jaga dirimu dari kemiskinan dengan bekerja yang halal. Karena orang miskin beresiko terkena 3 perkara, yaitu: 1. Tipis agamanya; 2. Lemah akalnya; 3. Hilang harga dirinya. Dan resiko terbesar adalah diremehkan oleh masyarakat”. (Abu Hamid Muhammad La-Ghozaly, Ihya’ ‘Ulumiddin, [Maktabah Syamilah: Juz 2, hal. 62])
Nasihat Lukman Al-Hakim dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut:
- Menjaga Diri dari Kemiskinan dengan Bekerja yang Halal
Lukman Al-Hakim mengajarkan pentingnya berusaha secara halal untuk menghindari kemiskinan. Hal ini bukan hanya sekadar anjuran bekerja keras, tetapi juga menekankan aspek kehalalan dalam mencari nafkah. Kehalalan dalam usaha berarti memastikan bahwa setiap pendapatan yang diperoleh sesuai dengan syariat Islam, bebas dari riba, penipuan, atau cara-cara yang zalim. Dengan demikian, rezeki yang diperoleh membawa keberkahan dan ketenangan jiwa.
- Tiga Dampak Negatif dari Kemiskinan
Lukman Al-Hakim merinci tiga dampak buruk yang mungkin menimpa seseorang jika terjerumus dalam kemiskinan:
- 1. Tipis Agamanya (رقة في دينه)
Orang yang miskin berisiko tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama, seperti berbohong, mencuri, atau bahkan meminta-minta. Dalam kondisi terdesak, iman seseorang bisa diuji. Rosululloh SAW pun pernah berdoa:
روى مسلم بن أبي بكرة أن أباه كان يقول دبر كل صلاة ” اللهم إني أعوذ بك من الكفر والفقر وعذاب القبر ” سنن النسائي ، كتاب الاستعاذة دبر الصلاة .
Artinya: “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran, dan dari siksa kubur.” (HR. Imam An-Nasa’i, kitab Al-Isti’adzah).
Keduanya menunjukkan bagaimana kefakiran bisa mendekatkan seseorang kepada kekafiran jika tidak diimbangi dengan keimanan yang kuat.
- 2. Lemah Akalnya (ضعف في عقله)
Kemiskinan bisa membuat seseorang stres, depresi, dan kehilangan kemampuan berpikir jernih. Kebutuhan hidup yang mendesak sering kali membuat seseorang tidak mampu mengambil keputusan dengan bijaksana. Dalam kondisi seperti ini, seseorang cenderung bertindak impulsif dan mungkin terjerumus dalam keputusan yang salah atau bahkan merugikan dirinya dan orang lain.
- 3. Hilang Harga Dirinya (ذهاب مروءته)
Harga diri seseorang bisa terkikis ketika hidup dalam kemiskinan. Terutama ketika ia harus bergantung kepada orang lain atau terpaksa meminta-minta. Rasa malu, minder, dan tidak percaya diri sering kali muncul, dan ini bisa berdampak pada relasi sosialnya. Dalam Islam, menjaga muru’ah (kehormatan diri) sangat penting, dan kemiskinan bisa menjadi ujian besar dalam hal ini.
- Bahaya Terbesar: Diremehkan oleh Masyarakat (استخفاف الناس به)**
Dampak paling berbahaya dari kemiskinan menurut Lukman adalah diremehkan oleh masyarakat. Seseorang yang miskin sering kali dipandang sebelah mata, tidak dihargai pendapatnya, dan diperlakukan tidak adil. Ketika seseorang diremehkan, hal ini tidak hanya melukai harga dirinya tetapi juga mempengaruhi mental dan semangat hidupnya. Padahal, dalam Islam, setiap manusia memiliki kehormatan dan hak yang sama tanpa memandang status ekonominya.
Hikmah dan Solusi Menghindari Kemiskinan dalam Islam
- Berusaha dan Bekerja Keras: Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mencari nafkah dan tidak bergantung kepada orang lain. Rosululloh SAW bersabda:
سُئِلَ رَسُولُ اللهِ : أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِه،ِ وَكُلُّ كَسْبٍ مَبْرُورٍ
Artinya: “Rosululloh SAW ditanya “Penghasilan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab: “Sebaik-baik usaha adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Imam Ahmad)
- Menghindari Hutang: Hutang bisa menjadi pintu masuk kemiskinan. Rosululloh SAW sering berdoa agar dijauhkan dari beban hutang karena dapat mengurangi kehormatan diri.
- Berdoa dan Tawakal: Berusaha sebaik mungkin dan kemudian bertawakal kepada Alloh. Mengingat bahwa rezeki telah diatur, tetapi usaha tetap menjadi kewajiban setiap individu.
Nasihat Lukman Al-Hakim ini bukan hanya sekadar pesan moral, tetapi juga merupakan panduan hidup yang penuh hikmah. Dalam setiap usaha mencari nafkah, menjaga kehalalan menjadi kunci utama untuk meraih keberkahan hidup. Kemiskinan mungkin tidak selalu dapat dihindari, tetapi dengan iman yang kuat, usaha yang halal, dan tawakal kepada Alloh SWT, seseorang dapat menjaga agamanya, akalnya, dan kehormatan dirinya, serta tetap dihormati di tengah kehidupan bermasyarakat.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.