darulmaarif.net – Indramayu, 18 Februari 2025 | 16.00 WIB

Sebagai kepala keluarga, suami dianggap memiliki peranan penting dalam memimpin bahtera rumah tangga.
Lantaran hal itu, sudah seharusnya istri patuh dan menurut pada arahan baik yang diberikan sang suami. Namun begitu, tampaknya saat ini hal tersebut sudah tidak banyak lagi dilakukan oleh beberapa istri.
Bahkan sering kali tanpa disadari, istri melakukan kesalahan yang dapat berujung pada dosa besar. Lima dosa yang harus dihindari istri terhadap suami sebagai berikut:
Mengumbar Aib Suami
Tidak semua rumah tangga berjalan dengan lancar dan harmonis. Terkadang beberapa masalah dapat muncul dan menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga.
Tak jarang, saat dalam keadaan emosi ini beberapa orang kerap membicarakan kejelekan dari orang yang dibencinya. Meski dalam keadaan emosi sekali pun, istri tetap dilarang mengumbar kekurangan atau aib yang dimiliki suaminya pada orang lain.
Muhammad bin Yusuf bin Abi al-Qasim al-Abdari penulis kitab at-Taj wa al-Iklil li Mukhtashar Khalil, menutupi perbuatan keji dipahami sebagai perintah wajib.
قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَصَابَ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ الْقَاذُورَاتِ شَيْئًا فَلْيَسْتَتِرْ بِسِتْرِ اللَّهِ قَالَ فِي التَّمْهِيدِ : فِي هَذَا الْحَدِيثِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ السِّتْرَ وَاجِبٌ عَلَى الْمُسْلِمِ فِي خَاصَّةِ نَفْسِهِ إذَا أَتَى فَاحِشَةً ، وَوَاجِبُ ذَلِكَ أَيْضًا فِي غَيْرِهِ
Artinya: “Rosululloh SAW bersabda: ‘Barang siapa yang melakukan sesuatu dari yang semisal perbuatan yang keji, maka hendaknya ia menutupinya dengan tutup Alloh. Dalam kitab at-Tamhid, Ibnu Abd al-Barr berkata, bahwa dalam hadits ini terdapat petunjuk yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji wajib baginya menutupinya, dan begitu juga menutupi orang lain” (Muhammad bin Yusuf bin Abi al-Qasim al-Abdari, at-Taj wa al-Iklil li Mukhtashar Khalil, Bairut-Dar al-Fikr, 1398 H, juz, 6, h. 166)
Dengan mengacu pada penjelasan di atas, maka sebaiknya seorang istri tidaklah mengumbar aib suami atau rumahtangga nya kepada orang lain, sekalipun itu kepada orangtua sendiri.
Tidak Patuh kepada Suami
Sebagai kepala keluarga, suami berperan penting memberikan arahan pada istri dan anaknya. Meski tak semua arahan dari suami selalu benar, namun istri tak boleh membantah hal tersebut dengan cara yang tidak baik.
Jika sang suami dianggap memberikan arahan yang tidak benar dalam rumah tangga, istri seharusnya menegur dengan cara yang baik, bukan langsung menolak dengan emosi. Sebagaimana kewajiban istri kepada suami, hal ini tertuang dalam sabda Rosululloh SAW:
عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
Artinya: “Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain, tentu kuperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR. Imam At-Tirmidzi) [Syarh Muntaha al-Iradat juz 3 hal. 47, al-Inshaf juz 8 hal. 362, Tuhfat al-Ahwadzi juz 4 hal. 271, Fath al-Bari juz 10 hal. 401 dan al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah juz 19 hal. 109-110]
Tidak Pandai Bersyukur
Hal ini biasanya berkaitan dengan nafkah yang diberikan suami kepada istrinya. Beberapa istri seringkali menginginkan suami mereka memiliki penghasilan yang besar. Tak jarang hal itu, membuat mereka mengeluh dan tidak bersyukur jika sang suami memberikan uang sedikit. Rosululloh SAW bersabda,
أُرِيْتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ . قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ ؟,قال: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ , لَوْ أَحْسَنْتَ إَلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ , ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا, قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْراً قَطُّ
Artinya: “Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka telah kufur (ingkar)!” Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar) kepada Allah?” Rosululloh SAW menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan) suami. Sekiranya kalian senantiasa berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak berkenan, ia (istri durhaka itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
Keluar Rumah Tanpa Izin Suami
Hal ini tampaknya sering dilakukan seorang istri tanpa mereka sadari. Meski terlihat sepele, namun pergi ke luar rumah tanpa izin dari suami merupakan salah satu dosa besar bagi seorang istri.
Sebagai pemimpin dan orang yang bertanggung jawab besar terhadap keluarga, suami memiliki wewenang besar untuk tahu kemana pun sang istri pergi, terutama saat keluar rumah.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami juga menjelaskan, seorang istri yang hendak keluar dari rumahnya untuk keperluan mengunjungi orang tua harus melalui izin suaminya. Jika tidak, maka ia dianggap berdosa. Beliau mengatakan:
وَإِذَا اضْطَرَّتْ امْرَأَةٌ لِلْخُرُوجِ لِزِيَارَةِ وَالِدٍ أَوْ حَمَّامٍ خَرَجَتْ بِإِذْنِ زَوْجِهَا غَيْرَ مُتَبَهْرِجَةٍ فِي مِلْحَفَةٍ وَثِيَابٍ بَذْلَةٍ وَتَغُضُّ طَرْفَهَا فِي مِشْيَتِهَا وَلَا تَنْظُرُ يَمِينًا وَلَا شِمَالًا وَإِلَّا كَانَتْ عَاصِيَةً
Artinya: “Jika seorang wanita terpaksa keluar rumah, misalnya untuk mengunjungi orang tua atau pergi ke pemandian, maka ia harus keluar dengan izin suaminya.
Ia tidak boleh berhias berlebihan, harus mengenakan pakaian yang sederhana dan tertutup, serta menjaga pandangannya ketika berjalan. Ia juga tidak boleh menoleh ke kanan atau ke kiri tanpa kebutuhan. Jika ia melanggar hal-hal tersebut, maka ia dianggap berdosa.” (Az-Zawajir, [Beirut, Darul Fikr: 1987], juz II, halaman 78).
Menolak Ajakan Suami
Tak sedikit istri yang tanpa sadar melakukan dosa ini pada suami mereka. Meski tak jarang mereka melakukan hal itu karena adanya alasan tertentu. Namun ada pula istri yang jstru menolak ajakan suami dalam urusan ranjang hanya karena malas.
Hal ini ternyata tidak boleh dilakukan. Sebab, istri melayani suami merupakan salah satu kewajiban. Iistri dapat menolak ajakan suami hanya apabila sedang masa udzur syar’i (haidl dan nifas). Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani mengatakan:
ويجب على الزوجة طاعته أي الزوج في نفسها في الوطء والاستمتاع إلا ما لا يحل كالوطء في حال الحيض والنفاس
Artinya: “Dan wajib bagi istri untuk taat kepada suaminya dalam hal yang berkaitan dengan dirinya, yaitu bersetubuh dan bersenang-senang secara seksual, kecuali sesuatu yang tidak halal, seperti bersetubuh dalam kondisi haidl dan nifas.” (Mirqatu Su’udit Tasdiq, [Jakarta, Darul Kutub Islamiyah: 2010], halaman 147).
Kelima hal ini sering dianggap remeh dalam kehidupan modern, tetapi memiliki konsekuensi besar dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, menjaga keharmonisan rumah tangga dengan menaati aturan agama adalah langkah terbaik untuk mencapai kehidupan yang berkah dan bahagia.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.