darulmaarif.net – Indramayu, 06 Mei 2024 | 08.00 WIB
“Saya diberi kenikmatan oleh Alloh ilmu dan teknologi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama lebih manfaat untuk umat Islam, kalau saya disuruh milih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu agama.” – B.J. Habibie
Pernyataan tersebut menggambarkan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan iman dan taqwa (imtaq), khususnya dalam konteks Islam. B. J. Habibie, seorang tokoh yang dikenal dengan kontribusinya dalam bidang teknologi, menyampaikan bahwa walaupun ia memiliki keahlian dan pengetahuan dalam menciptakan pesawat terbang, namun ilmu agama lebih bermanfaat bagi umat Islam. Pernyataan ini mencerminkan pandangan bahwa keberhasilan dalam bidang teknologi harus diimbangi dengan kekuatan spiritual dan moral untuk menjaga keseimbangan dalam hidup.
Dari perspektif Islam, keseimbangan antara iptek dan imtaq merupakan prinsip yang mendasar. Al-Qur’an dan Hadits memberikan petunjuk tentang pentingnya memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan umat manusia, namun juga menekankan bahwa keimanan, ketakwaan, dan akhlak yang baik merupakan aspek yang tidak boleh diabaikan. Contoh konkret dari ajaran Islam yang menekankan keseimbangan ini dapat dilihat dalam hadits-hadits yang mendorong umat untuk mencari ilmu dari ayat pertama Al-Qur’an yang diturunkan.
Dalam konteks sejarah Islam, banyak tokoh Ulama dan ilmuwan yang juga memiliki kedalaman ilmu pengetahuan serta keimanan yang kokoh. Contoh seperti Ibnu Sina yang merupakan ilmuwan besar dalam bidang kedokteran dan filsafat, tetapi juga seorang yang sangat taat beragama. Begitu pula dengan Ibnu Khaldun yang merupakan seorang sejarawan dan filsuf besar, namun juga sangat peduli terhadap nilai-nilai agama dan moralitas.
Dari segi pendidikan, keseimbangan antara iptek dan imtaq diimplementasikan melalui kurikulum yang mencakup baik pengetahuan akademis maupun nilai-nilai agama. Sekolah-sekolah Islam sering kali menekankan pembelajaran agama sejalan dengan mata pelajaran sains dan teknologi. Hal ini membantu memastikan bahwa generasi muda tidak hanya terampil dalam bidang teknologi tetapi juga memiliki landasan moral dan spiritual yang kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari, keseimbangan antara iptek dan imtaq tercermin dalam cara manusia menggunakan teknologi. Meskipun teknologi membawa kemudahan dan kecanggihan, namun penggunaannya harus diatur dengan bijak sesuai dengan prinsip-prinsip agama. Contoh sederhana adalah penggunaan media sosial yang harus dilakukan dengan penuh kesadaran akan dampaknya terhadap nilai-nilai moral dan kehidupan spiritual.
Dari perspektif sosial, keseimbangan ini juga mencakup upaya untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Misalnya, dalam pengembangan teknologi medis, penting untuk mempertimbangkan etika dalam penggunaannya agar tidak melanggar prinsip-prinsip agama dan moralitas.
Dari sudut pandang ekonomi, keseimbangan iptek dan imtaq juga berkaitan dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Perkembangan teknologi harus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian kecil yang memiliki akses dan keuntungan.
Dari segi kepemimpinan, keseimbangan ini penting bagi para pemimpin untuk mengambil keputusan yang bijak dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya dan kemajuan teknologi. Pemimpin yang memiliki keimanan yang kuat akan lebih mampu mengambil keputusan yang tidak hanya menguntungkan secara materi tetapi juga moral dan spiritual.
Dalam konteks global, keseimbangan iptek dan imtaq juga menjadi tema penting dalam dialog antarbudaya dan agama. Penghargaan terhadap nilai-nilai spiritual dan keberagaman dalam berpikir dan bertindak menjadi landasan untuk membangun harmoni dan perdamaian di tengah-tengah perbedaan.
Dari perspektif individu, keseimbangan ini mengajarkan bahwa keberhasilan dalam hidup tidak hanya diukur dari pencapaian materi dan keahlian teknis, tetapi juga dari kedalaman iman, ketakwaan, dan kebaikan budi pekerti. Contoh individu yang berhasil mengaplikasikan keseimbangan ini adalah mereka yang tidak hanya menjadi ahli dalam bidangnya tetapi juga menjadi teladan dalam menjalankan ajaran agama dan nilai-nilai moral.
Secara keseluruhan, pernyataan Habibie mengenai keseimbangan iptek dan imtaq mengajarkan bahwa keberhasilan yang sejati dalam kehidupan manusia adalah saat kita mampu menggabungkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan keimanan yang kokoh, taqwa yang tinggi, dan perilaku yang baik. Hal ini tidak hanya berlaku pada tingkat individu tetapi juga pada tingkat masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Dengan menjaga keseimbangan ini, manusia dapat mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi umat dan lingkungan sekitarnya.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.