darulmaarif.net – Indramayu, 02 Desember 2023 | 08.00 WIB
Ayah Bunda yang sedang memondokkan anaknya di pesantren, tentu Ayah Bunda pasti menjalin komunikasi serta berinteraksi dengan guru baik melalui chat whatsapp, telepon, atau bertemu langsung saat kunjungan ke pesantren. Hal tersebut dilakukan Ayah Bunda demi menanyakan kabar anak, berkonsultasi dengan guru atau ustadz ustadzah seputar perkembangan pendidikan anak selama di pondok pesantren, membicarakan seputar administrasi, dan berbagai interaksi lainnya.
Karena guru merupakan orang yang berilmu dan juga merupakan pendidik anak Ayah Bunda, tentu sudah sepantasnya Ayah Bunda untuk menghormati dan menjaga adab kepada gurunya anak-anak Ayah Bunda. Tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada Ayah Bunda, artikel ini kami rangkum mengenai 4 Adab Wali Santri Terhadap Guru yang Patut Diketahui.
Berbicara Dengan Sopan dan Santun Kepadanya
Sebagai wali santri, tentu Ayah Bunda akan banyak berkonsultasi dan menanyakan tumbuh kembang anak selama di pesantren. Yang mana dalam hal ini Ayah Bunda berkomunikasi dengan sang guru. Nah ketika sedang berkomunikasi, hendaknya Ayah Bunda memperhatikan nada suara dan diksi bahasa yang digunakan. Jangan sampai Ayah Bunda justru bicara tidak sopan kepadanya.
Sekalipun mungkin guru tersebut usianya berada dari jauh Ayah Bunda, hendaknya Ayah Bunda tetap memperhatikan Adab tersebut. Bicaralah dengan nada yang lembut dan hindari bahasa kasar. Kemudian jika Ayah Bunda memiliki saran dan kritik atas kinerja guru ketika mendidik anak, sampaikanlah dengan sopan dan tidak terkesan menggurui.
Membuat Janji Sebelum Datang Untuk Bicara Kepadanya
Apabila Ayah Bunda selaku orangtua ingin datang ke pesantren dalam rangka bestel anak sekaligus berkonsultasi dengan gurunya, maka hendaknya membuat janji terlebih dahulu. Jangan sampai Ayah Bunda langsung datang bertamu ke tempat tinggal guru tanpa pemberitahuan. Sebab hal itu dapat mengganggu kegiatannya. Karena bisa saja ketika Ayah Bunda bertamu, kondisi guru tersebut sedang tidak sehat atau mungkin sedang beristirahat.
Selain itu membuat janji dilakukan karena mungkin saja ketika Ayah Bunda sedang datang kepadanya, ada wali santri lain yang sedang berkonsultasi dengannya. Hal ini tentu mungkin akan membuat Ayah Bunda jengkel dan kesal karena harus menunggu lama untuk bisa berbicara dengannya.
Memberikan Nasihat Kepada Anak Agar Tidak Jengkel Kepada Guru
Setiap proses pembelajaran tentu tidak akan berjalan mulus. Terdapat berbagai rintangan yang akan menghadang. Misalnya terkadang guru yang mengajar tidak sesuai dengan kemauan santri, sehingga akhirnya santri tersebut tidak semangat belajar dan mengadukan masalah tersebut kepada Ayah Bunda selaku orangtua.
Ketika berada dalam situasi dan kondisi diatas, sebagai orangtua sebaiknya Ayah Bunda menasihati anak agar senantiasa tidak jengkel kepada sang guru. Sampaikanlah kepada anak bahwa setiap guru memiliki metode dan cara belajar masing-masing. Pahamkanlah kepada anak-anak Ayah Bunda bahwa berkah ilmu berada pada ridlo sang guru. Yang mana jika seorang santri tidak menyukai gurunya, maka bagaimana mungkin seorang guru akan rildo kepadanya.
Hal ini dilakukan Ayah Bunda semata-mata demi mendidik anak agar memiliki akhlak yang baik kepada gurunya.
Gunakan Bahasa Formal Saat Chat Dengannya
Seiring dengan pesatnya teknologi informasi, menjadikan setiap orang akan dekat dengan siapapun yang berjauhan dengannya. Karena itu terkadang banyak wali santri yang jarang mengunjungi pondok anaknya dengan segala kesibukannya. Akhirnya mereka pun berkomunikasi dengan guru pondok seputar perkembangan anaknya via chat atau telepon seluler.
Meskipun komunikasi tersebut tidak terjadi secara langsung, hendaknya Ayah Bunda juga tetap menjaga adab dan tata krama dalam berkomunikasi dengan gurunya anak. Jangan sampai Ayah Bunda chatingan dengan guru secara berlebihan karena guru yang mungkin menjawab pesan Ayah Bunda slow respon sebab kesibukan satu dan lainnya.
Perhatian Ulama dalam Menghormati Guru
Ulama-ulama terdahulu memberikan perhatian yang besar dalam masalah menghormati guru. Sebab menghormati dan mengangungkan guru adalah salah satu sebab keberkahan ilmu didapatkan.
Keberkahan dalam dunia pesantren berarti ziyadatul khoir, yaitu bertambahnya kebaikan yang bersifat immateri seperti ketenangan hidup dan kenikmatan ibadah.
Adapun tata cara menghormati guru, menurut Syekh Burhanuddin dalam kitab Ta’limul Muta’allim sebagai berikut:
ومن توقير المعلم أن لايمشى أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج الأستاذ
“Bahwa termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya; duduk di tempat duduknya; memulai mengajak bicara kecuali atas izin darinya; berbicara macam-macam darinya; dan menanyakan hal-hal yang membosankannya. Cukuplah dengan sabar menanti di luar hingga ia (guru) sendiri yang keluar dari rumah.”
Pada intinya adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya selagi tidak bertentangan dengan syari’at Agama. Sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan maksiat kepada Alloh Swt.
Jadi jangan sampai Ayah Bunda melakukan hal-hal yang menyakiti hati guru. Lakukanlah hal yang diajarkan Ulama agar anak kita mendapatkan ridlo gurunya. Sebab barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemanfaatan yang diperoleh dari ilmu tersebut. Jangan sampai anak Ayah Bunda yang sudah mesantren bertahun-tahun tidak mendapatkan ilmu yang manfaat, disebabkan adab Ayah Bunda terhadap guru anak-anak kita yang kurang baik.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.