darulmaarif.net – Indramayu, 01 Desember 2023 | 10.00 WIB
Pentingnya menjaga kesehatan mental di era disrupsi teknologi merupakan hal yang penting untuk kita. Banyaknya artikel maupun konten yang membanjiri berbagai lini platform sosmed yang mengangkat mental health issues ini agaknya menjadi parameter bahwa manusia di abad ini cenderung rawan terkena penyakit atau terserang gangguan mental.
Anthony Giddens menyebut zaman ini sebagai zaman yang berlari tunggang langgang. Zaman dimana kita terjebak pada laju informasi yang hiruk-pikuk padat-merayap setiap detik di layar gawai kita. Akibatnya, banyak manusia yang depresi, stress, khawatir dan takut yang berlebihan akibat mind blowing imajinasi yang jauh lebih berbahaya ketimbang kenyataan hidup yang semestinya.
Dampak buruk dari laju infomasi yang begitu lesat kemudian memunculkan manusia-manusia egois, individualis, narsistik, megalomaniak yang kian terjebak di rimba raya digital, sehingga masyarakat kian melupakan kenyataan hidup yang semestinya. Dampak buruk ini kemudian melahirkan gangguan kesehatan mental. Contohnya Anxiety Disorder, gangguan mental yang kerap dialami masyarakat dewasa ini.
Sebelum menjawab persoalan ini, kita perlu tau dulu apa itu Anxiety Disorder?
Anxiety disorder (gangguan kecemasan) merupakan salah satu gangguan kecemasan yang timbul akibat dari adanya rasa takut atau khawatir yang berlebihan terhadap sesuatu. Hal tersebut kemudian akan memberikan dampak buruk bagi orang yang mengalaminya. Seperti overthinking, stress, depresi, khawatir berlebihan dan lain sebagainya.
Gangguan kecemasan ini dapat dialami oleh siapapun dan dari kalangan manapun. Tidak hanya orang dewasa, bahkan di usia remaja pun kerap mengalami gangguan kecemasan. Namun, tidak banyak dari mereka yang memahami bagaimana menyikapi dan menghadapi gangguan kecemasan tersebut.
Lalu, bagaimana semestinya umat Islam menghadapi persoalan Anxiety Disorder ini?
Menghadapi Anxiety dengan Ajaran Islam
Al-Qur’an menyebut rasa takut, khawatir, cemas, dan gelisah dengan kata khouf. Rasa takut pada dasarnya punya dampak positif berupa kehati-hatian, kewaspadaan, dan mempercepat hadirnya ketenangan. Rasa takut juga bagian dari ujian untuk meningkatkan kualitas diri.
Namun, rasa takut yang tidak dapat diolah justru akan menjadi petaka. Khouf, dalam Mu’jam Mufrodat li Alfadzil Qur’an, adalah ketakutan atas suatu hal yang sudah diduga atau sudah diketahui dengan pasti, atau takut yang timbul karena lemahnya pihak yang merasa takut, meskipun yang ditakuti adalah hal remeh atau sepele.
Secara umum, Alloh Swt mengajarkan cara mengelola rasa takut ini dalam firman-Nya:
فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Artinya: “Jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak pula bersedih hati.” (Q.s. Al-Baqoroh Ayat 38)
Menghadapi gangguan kecemasan atau Anxiety Disorder, Islam memberikan solusinya dengan mengamalkan tiga cara berikut:
Pertama, mencari tahu penyebab perasaan takut
Mengetahui penyebab rasa takut adalah langkah pertama untuk mengelolanya menjadi rasa takut yang positif.
Rasa takut yang lahir dari mengenali apa yang ditakuti disebut khosyyah. Saat seseorang mengenal Alloh, maka lahirlah rasa takut (khosyyah) yang membuatnya selalu berusaha mendekat kepada-Nya dan berhati-hati dari larangan-Nya. Alloh berfirman:
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
Artinya: “Di antara hamba-hamba Alloh yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.” (Q.s. Fathir Ayat 28).
Ulama adalah orang yang takut kepada Alloh karena benar-benar mengenal-Nya. Rasa takut terhadap yang lainnya pun bisa menjadi positif jika kita mengenal apa yang membuat kita takut. Dengan mengetahuinya, kita dapat mengelola rasa takut itu menjadi kehati-hatian dan kewaspadaan.
Kedua, fokus terhadap apa yang dapat kita kontrol
Cara menghadapi gangguan kecemasan yang selanjutnya adalah dengan memfokuskan diri terhadap apa-apa yang dapat kita lakukan dan usahakan. Tidak hanya itu, kita juga tidak perlu mengkhawatirkan akan hal-hal yang belum terjadi di masa yang akan datang.
Dalam menyikapi kekhawatiran terhadap persoalan ini, Alloh SWT berfirman:
اَتٰىٓ اَمْرُ اللّٰهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوْهُ ۗسُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
Artinya: “Ketetapan Alloh pasti datang, maka janganlah kamu meminta agar dipercepat (datang) nya. Maha Suci Alloh dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.s An-Nahl Ayat 1)
Ayat ini mengingatkan tentang sifat Hari Akhir yang tidak diketahui, tetapi juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang akan telah diatur akan datang pada saatnya. Manusia hanya diminta untuk bersabar hingga saatnya tiba.
Islam mengajarkan kita hanya perlu memikirkan apa yang dapat kita kendalikan saat ini. Yakni pikiran dan tindakan atas diri sendiri. Masa depan dan hal-hal yang diluar kemampuan kita merupakan hal-hal di luar kendali kita yang tak perlu kita pikirkan.
Ketiga, Optimis
Optimis adalah sifat seorang muslim. Alloh selalu mengajak kita untuk optimis, karena kita bertuhan kepada Tuhan yang rahmat-Nya selalu terbentang luas. Seperti Nabi Ya’kub ‘Alaihissalam juga berpesan kepada anak-anaknya:
وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Artinya: “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Alloh, kecuali kaum yang kafir.” (Q.s. Yusuf Ayat 87)
Tidak ada orang yang mendaki sampai puncak gunung kecuali melewati lerengnya terlebih dahulu. Setiap puncak yang tinggi diawali tanjakan yang terjal. Namun, Alloh berjanji bahwa tanjakan hidup setiap manusia tidak akan melebihi kemampuannya mendaki. Dalam ayat lain Alloh berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
Artinya: “Alloh tidak membebani seseorang, kecuali menurut (kadar) kesanggupannya. (Q.s. Al-Baqoroh Ayat 286).
Setiap kesulitan selalu datang bersama dua kemudahan. Itulah pesan Alloh kepada hamba-Nya yang mau mencari kemudahan itu.
Beberapa tips dalam menghadapi gangguan mental berupa kecemasan yang diajarkan Islam diatas dapat membantu kita dalam menghadapi anxiety disorder. Hal ini karena prinsip Islam dalam memandang kehidupan adalah dengan tetap bersikap tenang dan optimis dalam mengahadapi berbagai persoalan dan ujian hidup yang menyebabkan kita kerap terjebak mind blowing rimba raya digital yang kian lesat di berbagai lini sosmed saat ini. Dengan melepaskan beban-beban informasi yang berlebihan, pikiran dan hati kita akan menjadi lebih tenang, bahagia dan terhindar dari rasa cemas. Semoga kita tetap waras di jaman yang semakin banal dan binal ini. Amiin.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.