darulmaarif.net – Indramayu, 30 November 2023 | 08.00 WIB
Kepribadian selalu menjadi misteri kehidupan. Para psikolog dunia selalu berupaya mengungkapnya, seperti yang dilakukan Sigmund Freud (1856-1939). Dia banyak mengungkap kesenangan (pleasure) sebagai elemen mendasar mendeteksi kepribadian seseorang. Mereka yang mengalami kegundahan, atau kecemasan, diperkirakan tidak mendapatkan pasokan kesenangan yang lancar, dan begitu sebaliknya.
Psikolog lainnya, Abraham Harold Maslow juga punya pandangan mengenai kepribadian. Menurutnya, hal mendasar dalam kepribadian adalah kebutuhan yang harus terpenuhi. Lima kebutuhan Maslow digambarkan dalam piramida yang selalu disebutkan banyak pembicara masalah ini. Pertama adalah kebutuhan dasar seperti makan, minum, tempat tinggal. Kedua adalah penghargaan. Lainnya adalah: bersosial dan kasih sayang, keamanan, dan aktualisasi diri.
Jauh sebelum mereka hadir, khazanah keilmuan Islam sudah lebih dahulu berusaha membedah misteri kepribadian seseorang. Di antara ulama yang mengkaji hal ini adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi (1150-1210 M). Beliau banyak dikenal sebagai mufassir dengan karya Mafatihul Ghayb-nya. Padahal dia juga pengkaji fisiognomi melalui kitabnya Al-Firosah.
Kitab Al-Firosah merupakan kitab yang fokus membahas kepribadian dan sifat seseorang dari bentuk tubuhnya. Imam Fakhruddin Ar-Razi fokus membahas pada salah satu jenis firasat yang disebut dengan firasat khalqiyyah.
Dalam istilah keilmuan modern, ilmu firasat khalqiyyah ini disebut dengan fisiognomi, yaitu singkatan dari dari fisiologi dan anatomi. Artinya, ilmu ini mempelajari bagaimana membaca wajah dan sejumlah anggota fisik untuk mengetahui sifat, karakter, dan kepribadian seseorang.
Dalam Kitab Al-Firosah, Imam Fakhruddin Ar-Razi mengungkapkan ada 6 teknik mengetahui kepribadian asli seseorang melalui anggota tubuhnya.
الفصل السادس فى كتاب الفراسة ص ٣٩-٤٧
فى الطرق التي بها يمكن معرفة أخلاق الناس، وهى ستّة
الطريق الأول فى هذا الباب بحسب الشكل والهيئة.
اعلم أن الأفعال الإنسانية : منها طبيعية صادرة بمقتضى المزاج
الخلقى ، والفطرة الأصلية ، ومنها – تكليفية صادرة بحسب تأديب العقل ورياضة الشرع. أما القسم الثاى – فلا يمكن الاستدلال به ألبتة عل احوال الطبيعة ، والحلق الباطن ؛ وذلك لان الموجب له ليس هو الطبيعة الأصلية بل فى، آخر . أما القسم الأول – فذاك هو الذى يمكن الاستدلال به عل الأخلاق الباطنة ، فإن الإنسان يحصل له حال ثوران الغضب فيه شكل مخصوص ، وهيئة مخصوصة ، وحال اشتغاله بالوقاع(“) شكل أخر ، وهيئة أخرى ، وحال استيلاء الخوف عليه ، شكل ثالث وهيئة ثالثة. وهذه الأشكال والهيئات تخالف كل واحد منها غيرها ومباينها مباينة محسوسة مشاهدة.
إذا عرفت هذا فنقول : ذلك الخلق الباطن وتلك الهيئة الظاهرة.
Pembahasan Pertama
Berdasarkan Bentuk dan Rupa Seseorang
Perlu Anda ketahui bahwa perilaku manusia terdiri dari dua jenis. Pertama, perilaku alamiah yang didorong oleh watak dan sifat aslinya. Kedua, perilaku yang dipengaruhi (taklifiyyah) yang terbentuk (didorong) oleh tuntutan akal dan syariat (ajaran). Perilaku jenis kedua (taklifiyyah) sama sekali tidak dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui kepribadian dan watak seseorang karena yang mendorongnya bukan watak aslinya, melainkan faktor lain. Lain halnya dengan perilaku jenis pertama (thabi’iyyah), perilaku ini dapat dijadikan petun-juk untuk mengetahui watak seseorang. Karena ketika seseorang sedang dikuasai perasaan marah, akan terlihat darinya bentuk dan rupa tertentu. Ketika seseorang sedang menggauli istrinya, akan terlihat darinya bentuk dan rupa tertentu. Begitu pula ketika seseorang sedang dicekam perasaan takut, yang terlihat darinya adalah bentuk dan rupa tertentu pula. Demikian seterusnya.
الطريق الثان فى هذا الباب
فى اعتبار الأحوال المذكورة بحسب الأصوات.
وتقريره أنا نشاهد أن الإنسان حال استيلاء الغضب عليه يصير
صوته غليظا جهيرا ، وعند استيلاء الخوف عليه يصير صوته حادا
خفيفا ؛ والسبب فيه : أن عند استيلاء الغضب عليه تخرج الحرارة الغريزية من الباطن إلى الظاهر فيسخن ظاهر البشرة ، والحرارة توجب توسيع المنافذ وتفتيح السدود فى آلات الصوت، وهذه الأحوال توجب صيرورة الصوت غليظا ثقيلا.
Teknik Kedua
Berdasarkan Jenis Suara
Kita semua mengetahui bahwa ketika seseo-rang marah maka suaranya akan terdengar keras dan lantang. Sebaliknya, ketika seseorang takut, suaranya menjadi pelan dan lirih. Penyebab semua itu adalah ketika seseorang marah, tubuhnya menjadi panas. Akibatnya, rongga-rongga dan sekat-sekat yang terdapat pada sistem vokal manusia menjadi terbuka le-bar. Kondisi itulah yang membuat suara terde-ngar tinggi dan lantang. Sebaliknya, di saat takut unsur panas akan tertahan sehingga unsur dingin akan menguasai tubuh dan menyebabkan terjadi-nya penyempitan di bagian rongga-rongga suara. Akibatnya, suara menjadi pelan dan lirih.
الطريق الثالث فى هذا الباب
أن الحيوانات العجم(“) ليس لها عقل يد عوها إلى فعل الحسن أو يمنعها من القبيح ، بل أفعالها لا تحصل إلا على وفق أمزجتها ، ومقتضى طبائعها ، واخلاقها الفطرية ، فلا جرم فعل كل حيوان يدل على خلقه الباطن ، ثم إن عرفنا ان الخلق الباطن ، والخلق
الظاهر معلوم ، بان المزاج الأصل ، فإذا رأينا إنسانا يشابه حيوانا فأمر من الأحوال الظاهرة فحينئذ نستدل بتلك المشابهة فى الخلق الباطن استدلالا بحصول احد المعلولين عل حصول المعلول الثان.
Teknik Ketiga
Berdasarkan Kesamaan dengan Hewan dalam Bentuk Fisik Tertentu
Semua binatang tentu tidak memiliki akal yang dapat menuntun mereka melakukan perbuatan baik atau meninggalkan perbuatan buruk. Semua tindakan mereka terjadi sesuai dengan karakter, tabiat, dan sifat-sifat alamiah mereka. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa tindakan setiap hewan itu menunjukkan wataknya. Kemudian, bila watak dan juga perilaku lahiriahnya (aneka tindakannya) tersebut sudah kita ketahui, akan menjadi jelas karakter atau kepribadian aslinya.
الطريق الرابع فى هذا الباب
أن نقول : لا شك أن الإنسان نوع تحته أصناف ، وهم الأمم الكبار الأربع : وهم الفرس ، والروم ، والهند ، والترك ، ولكل واحد من هذه الأصناف خلق خصوص فى الظاهر وخلق مخصوصى
فقى الباطن ، وإذا رأينا الشكل الخاص ببعض الأصناف حاصلا فى إنسان ، حكمنا بأنه حصل الخلق الملائم لذلك الشكل فيه،
مثاله : أهل المشرق طوال القدودد”) ، اقوياء القلوب ، شجعان. وأهل المغرب صغار الجثة ، ضعاف القلوب ، وإذا رأيت مشرقيا عل شكل المغرى فاقض بحصول أخلاق المغاربة فيه.
Teknik Keempat
Berdasarkan Kesamaan Ciri-ciri Rasial
Tidak diragukan lagi bahwa manusia terdiri atas berbagai macam ras. Setidaknya, ada empat ras besar, yaitu Persia, Romawi, India, dan Turki. Setiap ras memiliki bentuk fisik dan watakter-tentu yang berbeda satu sama lain. Ketika kita melihat seseorang memiliki bentuk fisik sesuai ras tertentu, kita akan bisa menyimpulkan bahwa ia memiliki watak yang juga sesuai dengan ras tersebut.
Contoh: Orang Arab timur memiliki tubuh yang tinggi, memiliki hati yang kuat, dan pemberani. Orang Arab barat memiliki tubuh kecil dan hati yang lemah. Ketika Anda melihat seorang Arab yang berasal dari timur, namun memiliki bentuk tubuh seperti orang Arab barat, Anda bisa menyimpul-kan bahwa orang ini memiliki watak orang Arab barat.
الطريق الخامس فى هذا الباب
اعتبار حال الذكور والإناث.
واعلم ان الذكر من كل نوع من أنواع الحيوان أكمل حالا واقوى مزاجا من الأنثى ، والسبب فيه أن المزاج الذكورى إنما يحصل بحسب استيلاء الحرارة واليبوسة ، والمزاج الأنثوى إغما يحصل بس استيلاء البرد والرطوبة .
وهذا المعنى يقتفى احولا فى البدن واحوالا فى النفوس . فأما الأحوال البدنية فأمور.
Teknik Kelima
Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin
Perlu Anda ketahui bahwa semua binatang – termasuk manusia – yang berjenis kelamin jantan selalu lebih sempurna dan lebih kuat kepribadiannya daripada binatang berjenis kelamin betina. Hal itu terjadi karena kepribadian jantan (laki-
laki) dihasilkan dari unsur panas dan kering, sedangkan kepribadian betina dihasilkan dari unsur dingin dan basah.
Perbedaan jenis kelamin ini memengaruhi perbedaan kondisi fisik dan kejiwaan antara jantan dan betina.
الطريق السادس – أنا إذا عرفنا بشيء من الطرق المذكورة حصول خلق تخصوص فى الباطن ، فقد يمكننا أن نستدل بحصول ذلك الخلق عل حصول خلق آخر. ومثاله : أنا إذا عرفنا كون الإنسان سريع الغضب فى كل
ثىء ، عرفنا أنه لا يكون تام الفكرة فى الأمور ؛ وذلك لأن قوة الغضب تدل عل سخونة مزاج الدماغ وهذه السخونة توجب تعذر إتمام الفكرة.
وايضا إذا علمنا فى إنسان كونه وقحا فاعلم أنه لص نذل”) ، اما اللصوصية فلانها تابعة للفجر ، واماالنذالة فلانها تابعة لعدم الحرية ، والوقاحة دالة عل حصولها .
Teknik Keenam
Berdasarkan Sebagian Watak yang Sudah Diketahui
Ketika kita sudah mengetahui sebagian watak tertentu menggunakan cara-cara yang telah disebutkan di atas, dengan diketahuinya sebagian watak tersebut kita dapat mengetahui watak-wataknya yang lain.
Contoh:
Ketika kita mengetahui bahwa seseorang memiliki sifat cepat marah di segala kondisi, kita pun tahu bahwa dia adalah orang yang tidak dapat berpikir dengan baik di segala kondisi. Kesimpulan itu dapat diambil karena daya marah (quwwah al-ghadhab) menunjukkan panasnya suhu otak: dan panas tersebut akan menghalangi pikiran untuk berjalan dengan baik.
Begitu pula ketika kita menjumpai orang yang tidak punya malu, ketahuilah bahwa ia sama dengan seorang pencuri yang hina dina. Sifat pencurinya ini karena tiadanya rasa malu berbuat kejahatan. Adapun kehinaannya adalah karena ketidakpunyaan rasa malunya itu dibatasi.
Namun perlu diketahui pula, bahwa ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan ketika kita hendak menggunakan teknik-teknik diatas.
Imam Fakhruddin Ar-Razi mengatakan ada tiga rambu yang perlu diperhatikan saat seseorang menggunakan teknik mengetahui kepribadian dan sifat seseorang.
Pertama, Semua petunjuk yang digunakan pada keenam cara tadi bukan merupakan pertanda-pertanda mutlak dan pasti, tetapi hanya sekadar petunjuk yang menghasilkan dugaan lemah.
Artinya, bila petunjuk-petunjuk yang cocok dengan suatu keadaan yang dicerminkannya semakin banyak, dugaan yang ada akan lebih mendekati kepastian. Oleh karena itu, para pengguna ilmu ini hendaknya tidak menggunakan satu atau
dua petunjuk saja, tetapi harus mempertimbangkan semua sisi atau dasar yang dibahas tadi.
Kedua, Keakuratan semua cara tadi sangat ditentukan oleh pengetahuan terhadap bentuk-bentuk yang terlihat.
Perlu Anda ketahui, ada banyak perbedaan
pada hal-hal indrawi. Terkadang, sesuatu yang dapat diindra tampak begitu jelas sehingga begitu mudah diketahui oleh orang yang memiliki indra yang sehat: tetapi terkadang sesuatu itu tampak
samar dan hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang memiliki daya penglihatan tajam.
Namun demikian, orang yang memiliki daya penglihatan tajam pun, ketika ia tidak memiliki daya ingat yang kuat – sehingga tidak mampu mengingat dan membedakan abstraksi dari setiap hal yang diindranya – ia sama dengan mereka yang tidak memiliki daya penglihatan tajam.
Kesimpulan yang diambilnya pun tentu lemah.
Ketiga, Jika terjadi kontradiksi antara satu petunjuk dengan petunjuk lain, yang harus dilakukan adalah memilih petunjuk terkuat (tarjih) dengan ketentuan sebagai berikut.
Pertama, petunjuk yang muncul dari tempatnya lebih kuat daripada petunjuk yang muncul bukan dari tempatnya.
Contoh:
Jika muncul petunjuk dari wajah dan kedua mata seseorang bahwa ia adalah penakut, tetapi pada saat yang sama muncul pula petunjuk dari bagian dada dan kedua bahunya bahwa ia adalah seorang pemberani, petunjuk yang berasal dari bagian tubuh kedua lebih kuat daripada petunjuk yang muncul dari bagian tubuh pertama. Alasannya, karena sumber keberanian adalah jantung (qalb) dan petunjuk yang muncul dari bagian tubuh yang dekat lebih utama daripada petunjuk yang muncul dari bagian tubuh yang jauh.
Kedua, jika ada dua petunjuk yang bertentangan dan keduanya seimbang, baik dalam kuantitas maupun kualitas, yang harus dilakukan adalah berhenti (tawaqquf) pada hasil itu. Jika salah satu petunjuk tersebut lebih kuat daripada petunjuk yang lain dari segi kuantitas, sementara petunjuk yang lain lebih kuat dari segi kualitas, yang harus dilakukan adalah berhenti (tawaqquf) pada hasil itu.
Ketiga, bagian yang terkuat dalam memberikan petunjuk tentang watak atau kepribadian adalah analisis yang didasarkan pada keadaan empat cairan dalam tubuh (akhlaath), perangai-perangai
(mizaj), dorongan-dorongan (quwa), bentuk atau postur tubuh, dan ciri-ciri berdasarkan jenis kelamin (ajnas). Sebab, semua itu merupakan unsur-unsur substansial manusia. Adapun setelah
unsur-unsur tersebut adalah petunjuk-petunjuk yang berasal dari kemiripan (musyabahah) dan jenis-jenis makanan (aghdziyah) karena kedua hal ini merupakan faktor eksternal yang pasti ada. (Kitab Al-Farosah: Daliluka Ilaa Ma’rifati Akhlaqin Naas, halaman 48-51)
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.