darulmaarif.net – Indramayu, 26 Mei 2025 | 10.00 WIB
Banyak wali santri mengalami kegundahan hati ketika anak mereka yang sedang menimba ilmu di pesantren sering mengalami sakit. Ada yang mengeluh anaknya demam, batuk berkepanjangan, atau bahkan jatuh sakit karena perubahan cuaca dan pola hidup. Tak jarang, wali santri merasa bimbang antara tetap memondokkan anaknya atau memulangkan untuk dirawat di rumah saja. Artikel ini bertujuan menelaah problem tersebut yang kerap dialami para wali santri agar dapat memahami dan mengambil sikap yang proporsional, penuh iman dan keikhlasan.
Sakit sebagai Ujian dan Rahmat
Dalam Islam, sakit bukanlah semata-mata penderitaan, tapi juga bagian dari ujian keimanan dan media penghapus dosa. Alloh SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,”
(QS. Al-Baqoroh Ayat 155)
Ayat ini menunjukkan bahwa ujian, termasuk sakit, adalah bagian dari proses tarbiyah ilahiyah (pendidikan dari Alloh) untuk meningkatkan derajat keimanan seorang hamba.
Dalam hadits, Rasululloh SAW bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه
Artinya: “Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Alloh akan mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Imam Bukhori dan Muslim)
Maka, sakit yang dialami santri bukanlah musibah semata, tetapi bisa menjadi jalan taqarrub (pendekatan diri) kepada Alloh serta bentuk pendidikan mental-spiritual yang tak ternilai harganya.
Sakit dan Kesabaran dalam Menuntut Ilmu
Dalam kitab Diwan Asy-Syafi’i, Imam Syafi’i menekankan bahwa menuntut ilmu membutuhkan kesabaran, termasuk menghadapi kesulitan fisik berupa sakit:
من لم يذق مر التعلم ساعة، تجرع ذل الجهل طول حياته
Artinya: “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan.” (Diwan Asy-Syafi’i)
Sakit yang dialami santri bisa saja menjadi bagian dari kelelahan fisik karena perjuangan dalam rangka menuntut ilmu. Maka, alih-alih dianggap sebagai penghambat, ia perlu dimaknai sebagai ujian wajar dalam perjalanan panjang seorang penuntut ilmu.
Begitu juga Imam Ghozali dalam kitab Mukasyafatul Qulub, menukil pendapat Imam Junaid Al-Baghdadi:
البلاء سراج العارفين ويقظة المريدين وصلاح المؤمنين وهلاك الغافلين
Artinya: “Bala’ (ujian atau cobaan dari Alloh) adalah laksana penerang bagi orang-orang makrifat, membuat orang-orang yang bergegas ke Allah menjadi sadar dan terbangun, membuat orang yang beriman menjadi lebih baik, dan sebuah kehancuran bagi orang-orang yang lalai.”
Sisi Psikologis dan Peran Wali Santri
Rasa khawatir wali santri terhadap kondisi fisik anak adalah bentuk rahmat dan kasih sayang. Tapi perlu diingat, Islam juga mengajarkan agar tidak terburu dalam mengambil keputusan tanpa musyawarah dan pertimbangan ruhani. Alloh SWT berfirman:
فَسْئَلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS an-Nahl Ayat 43)
Ayat diatas menurut Hadlrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari bahwa Alloh mewajibkan orang tidak tahu satu hal untuk bertanya kepada orang yang menguasai di bidangnya.” (Muhammad Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Irsyadus Sari, Maktabah Al Masruriyah, halaman 16)
Ini menjadi dasar bahwa wali perlu berkonsultasi dengan pihak pesantren, ustadz, dokter, atau tenaga kesehatan pesantren sebelum menarik anaknya pulang karena sakit yang mungkin bisa ditangani dengan baik di pondok.
Solusi untuk Anak yang Sering Sakit di Pesantren
- Perkuat Doa dan Tawakkal
Wali santri harus menanamkan keyakinan bahwa Alloh-lah yang menyembuhkan segala macam penyakit. Meskipun harus diikhtiyari dengan cara berobat. Rosululloh SAW bersabda:
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرِئَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Artinya: “Setiap penyakit memiliki obat. Bila cocok obat dengan penyakitnya maka akan sembuh dengan izin Alloh Ta’ala.”
- Optimalkan Gizi dan Pola Hidup Sehat
Islam menganjurkan menjaga kesehatan. Sebagaimana Rosululloh SAW bersabda:
إِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا.
Artinya: “Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu.” (HR. Imam Bukhori dan Muslim)
Bekali anak dengan pengetahuan menjaga kebersihan, makan sehat, dan istirahat yang cukup.
- Libatkan Pihak Pesantren dan Tenaga Medis
Berkomunikasilah secara intens dengan pengasuh atau pembimbing kamar untuk memastikan ada pengawasan kesehatan. Banyak pesantren kini memiliki UKS atau klinik internal seperti Poskestren Pondok Pesantren Darul Ma’arif.
- Tanamkan Jiwa Sabar dan Tawakkal kepada Anak
Ajak anak untuk memaknai sakit sebagai bentuk mujahadah. Dalam Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim karya KH. Hasyim Asy’ari disebutkan bahwa seorang penuntut ilmu harus bersabar atas gangguan, keletihan, dan kesulitan yang datang padanya.
- Evaluasi Lingkungan Pondok Jika Perlu
Bila sakit sering terjadi karena pola hidup yang terlalu keras, maka perlu dilakukan evaluasi antara wali dan pesantren demi menciptakan lingkungan sehat dan nyaman.
Sakit yang dialami santri bukanlah alasan utama untuk menghentikan proses pendidikan di pesantren, melainkan bisa menjadi sarana pembentukan karakter yang lebih tangguh. Dengan pendekatan iman, sabar, serta sinergi antara wali dan pihak pesantren, masalah kesehatan bisa diatasi tanpa harus mengorbankan cita-cita pendidikan anak. Islam menempatkan ujian sebagai jalan menuju derajat yang lebih tinggi. Maka, mari kita hadapi dengan keyakinan, cinta, dan tawakkal yang kuat.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.