Selain Tartil, 3 Tempo Tingkatan dalam Membaca Al-Qur’an Ini Perlu Diketahui

darulmaarif.net – Indramayu – 29 November 2022 | 13.00 WIB

Bagi para santri yang belajar ngaji di pondok pesantren, membaca al-Qur‘an jelas sangat berbeda dengan bernyanyi. Melafalkan ayat-ayat suci al-Qur’qn memiliki kaidah dan pakem tersendiri yang biasa para santri pelajari dalam ilmu Tajwid. Meski berbeda dengan lantunan lagu, al-Qur‘an sendiri pun memiliki tempo bacaan yang dibagi menjadi empat tingkatan.

Kita tentu pernah mendengar seorang Qori’ yang membaca al-Qur‘an dengan cepat (الحدر). Diterangkan dalam al-Qur‘an Surat Al-Muzammil ayat 4 bahwa Alloh SWT memerintahkan kepada Nabi-Nya:

وأمر الله نبيه بها فقال: أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا…(المزمل

“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan.”

Ahli tajwid sendiri dalam hal ini telah menyepakati tingkatan bacaan dalam al-Qur‘an (مراتب القراءة), termasuk membaca Al Qur‘an dengan cepat, asalkan bacaan yang cepat itu masih sesuai dengan kaidah tajwid. Karena hukum membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid itu adalah fardlu ‘ain atau wajib. Dalam kitab Ghoyatul Murid Fii ‘Imit Tajwid halaman 20 karya Syekh ‘Athiyah Qobil Nashor menerangkan bahwa Empat tingkatan tersebut sebagai berikut:

Tartil (الترتيْل)

الترتيل هو قراءة القرآن بطمأنينة ومن غير عجلة، مع تدبر المعاني ومراعاة أحكام التجويد، وهذه صفة ملازمة لجميع مراتب القراءة الثلاث.

Tartil adalah tingkat atau tempo bacaan yang perlahan-lahan (tenang) tanpa tergesa-gesa, serta merenungi makna dengan khidmat dan menjaga hukum-hukum tajwidnya. Bacaan tartil adalah sifat yang lazim bagi semua tingkatan dalam bacaan yang tiga lainnya (tahniah, hadr, dan tadwir).

Cara membaca seperti ini biasanya dilakukan sewaktu kita sedang melaksanakan ibadah sholat.

Tahqiq (التحقيْق)

أما التحقيق: هو إعطاء كل حرف حقه من إشباع المد، وتحقيق الهمزة، وإتمام الحركات، واعتماد الإظهار والتشديدات، وتوفية الغنات، وتفكيك الحروف، وإخراج بعضها من بعض بالسكت والترسل، واليسر والتؤدة، وملاحظة الجائز من الوقوف، وباختصار هو: البطء والترسل في التلاوة، مع مراعاة جميع أحكام التجويد من غير إفراط.

Tahqiq adalah tingkat bacaan seperti tartil tetapi lebih tenang dan perlahan. Gambarannya seperti ketika seseorang sedang membaca ayat sembari membetulkan bacaan makharijul huruf (tempat keluar huruf hijaiyyah), menepatkan kadar bacaan panjang satu alif (mad) dan dengung (ghunnah), menyempurnakan harokat, dsb.

Tingkat bacaan ini lazim diajarkan para kyai/nyai, ustadz/ustadzah untuk para santri yang baru belajar Al-Qur’an.

Hadr (الحدر)

وأما الْحَدْرُ: فهو قراءة القرآن الكريم بسرعة مع المحافظة على أحكام التجويد.

Hadr adalah tingkat atau tempo bacaan yang cepat dengan tetap memperhatikan hukum-hukum bacaan tajwidnya. Temponya ini lebih cepat dibanding tadwir.

Tingkat bacaan ini biasanya ditemui bagi yang telah menghafal al-Qur’an, supaya dapat mengulangi bacaannya dalam masa yang singkat atau ketika melatih hafalan saat setoran kepada guru. Cara seperti ini juga biasa dilakukan saat sema’an.

Tadwir (التدوير)

أما التَّدْويرُ: فهو قراءة القرآن الكريم بحالة متوسطة بين الاطمئنان والسرعة مع مراعاة الأحكام، وهي تلي الترتيل في الأفضلية.

Tadwir adalah tingkat atau tempo bacaan yang sedang (pertengahan) antara tingkat bacaan hadr dan tartil namun tetap harus menjaga hukum-hukum tajwidnya.

Dari keempat tingkatan membaca al-Qur’an tersebut, menurut Imam Abu Hamid al-Ghozaliy, membaca al-Qur’an dengan tartil adalah yang disunnahkan, baik qori’ mengerti artinya atau tidak. Bacaan tartil selain memang diperintahkan oleh Allah dalam al-Qur’an Surat Al-Muzammil ayat 4, juga akan terasa lebih hormat dan meresap ke dalam hati.

Selain itu, disebutkan dalam kitab tersebut bahwa membaca dengan tartil lebih utama karena turunnya al-Qur’an itu dengan tartil atau perlahan-lahan.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.