darulmaarif.net – Indramayu, 08 Oktober 2024 | 08.00 WIB

Manusia terdiri dua bagian, yaitu jasad yang nampak secara dzohir dan ruh yang tidak tampak secara ghaib. Keberadaan ruh pada jasad adalah satu kesatuan yang harus ada untuk keberadaan hidup seorang manusia. Dengan adanya ruh pada jasad kita menjadi seorang manusia yang hidup, jika ruh terpisah dari jasad, maka kita hanya menjadi mayat, atau daging dan tulang tanpa kehidupan.
Karena semua manusia terbentuk dari unsur jasad dan ruh, seperti alat elektronik tanpa listrik atau baterai, hanya akan menjadi setumpuk besi, begitulah keadaan jasad tanpa ruh.
Hingga saat ini, tuh tetap menjadi pertanyaan misterius yang tak kunjung tersingkap hakikatnya. Namun, beberapa Ulama mencoba mendefinisikan ruh terbuat dari apa.
Ruh, menurut imam Malik adalah shuroh yang bentuknya seperti jasad, lihat kitab Jauharotut Tauhid:
لمالك هى صورة كالجسد……فحسبك النص بهذا السند
Dalam surat Al-Isra’ ayat 85 Alloh SWT Berfirman,
وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (QS. Al-Isra’ Ayat 85)
Dalam surat Shaad, Alloh SWT juga berfirman yang artinya, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku menjadikan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepada-Nya.” (QS. Shaad 71-72)
Alloh ‘Azza wa Jalla menunjukkan bahwa jasad berasal dari tanah dan ruh dari Tuhan semesta alam. (Ihya ‘Ulumiddin ayat 58)
وفرّق بعض العلماء بين النفس و الروح فقال الروح هو الذي به الحياة و النفس هي التي بها العقل فإذا نام النائم قَبَضَ الله نفسه ولم يقبض روحه والروح لا يُقبض إلاّ عندَ الموتِ
Artinya: “Ada Ruhun ada Nafsun. Sebagian Ulama membedakan: Ruh adalah mesin hidup (untuk hidup). Nafsun adalah mesin akal (berakal). Ketika Sesorang berada dalam keadaaan tidur itu artinya Alloh sedang (telah) mengambil NAFSUN-nya. Adapun ruh diambil Alloh, itu terjadi saat proses kematian.”
وبعض اللغويين يُسَوِّي بين النفس والروح فيقول هما شيء واحد إلاّ أنّ النفس مؤنثة والروح مذكّر
Artinya: “Sebagian ahli bahasa mengatakan bahwa secara lafadz, ruhun dan nafsun itu satu makna, perbedaannya ada pada status: Ruuhun mudzakkar dan Nafsun muannats. (Kitab Az-zaahir fii Ma’aanii Kalimaatin Naas)
Dalam filsafat dan tasawuf Islam, di samping istilah an-nafs dan ruh, juga ditemukan istilah al- qalb (kalbu) dan al-‘aql (akal). Empat istilah tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali. Perbedaannya terletak pada penggunaan arti. Para sufi mengartikan an-nafs sebagai sumber moral yang tercela, sedangkan ruh adalah sumber kehidupan dan sumber moral yang baik. Ruh juga sesuatu yang halus, bersih, dan bebas dari pengaruh hawa nafsu yang merupakan rahasia Alloh SWT yang hanya bisa diketahui oleh manusia tertentu setelah Alloh SWT memberikan kasyf (gambar yang terbayang) kepadanya.
Para cendekiawan Muslim banyak yang memilih diam dalam mempelajari asal-usul ruh. Mereka mengemukakan alasan bahwa jiwa atau ruh itu adalah urusan Alloh SWT yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali hanya Alloh SWT, sebagaimana terdapat dalam Qur’an Surat al-Isra’ Ayat 85.
Referensi lain:
ثمَّ اعْلَم أَن الرّوح هُوَ الْجَوْهَر الْعلوِي الَّذِي قيل فِي شَأْنه: {قل الرّوح من أَمر رَبِّي} يَعْنِي أَنه مَوْجُود بِالْأَمر وَهُوَ الَّذِي يسْتَعْمل فِيمَا لَيْسَ لَهُ مَادَّة فَيكون وجوده زمانيا لَا بالخلق، وَهُوَ الَّذِي يسْتَعْمل فِي ماديات، فَيكون وجوده آنيا، فبالأمر تُوجد الْأَرْوَاح، وبالخلق تُوجد الْأَجْسَام المادية قَالَ الله تَعَالَى: {وَمن آيَاته أَن تقوم السَّمَاء وَالْأَرْض بأَمْره} وَقَالَ: {وَالشَّمْس وَالْقَمَر والنجوم مسخرات بأَمْره} والأرواح عندنَا أجسام لَطِيفَة غير مادية، خلافًا للفلاسفة
الكليات معجم في المصطلحات والفروق اللغوية1/496
وَقَالَتْ الْحُكَمَاءُ الرُّوحُ هُوَ الدَّمُ وَلِهَذَا تَنْقَطِعُ الْحَيَاةُ بِنَزْفِهِ وَصَلَاحُ الْبَدَنِ وَفَسَادُهُ بِصَلَاحِ هَذَا الرُّوحِ وَفَسَادِهِ وَمَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ الرُّوحَ هُوَ النَّفْسُ النَّاطِقَةُ الْمُسْتَعِدَّةُ لِلْبَيَانِ وَفَهْمِ الْخِطَابِ وَلَا تَفْنَى بِفَنَاءِ الْجَسَدِ وَأَنَّهُ جَوْهَرٌ لَا عَرَضٌ وَيَشْهَدُ لِهَذَا قَوْله تَعَالَى {بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ} [آل عمران: 169
المصباح المنير في غريب الشرح الكبيرالمؤلف: أحمد بن محمد بن علي الفيومي ثم الحموي، أبو العباس (المتوفى: نحو 770هـ)1/242
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.