Pergaulan Remaja Bikin Was-was, Pesantren Jadi Solusi Agar Pikiran Orangtua Tetap Waras

darulmaarif.net – Indramayu, 02 Juli 2024 | 11.00 WIB

Pergaulan remaja sering kali menjadi perhatian serius bagi para orangtua karena potensi pengaruh negatifnya terhadap anak-anak mereka. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keamanan moral dan spiritual anak-anak dalam menghadapi tantangan modernitas yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, pondok pesantren dapat menjadi solusi yang tepat untuk menjaga pikiran orangtua tetap waras.

Pergaulan remaja saat ini tidak lagi terbatas pada lingkungan sekolah atau rumah saja. Dengan perkembangan teknologi dan media sosial, akses anak-anak terhadap informasi dan pengaruh dari luar sangat luas. Hal ini memungkinkan mereka terpapar pada berbagai nilai dan perilaku yang mungkin bertentangan dengan ajaran agama dan nilai-nilai keluarga.

Was-was Orangtua dan Kewaspadaan Terhadap Pengaruh Negatif Pergaulan Bebas

Kekhawatiran orangtua terhadap pergaulan bebas anak remaja tidaklah berlebihan. Islam sebagai agama yang komprehensif memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana menjaga diri dari pengaruh buruk di sekitar kita. Terkait kewajiban keluarga dalam menjaga diri dan keturunannya, Alloh Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Pada pembahasan ini saya akan memfokuskan pada redaksi kunci yakni quu anfusakum wa ahlikum naaran sebagai basis pendidikan keluarga. Para ulama tafsir menafsirkan redaksi ini sangat beragam, namun pada intinya mereka menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga.

Ibnu Katsir misalnya memaknai redaksi ini dengan ajakan untuk mendidik dan mengajari keluarga. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa taatilah Allah swt dan hindari perbuatan yang dapat memicu murka-Nya, serta perintahkanlah keluargamu untuk berdzikir, niscaya Alloh akan menyelamatkanmu dan keluargamu dari api neraka.

Sedangkan al-Baghawy dalam Ma’alim at-Tanzil menjelaskan dengan menukil dari perkataan ‘Atha bin Ibnu ‘Abbas, jauhilah larangan Alloh dan amalkan segala yang diperintahkan-Nya. Wa ahlikum naaron ia memaknainya bahwa kerjakanlah kebaikan, jauhilah keburukan, kerjakan yang menjadi perintah-Nya dengan penuh tata krama dan bertakwalah sehingga kamu terselematkan dari api neraka.

Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga diri dan keluarga dengan pergaulan yang baik agar hati dan pikiran tetap suci dari pengaruh negatif yang merugikan kita dan keturunan kita kelak.

Dalam hadits, Nabi Saw juga memberikan isyarat kuat dalam rangka menjaga pergaulan anak kita dalam memilih teman.

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً. (رواه البخاري)

Artinya: “Dari Abu Musa rodliallohu ‘anhu, dari Nabi Saw beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang sholih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya.” (HR. Imam Al-Bukhori)

Pesantren sebagai Solusi Edukasi Islami

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, memiliki peran vital dalam menjaga kesucian akhlak dan pemahaman agama pada generasi muda. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قالَ: قالَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : “يُوشَكُ أنْ يكونَ خيرَ مالِ المسلمِ غَنَمٌ يَتَّبعُ بها شَعَفَ الجبالِ، ومواقعَ القطرِ يَفِرُّ بدينِهِ من الفتنِ”.

Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodliallohu ‘anhu, beliau berkata, bahwa Rosulullah Saw bersabda, “Hampir datang masanya bahwa sebaik-baik harta seorang Muslim itu adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung serta tempat-tempat subur, karena menjauhi berbagai fitnah yang mengganggu agamanya.” (HR. Imam Bukhori)

Hadits ini menggambarkan perlunya mencari tempat perlindungan yang aman dari godaan dunia, uzlah pada saat terjadi berbagai fitnah lingkungan yang buruk, kecuali jika orang tersebut memiliki kemampuan untuk menghilangkan fitnah, maka ia wajib berusaha untuk menghilangkannya, baik fardu ‘ain ataupun fardu kifayah sesuai dengan keadaan dan tempat.

Dalam hal ini, pesantren menjadi metafora dari tempat uzlah tersebut, di mana pendidikan agama dan moral ditekankan secara intensif untuk membentuk karakter Islami anak-anak sesuai dengan ajaran Islam yang baik dan benar.

Kesimpulannya, dengan mengutip ajaran Al-Quran dan Hadits, pentingnya menjaga pergaulan remaja dari pengaruh negatif sangat ditekankan untuk orangtua. Pesantren bukan hanya sekadar tempat belajar, tetapi juga menjadi wadah untuk membangun kepribadian Islami yang kuat dan menanamkan nilai-nilai yang luhur. Orangtua perlu mempertimbangkan pesantren sebagai pilihan untuk memastikan anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang mendukung perkembangan spiritual dan moral mereka, menjauhkan mereka dari pergaulan yang bisa membahayakan iman dan akhlak mereka.

Dengan menitipkan anak-anak ke pesantren, pikiran dan hati orangtua dapat tetap tenang karena mereka telah berusaha memberikan yang terbaik bagi masa depan spiritual anak-anak mereka.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.