Orangtua Wajib Tahu! Ini Pentingnya Pendidikan Anak dalam Islam

darulmaarif.net – Indramayu, 27 Maret 2024 | 01.00 WIB

Islam merupakan agama yang betul-betul memperhatikan persoalan pendidikan, terutama pendidikan agama bagi anak-anak, bahkan sejak si jabang bayi masih dalam kandungan ibu.

Jika sejak dini anak-anak sudah terbiasa diberikan pendidikan Islam yang baik dari orangtua nya, insya Alloh setelah ia dewasa akan menjadi pribadi yang tumbuh sebagai insan yang mencintai Alloh dan Rosul-Nya, serta berbakti kepada kedua orangtua nya.

Mengapa pendidikan agama Islam amat penting bagi tumbuh kembang anak-anak? Apa sebetulnya tujuan utama pendidikan anak sejak dini begitu diperhatikan dalam Islam?

Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rodliyallohu ‘anhu, bahwa baginda Nabi Muhammad Saw bersabda:

عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ.

Artinya: “Dari sahabat Abu Hurairah R.A, beliau berkata: Rosululloh Saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithroh (suci), ayah dan ibunya lah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Imam Bukhori)

Makna hadits di atas adalah manusia difitrahkan (memiliki sifat pembawaan sejak lahir) dengan kuat di atas Agama Islam. Akan tetapi, tentu harus ada pembelajaran Islam dengan perbuatan/tindakan. Siapa yang Alloh Swt takdirkan termasuk golongan orang-orang yang berbahagia, niscaya Alloh Swt akan menyiapkan untuknya orang yang akan mengajarinya jalan petunjuk sehingga dia siap untuk berbuat (kebaikan).

Sebaliknya, siapa yang Alloh Swt ingin menghinakannya dan mencelakakannya, Alloh Swt menjadikan sebab yang akan mengubahnya dari fitrahnya dan membengkokkan kelurusannya. Hal ini sebagaimana keterangan dalam hadits tersebut tentang pengaruh yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya yang menjadikan si anak beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.

Seiring proses tumbuh kembang si anak, tentu saja anak-anak akan menerima berbagai informasi berupa ilmu dan pengetahuan yang bersumber dari proses pendidikan dari kedua orang tuanya. Tidak berhenti disitu, anak-anak juga dapat dengan mudah menerima informasi dari teman-temannya, lingkungan sekitar, atau model pendidikan yang diajarkan oleh sekolah-sekolah nya seiring berjalannya waktu.

Namun, ada tiga hal yang terpenting dalam pendidikan anak-anak yang menjadi pondasi utama orangtua menerapkan pendidikan agama Islam kepada anak-anaknya sejak dini. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ali Karromallohu Wajhah,

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ: حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ

Artinya: “Dari sahabat Ali R.A berkata, bahwa Rosululloh Saw bersabda: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara, yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Alloh, di waktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya”. (H.R. Imam Ad-Dailami)

Dalam kitab Faidul Qodir Juz 1 hal. 225, Syekh Muhammad Abdurrouf Al-Munawy memberi takwil mengenai hadits di atas sebagai berikut:

Didiklah anak-anak dan orang-orang yang mengasuh anak yatim untuk melatih mereka berkembang dan melanjutkan tiga hal yang melekat untuk diajarkan kepada anak-anak.

Pertama, mencintai Nabi nya. Mencintai Rosululloh Saw adalah hal terpenting yang harus diajarkan kepada seorang anak. Cinta kepada Nabi merupakan i’tikad baik; Karena ini bukanlah pilihan; melainkan sebuah kewajiban; Karena cinta mendorong anak-anak untuk patuh terhadap apapun yang dibawanya (risalah kenabian Rosululloh Muhammad Saw); As-Sam’ani berkata: ‘Orangtua harus mendidik anak-anak mereka bahwa baginda Nabi Saw diutus di Makkah dengan beratnya berbagai cobaan yang dialaminya. Kemudian Nabi wafat dimakamkan di kota Madinah’. Ini merupakan kewajiban untuk mematuhi dan mencintai baginda Nabi Saw.

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauzy berkata: ‘Hal pertama yang menarik perhatian anak-anak pastilah ma’rifatulloh, dan ilmu Tauhid (mengesakan Alloh). Dan Dia (Alloh) maha mendengar perkataan mereka; Alloh senantiasa beserta mereka (Anak-anak) dimanapun mereka berada; Demikian pula halnya yang dialami bani Isroil; Itulah sebabnya nama yang paling dicintai Alloh adalah “Abdullah’. dan “Abdur Rohman”; Sehingga jika pikiran dan kesadaran anak memahami bahwa Alloh mengetahui bahwa dia adalah hamba Alloh; Kemudian Nabi Saw memberitahukan kepada ornaftua tentang perlunya mencintai baginda Nabi Saw. Hal ini semata bukan karena egoisme buta yang dilandasi hawa nafsu, melainkan memang perintah wahyu bahwa siapapun yang hendak dicintai Alloh, haruskah mencintai Nabi nya. Karena Nabi merupakan utusan yang menjadi perantara tegaknya hujjatul Islam di muka bumi ini.

Kedua, Cinta kepada keluarganya; yakni kepada keluarga baginda Nabi Muhammad Saw, yakni putrinya Sayyidah Fathimah Al-Bathul, dan kedua cucunya (Sayyid Hasan dan Husein); Atau mencintai orang-orang yang beriman kepada Bani Hasyim dan Bani Muthollib;

Ketiga, Membaca Al-Qur’an; Yaitu membaca Al-Qur’an; belajar Al-Qur’an; Dan menghafalkan Al-Qur’an (bagi para pembawa Al-Qur’an) dengan menyimpannya dalam hati. Mereka yang rutin mendawamkan membaca Al-Qur’an; Belajar tentang hukum-hukum bacaannya (ilmu tajwid); Mereka (Anak-anak) akan berada dibawah naungan Alloh; Yaitu dalam naungan singgasana-Nya; Sebagaimana beliau baginda Nabi nyatakan dalam riwayat lain: ‘(Hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.)’ yaitu pada hari kiamat; Jika matahari mendekati kepala, panas menjadi sangat menyengat bagi mereka; Ini mungkin berarti bayangan surga; Dan itulah kebahagiaan bagi para ahli Al-Qur’an; Dan alam semesta ada di dalam genggamannya; Sebagaimana firman Alloh Yang Maha Esa: ‘Dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh’; Dikatakan: Yang dimaksud dengan bayangan adalah kemuliaan disisi Alloh dan keamanan dari berbagai kesulitan hidupnya bersama para nabi-Nya dan orang-orang suci-Nya; Yaitu mereka berada di bawah naungan panji-Nya; Mereka para Ahli Qur’an yang Alloh pilih dari para makhluk-Nya; Alloh menerima mereka karena lingkungan dan kedekatannya. Arti keberadaan para Nabi dan orang-orsng suci-Nya bersama mereka: bahwa ia (anak-anak) akan menjadi teman mereka di sana; Untuk menghubungkan anak dengan mereka. Barangsiapa yang hendak menjaga kitab suci Al-Qur’an, mendisiplinkan anak sejak dini untuk belajar Al-Qur’an perlu dilakukan. Dan itu adalah hak yang diperlukan; Sama seperti ayah mempunyai hak atas anaknya; Anak laki-laki mempunyai hak yang sama terhadap ayahnya. Sebaliknya, perintah Tuhan Yang Maha Kuasa kepada ayah mengenai anak-anaknya mendahului perintah anak-anak terhadap ayah mereka dalam firman-Nya.

Barangsiapa lalai mendidik anaknya apa yang bermanfaat baginya, orangtua sejatinya telah menyinggung Alloh; Kebanyakan ketidaktaatan anak disebabkan karena kelalaian orangtua terlebih dahulu dalam mendidik anak-anaknya. Kemudian beberapa di antara mereka berkata kepada ayahnya: ‘Engkau (Alloh) telah menyerahkan aku ketika masih kanak-kanak kepada kedua orangtuaku. Kemudian aku kehilanganmu sebagai orangtua’.

Dengan demikian, sudah sepatutnya orangtua memahami bahwa tiga hal terpenting yang harus diberikan kepada anak-anak adalah mendidik anak agar mencintai Nabi nya, mencintai keluarga dan para pengikutnya yang beriman, kemudian didiklah anak-anak sejak dini agar gemar belajar Al-Qur’an beserta hukum-hukum tajwidnya, mengamalkan isi kandungannya, serta menghafalkan Al-Qur’an sebagai bacaan yang paling utama sebelum anak-anak mengenal bacaan lain selain Al-Qur’an.

Hadits Nabi diatas juga dapat menjadi peringatan untuk kita sebagai orangtua, bahwa anak-anak ibarat sebuah kertas putih yang suci. Orangtua lah yang berperan penting mendidik anak-anak masuk ke dalam golongan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Ma’adzalloh.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.