darulmaarif.net – Indramayu, 26 Juli 2024 | 08.00 WIB
إن المعلمين الحقيقيين شفافون كالبلور، يعبر نور الله من خلالهم.
“Para guru sejati itu bagaikan cermin bening yang menangkap cahaya Alloh lalu memancarkannya.” – Maulana Jalaluddin Ar-Rumi
Guru adalah profesi yang sangat luhur dan mulia. Baik ditinjau dari segi agama, masyarakat, sosial maupun negara, pekerjaan ini menempati sebaik-baik pekerjaan. Mereka adalah orang yang jasanya begitu besar bagi peradaban manusia.
Namun perlu diketahui, mencari seorang guru tidaklah mudah. Banyak orang berprofesi sebagai guru, tapi bukan sebagai sosok guru sejati. Mereka berkata-kata hanya sampai pada tenggorokan saja. Ruhnya kosong dari dzikir, hanya tampilannya saja yang terlihat berkesan seperti layaknya seorang guru.
Entah sejak kapan kian marak profesi guru dijadikan ladang sebagai profesi untuk mendapatkan gelar, prestise, bahkan previllige berupa harta benda duniawi. Mereka hadir di banyak tempat dan ruang sosial. Tampil dengan berbagai aksesoris dan gimmick agamawan yang bersorban, berpeci, bergamis, dengan berbagai akrobat retorika yang menawan dan ciamik. Publik tak pernah tahu darimana mereka belajar mendalami ilmu agama dan sanadnya ke siapa.
Dari situlah kemudian muncul pertanyaan: siapa sebenarnya hakikat guru sejati? Guru yang tidak hanya bermodal aksesoris lahiriah dan tampang bak seorang ulama, tapi hatinya penuh bualan dan nafsu dunia.
Dalam tradisi Tasawuf, seorang Murid butuh adanya kehadiran seorang guru (Mursyid). Guru akan selalu melakukan bimbingan kepada muridnya dalam olah rohani.
Guru sejati (Mu’allim Haqiqy) itu datang untuk membagi cahaya pengetahuan kemanusiaan, bukan menghancurkannya dan membodohi orang lain. Mereka datang untuk kebahagiaan orang lain, bukan untuk kesenangan prbadi. Mereka bagai lilin yang menyala yang cahayanya menerangi kegelapan, sedang dirinya rela jika harus terbakar. Mereka rela menanggung derita demi cinta. Atau bagai pohon rindang dengan buah yang lezat. Mereka menaungi sekaligus memberi.
Adapun hakikat Guru Sejati menurut Al-Imam Ibnu Athoillah al-Askandary Rohimahulloh dalam kitab ‘Iddatul Murid As-Shodiq, [Maktabah Islamiah, PDF], halaman 157 disebutkan:
ليس شيخك من سمعت منه
“Guru sejati bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) sebatas dari lisannya saja.”
وإنما شيخك من أخذت عنه
“Tapi, dia adalah orang tempatmu mengambil hikmah dan akhlak.”
و ليس شيخك من واجهتك عبارته
“Bukanlah guru sejati, seseorang yang hanya membimbingmu dengan retorika.”
وإنما شيخك الذى سرت فيك إشارته
“Tapi, orang yang disebut guru sejati bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya mampu menyusup dalam sanubarimu.”
وليس شيخك من دعاك الى الباب
“Dia bukan hanya seorang yang mengajakmu sampai kepintu.”
وإنما شيخك الذى رفع بينك وبينه الحجاب
“Tapi, yang disebut guru bagimu itu adalah orang yang (bisa) menyingkap hijab (penutup) antara dirimu dan dirinya.”
وليس شيخك من واجهك مقاله
‘Bukanlah gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu.”
وإنما شيخك الذى نهض بك حاله
“Tapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang aura kearifannya dapat membuat jiwamu bangkit dan bersemangat.”
شيخك هو الذى مازال يجلو مرآة قلبك حتى تجلت فيها انوار ربك
“Guru sejati bagimu adalah orang yang senantiasa membuat cermin hatimu jernih, sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu.”
Syams Tabrizi, sang Darwish pengelana, guru spiritual Maulana Jalaluddin Ar-Rumi, menemukan para guru dan ustadz semacam itu pada masanya. Ia lalu memberikan komentar atas fenomena itu sekaligus mengingatkan:
يوجد معلمون وأساتذة مزيفون في هذا العالم أكثر عددا من النجوم في الكون المرئي. فلا تخلط بين الأشخاص الأنانيين الذين يعملون بدافع السلطة وبين المعلمين الحقيقيين. فالمعلم الروحي الصادق لا يوجه انتباهك إليه ولا يتوقع طاعة مطلقة أو إعجابا تاما منك، بل يساعدك على أن تقدر نفسك الداخلية وتحترمها. إن المعلمين الحقيقيين شفافون كالبلور، يعبر نور الله من خلالهم.
Artinya: “Para guru dan ustadz gadungan/palsu yang ada di dunia ini jauh lebih banyak daripada bintang yang tampak di alam semesta. Tapi anda Jangan keliru untuk tahu siapa saja para ustadz yang haus kekuasaan dan egois, dan siapa saja para guru sejati. Seorang guru spiritual sejati tak akan memintamu untuk patuh total kepada dirinya dan memujanya. Tetapi, ia akan membantumu untuk menemukan dan memuliakan dirimu sendiri. Para guru sejati bagai cermin bening yang menangkap cahaya Tuhan lalu memancarkannya.”
Guru Sejati akan selalu memberi peringatan kepada kita akan marabahaya yang mengancam diri kita. Guru Sejati akan mengarahkan kita agar terhindar dari malapetaka, dan bagaimana jalan keluar harus ditempuh. Karena Guru Sejati merupakan entitas zat atau energi kebaikan dari pancaran cahaya Illahi, maka Guru Sejati memiliki kewaskitaan luar biasa. Guru Sejati sangat cermat mengidentifikasi masalah, dan memiliki ketepatan tinggi dalam mengambil keputusan dan jalan keluar. Biasanya Guru Sejati “bekerja” secara preventif-antisipatif, membimbing kita agar supaya tidak melangkah menuju kepada hal-hal yang akan berujung pada kesengsaraan, malapetaka, atau musibah.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.