darulmaarif.net – Indramayu, 30 Juli 2024 | 08.00 WIB
Pendidikan pesantren di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kaya, yang mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan politik bangsa. Dengan munculnya Kurikulum Merdeka, ada sebuah upaya untuk menyesuaikan sistem pendidikan di Indonesia dengan kebutuhan zaman dan konteks lokal yang beragam. Artikel ini akan membahas hubungan antara Kurikulum Merdeka dan dinamika sejarah pendidikan pesantren, serta dampaknya terhadap pendidikan pesantren di era modern.
Sejarah Pendidikan Pesantren
Pendidikan pesantren di Indonesia dimulai sejak abad ke-13 dengan berdirinya pesantren pertama di Pulau Jawa. Pesantren tradisional berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan yang berfokus pada pengajaran agama Islam dan keterampilan hidup praktis. Metodologi pengajaran di pesantren tradisional sering kali melibatkan sistem sorogan (pengajaran tatap muka) dan bandongan (diskusi kelompok).
Pada abad ke-20, pendidikan pesantren mengalami berbagai perubahan seiring dengan pengaruh kolonialisme, kemerdekaan, dan modernisasi. Reformasi pendidikan pesantren mencakup pengenalan kurikulum yang lebih formal dan pengintegrasian pelajaran umum seperti bahasa Arab dan Inggris ke dalam kurikulum pesantren.
Kurikulum Merdeka: Konsep dan Implementasi
Kurikulum Merdeka, yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2022, bertujuan untuk memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengadaptasi kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal. Tujuan utama Kurikulum Merdeka adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif siswa, serta memberikan ruang bagi pengembangan potensi individu.
Kurikulum Merdeka mengedepankan prinsip fleksibilitas, dengan mengizinkan sekolah untuk memilih materi ajar yang relevan dan menyesuaikan pendekatan pedagogis mereka dengan konteks lokal. Hal ini mencakup penekanan pada pembelajaran berbasis proyek, penggunaan teknologi dalam pembelajaran, serta integrasi nilai-nilai budaya dan lokal.
Kaitan Antara Kurikulum Merdeka dan Pendidikan Pesantren
Penerapan Kurikulum Merdeka di pesantren sebetulnya disadari atau tidak sudah diterapkan pendidikan pesantren. Beberapa sisi metode pembelajaran pondok pesantren yang dapat dikatakan persis dengan konsep Merdeka Belajar adalah metode sorogan dan musyawarah atau batsul masa’il. Metode-metode tersebut dapat dikatakan mirip dengan konsep Kurikulum Merdeka Belajar karena beberapa alasan berikut ini.
Pertama, metode sorogan. Melalui metode ini santri melakukan pembelajaran dengan diberikan kewenangan penuh oleh ustaz atau ustazah dalam mempelajari kitab kuning. Selama pembelajaran dengan metode sorogan, santri bebas membaca kitab dengan cara mereka masing-masing, bebas memberikan makna leterlek (pegon), juga bebas memberikan makna haqiqi sesuai kepahaman mereka masing-masing. Barulah setelah itu, ustadz maupun ustadzah meminta pertanggung jawaban atas apa yang mereka bacakan. Terakhir, ustaz maupun ustazah memberikan kejelasan atau menerangkan isi sebenarnya dari kitab yang sedang dikaji.
Kedua, musyawarah atau batsul masa’il. Metode ini tentunya seperti metode musyawarah yang dilakukan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah formal. Yakni, siswa yang dibentuk berkelompok diberi masalah atau tugas, dan bersama-sama menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tidak jauh berbeda, musyawarah yang dilakukan oleh para santri adalah kegiatan pembelajaran untuk memecahkan suatu permasalahan real dalam kehidupan yang memerlukan hukum atau dalil-dalil dalam menerapkannya.
Sistem yang dilakukan para santri ini terlebih dahulu menentukan tema yang akan dibahas dan semua peserta musyawarah sudah menyiapkan masalah-masalah yang akan dikupas. Semua peserta musyawarah selain menyiapkan pertanyaan juga wajib menyiapkan jawaban dari kitab kuning manapun yang akan digunakan untuk dalil syara’. Santri-santri juga memiliki kewenangan untuk melakukan ijtihad penyelesaian masalah dengan tetap memacu pada kitab-kitab yang ada. Ijtihad tersebut disesuaikan dengan perubahan laju kehidupan yang sedang berlangsung baik tempat maupun waktu.
Selain metode-metode tersebut, konsep kurikulum merdeka juga diterapkan dalam pembelajaran pendewasaan diri santri di dalam pesantren. Pendewasaan ini kuncinya juga berada dalam diri masing-masing santri. Santri hidup dalam pesantren dan selalu bersama-sama setiap harinya dengan santri-santri lain yang berbeda latar belakang, karakter, suku, dan budaya.
Kurikulum Merdeka memberikan pesantren kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan spesifik santri dan konteks lokal. Pesantren dapat mengintegrasikan materi ajar yang relevan dengan konteks agama dan budaya lokal, sambil tetap mengikuti standar nasional.
Kurikulum Merdeka, sebagaimana tujuan utama Kemendikbud memungkinkan pesantren untuk mengintegrasikan nilai-nilai dan budaya lokal ke dalam proses pembelajaran. Ini membantu menjaga dan memperkuat identitas budaya serta memperkaya pengalaman belajar santri.
Dengan mengadopsi pendekatan pembelajaran berbasis proyek dan teknologi, pesantren dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan aplikatif. Hal ini berpotensi meningkatkan motivasi dan keterlibatan santri dalam proses belajar.
Kurikulum Merdeka di pesantren mendorong integrasi pelajaran umum dengan pelajaran agama. Pesantren dapat mengembangkan kurikulum yang seimbang antara pendidikan agama dan pengetahuan umum, yang membantu santri mempersiapkan diri untuk tantangan di dunia modern.
Dengan demikian, Kurikulum Merdeka menawarkan peluang signifikan untuk merevitalisasi pendidikan di sekolah-sekolah yang ada di seluruh Indonesia. Dengan memberikan fleksibilitas dalam penyesuaian kurikulum dan pendekatan pembelajaran, Kurikulum Merdeka di pesantren dapat memperkuat peran pesantren sebagai lembaga pendidikan yang relevan dan adaptif terhadap kebutuhan dan tantangan zaman. Sebagai hasilnya, pendidikan pesantren dapat berkembang lebih lanjut, mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan tuntutan global, dan mempersiapkan santri untuk masa depan yang lebih baik.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.