Memahami Makna Taqwa: Peran Pesantren dalam Penguatan Akhlak Islami di Era Modern

darulmarif.net – Indramayu, 30 Desember 2023 | 08.00 WB

Masalah sosial budaya merupakan masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat Indonesia secara umum. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi konflik dengan sesama umat Islam maupun dengan non-Islam. Karena majemuk nya Indonesia ini, sangat rawan sekali gesekan lantaran latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda.

Imbas dari hal ini, tentu saja bangsa Indonesia dimungkinkan antara sebagian masyarakat yang satu dengan yang lainnya saling bermusuhan, yaitu ancaman fitnah adu domba dan pecah belah sesama umat Islam. Adaptasi modernisme, kendatipun tidak secara total dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadikan sarang pengkhayal. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh letidakpastian era modern, belum lagi imbas negatif teknologi semakin menjadi kubangan individualisme antara satu individu muslim dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, pesantren sebagai pilar pendidikan berbasis agama Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai adiluhung berupa persatuan, perdamaian, kerukunan, toleransi, yang diikat oleh rantai akhlakul karimah menjadi kawah candra dimuka bagi generasi muda penerus bangsa yang bermuara pada nilai ketaqwaan di hadapan Alloh Swt.

Taqwa, dalam pandangan Islam, seringkali diidentifikasi sebagai keadaan hati yang penuh kesadaran terhadap Alloh Swt dan pencegahan diri dari perbuatan dosa. Konsep ini menjadi pondasi penting dalam pembentukan akhlak Islami, di mana pesantren memiliki peran sentral dalam mengajarkan, mengamalkan, dan memperkuat makna taqwa dalam kehidupan para santri.

Definisi dan Dimensi Taqwa

Taqwa, berasal dari akar kata Arab “وقى-يقى-وقاية,” yang berarti melindungi atau menjaga. Dalam konteks agama Islam, taqwa melibatkan sikap takut kepada Alloh Swt, yang mendorong seseorang untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa. Dimensi taqwa mencakup ketakwaan dalam beribadah, berinteraksi sosial, dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran akan kehadiran Alloh Swt.

Jika ditilik dalam kamus santri yang pernah belajar I’lal di pesantren, asal kata taqwa sebagai berikut:

والأصل وقيا قلبت الواو تاء ثم الياء واوا فصار تقوى وهو غير منصرف لأن ألفه للتأنيث

Artinya: “Asal kata “taqwa” dari “waqoya”, huruf wawu-nya diganti dengan huruf ta’, selanjutnya huruf ya’-nya ditukar dengan huruf wawu, sehingga menjadi kata “taqwa”. Kata “taqwa” adalah isim ghoiru munshorif/kata benda yang tidak menerima harokat tanwin, karena huruf alif dari kata “taqwa”–huruf terakhirnya–adalah lit-ta’nits.”

Secara bahasa, kata ” taqwa/التقوى ” berarti sedikit bicara/قلة الكلام atau berarti sekat penghalang di antara dua sesuatu/ الحاجز بين الشيئين. Sedangkan pengertian “taqwa” menurut istilah adalah,

إمتثال أمر الله واجتناب نواهيه

Artinya: “Melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi larangan-Nya.”

Sehingga dapat dipahami bahwa definisi dan dimensi taqwa dalam pandangan santri mencakup segala hal yang berkaitan dengan sikap kesadaran diri secara total dari upaya untuk tetap mentaati perintah Alloh dan menjauhi segala larangan-Nya.

Peran Pesantren dalam Membimbing Taqwa

Pendidikan Agama yang Mendalam:

Pesantren menjadi lembaga pendidikan Islami yang menyeluruh. Santri tidak hanya diajarkan tentang ritual ibadah, tetapi juga mendalami pemahaman konsep-konsep Islam, termasuk taqwa, melalui pengajaran kitab-kitab turots (kuning) dan kontemporer.

Pengamalan Nilai-nilai Akhlak Islami:

Pesantren mendorong santri untuk mengamalkan nilai-nilai akhlak Islami dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam berinteraksi dengan sesama santri maupun dalam hubungan dengan masyarakat luas, penanaman nilai taqwa menjadi landasan untuk berperilaku baik.

Kegiatan-kegiatan Ibadah Rutin:

Pesantren membimbing santri dalam menjalankan ibadah rutin seperti bimbingan praktik ibadah, sholat berjama’ah, dzikir dan aurod, pengajian kitab-kitab turots (kuning), tadarus Al-Qur’an, dan lain sebagainya. Kegiatan ini tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan taqwa.

Pelatihan Diri dan Kedisiplinan:

Pesantren menciptakan lingkungan yang mendukung pelatihan diri dan kedisiplinan. Dengan rutinitas harian yang terstruktur, santri diajarkan untuk mengontrol diri, mematuhi aturan, dan menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab.

Penguatan Akhlak Islami melalui Taqwa

Kontrol Diri dan Sabar:

Taqwa mengajarkan santri untuk mengendalikan hawa nafsu dan bersabar dalam menghadapi cobaan. Ini membentuk karakter yang kuat dan tahan banting.

Empati dan Kebaikan Hati:

Pesantren mengajarkan makna taqwa dalam konteks sosial, mendorong santri untuk bersikap empatik, berbagi, dan berbuat baik kepada sesama sebagai bentuk manifestasi takwa.

Keseimbangan Antara Kehidupan Duniawi dan Akhirat:

Taqwa membimbing santri untuk menjalani kehidupan dengan keseimbangan antara tuntutan dunia dan persiapan untuk akhirat. Hal ini mendorong kesadaran terhadap tujuan hidup yang lebih besar, yakni akhirat.

Kesimpulan:
Dengan memahami makna taqwa dan peran pesantren dalam penguatan akhlak Islami, kita dapat melihat bagaimana pendekatan ini tidak hanya menciptakan individu yang taat beribadah yang memiliki semangat persatuan dan kerukunan, tetapi juga berakhlakul karimah. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam, memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk generasi yang memiliki kesadaran taqwa, siap menghadapi kehidupan dengan integritas dan bermoral. Dengan demikian, pesantren berkontribusi secara signifikan dalam membangun masyarakat yang diberkahi dan tetap bermartabat di era modern sekarang ini.

Oleh karena itu, pondok pesantren menjadi solusi bagi generasi muda Islam untuk kembali menguatkan nilai-nilai ketakwaan agar berbagai macam konflik sosial budaya yang semakin carut marut memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam dapat diselesaikan dengan kembali menatap nilai-nilai fundamental yang sama: implementasi taqwa mengajarkan manusia bahwa mungkin di hadapan manusia kita beda, tapi di hadapan AllohSwt, kita sama.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.