darulmaarif.net – Indramayu, 30 Januari 2025 | 07.00 WIB
Dalam teori bahasa modern, tidak ada satu bahasa yang lebih unggul dari bahasa yang lain. Akan tetapi bahasa dapat lebih unggul dari bahasa lain sebab historis dan transformasi pemikiran dan budaya. Bahasa arab mempunyai keistimewaan, karena bahasa arab menjadi bahasa Al-Qur’an. Dengan memahami bahasa arab maka dapat mengerti isi kitab suci yang pedoman orang islam. Keunggulan bahasa arab dengan bahasa tidak hanya terletak sebagai bahasa agama, akan tetapi bahasa arab mempunyai keistimewaan dalam segi ilmu kebahasaannya. Dengan mengkaji ilmu kebahasaannya akan dapat menikmati keindahan tata bahasa Al-Qur’an yang merupakan unsur kemukjizatan AL-Qur’an.
Salah satunya, penggunaan harakat. Bahasa Arab memiliki harakat yang digunakan untuk menandakan pengucapan dan intonasi kata. Harakat ini tidak ditemukan dalam bahasa lainnya.
Filosofi Makna Harakat
Berdasarkan buah hasil perenungan ahli bahasa Arab, harakat mempunyai makna filosofis yang berkaitan dalam kehidupan kita. Berikut adalah makna-makna filosofis harakat yang tertuang dalam tanda-tanda i’rab (Alaamatul I’rab)
- Dhammah
Dhommah adalah tanda i’rab rafa’
Dhommah maknanya bergabung, berkumpul dan bersatu. Rafa’, maknanya kemuliaan dan tinggi.
Secara konteks, makna filosofis dari Dhommah tanda Rafa’ yaitu, “Jika kita bergabung (bersatu) itu adalah tanda suatu kemulian, kemajuan, tinggi dan kesuksesan.
Dhommah (ﺍﻟﻀﻤﺔ ) adalah harakat yang berbentuk layaknya huruf waw (ﻭ) – tapi ini kecil – , yang diletakkan di atas suatu huruf Arab (ـــُــ ), harakat dhammah melambangkan fonem /u/. Untuk penggambaran bentuk harakat tersebut, dapat dilihat bentuk huruf dhammah diibaratkan seperti kepalan tangan sampai lengan. Kepalan tangan menggambarkan “bergabung atau bersatu”, dan jika ditegakkan kepalan tangan tersebut adalah tanda “suatu harapan dalam kemajuan”.
- Fathah
Fathah adalah tanda i’ i’rab nashab.
Fathah, dimaknai “kemenangan”. Nashab, dimaknai “tegak”.
Secara konteks makna filosofi dari Fathah tanda Nashab yaitu, “Jika kita menegakkan (kebenaran) itu adalah tanda suatu kemenangan”.
Fathah (ﻓﺘﺤﺔ) adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil (ـــَــ ) yang berada di atas suatu huruf Arab yang melambangkan fonem /a/.
Untuk penggambaran bentuk harakat tersebut, dapat dilihat bentuk harakat fathah (garis lurus dan tegak, lurus/tidak melengkung). Harakat fathah mempunyai posisi di atas diibaratkan suatu kemenangan, dan kemenangan itu selalu ada di atas (diposisikan di tempat tinggi).
- Kasrah
Kasrah adalah tanda i’rab jir/jar.
Kasrah, dimaknai sebagai “pecah”. Sedangkan Jar, dimaknai “terseret”.
Secara konteks makna filosofi dari Kasrah alamat Jar yaitu, “Jika kita terpecah belah itu adalah tanda diperdaya oleh orang lain (terseret-seret)”.
Kasrah (ﻛﺴﺮﺓ ), adalah harakat yang berbentuk layaknya garis horizontal kecil (ـــِــ ) yang diletakkan di bawah suatu huruf Arab, harakat kasrah melambangkan fonem /i/.
Untuk penggambaran bentuk harakat tersebut, dapat dilihat bentuk harakat kasrah (garis lurus dan tegak, lurus/tidak melengkung).
Harakat fathah mempunyai posisi di atas diibaratkan garis yang terseret (ditarik miring ke bawah). Dari kata “Kasara” yang memiliki arti “pecah”, makna filosofis yang dapat direnungi “Jika sesuatu terpecah belah maka tidak akan berdaya/dapat diperdaya (terseret-seret)”.
- Sukun
Sukun adalah tanda i’rab Jazm.
Sukun, dimaknai “diam”. Sedangkan Jazm, dimaknai “kepastian atau pengharusan”.
Secara konteks makna filosofis dari Sukun alamat Jazm yaitu, “Jika kita diatur atau di bawah kekuasaan orang maka kita tidak bisa bergerak (diam)”.
Jika Sukun, dimaknai “tenang”, sedangkan Jazm dimaknai “jaminan”, maka secara konteks makna filosofis dari Sukun alamat Jazam yaitu, ‘Jika ada jaminan dan kepastian maka masa depan kita akan tenang”.
Sukun (ﺳﻜﻮﻥ ), adalah harakat yang berbentuk bulat layaknya huruf ha (ﻩ ) yang ditulis di atas suatu huruf Arab.
Untuk penggambaran bentuk harakat tersebut, dapat dilihat bentuk harakat sukun yaitu harakat yang berbentuk bulat(ـــــْــ ) . Jika diibaratkan dalam bulatan dan lingkaran itu ada proses perputaran, mungkin dapat dimaknai “kehidupan yang selalu berputar saling berintegrasi dan kontuniuitas dalam perputaran”.
Selain itu, bulatan atau lingkaran itu dapat dilihat tidak bergerak atau statsis, makna yang dapat diambil dari filosifis tersebut adalah “Jika kita diatur di bawah kekuasaan orang, maka kita tidak bisa bergerak (diam)”.
Kasrah: Persamaan Ilmu, Kekayaan dan Kesuburan
Dalam bahasa Arab, salah satu penggunaan harakat misalnya kasrah pada lafadz ‘ilmu’ (اَلْعِلْمُ), kekayaan (اَلْغِنِى), dan kesuburan (اَلْخِصْبُ) yang memiliki awalan berupa harakat kasrah. Yang mengisyaratkan bahwa sigat-sifat baik bisa diraih dengan kerendahan hati, sifat tawaddlu’, dan ketundukkan diri. Sebaliknya, kata ‘kebodohan’ (اَلْجَهْلُ), kemiskinan (اَلْفَقْرُ), dan kegersangan (اَلْجَدْبُ), huruf awalannya berharakat fathah, yang melambangkan bahwa sifat buruk muncul karena kesombongan dan meninggikan nafsu.
Sebagaimana dikatakan:
اَلظُهُوْرُ يَقْصِمُ الظُّهُوْرَ
Artinya: “Keinginan untuk tampil dapat mematahkan tulang punggung”.
Artinya, menonjolkan ego dapat menghancurkan diri sendiri, sementara kerendahan hari membaws kemuliaan. (At-Tausyih ‘ala Syarh Ibni Qosim Al-Ghozy ‘ala Matni Aby Syuja’, hal. 7 – Syekh Nawawy Al-Bantani)
Dengan demikian, untuk mendapatkan ilmu, kekayaan dan kesuburan, hendaklah kita meraihnya dengan kerendahan hati, sifat tawadlu’, dan ketunddukkan diri.
Hendaknya memiliki sifat Tawadhu’. Dalam Syarah Ta’lim Muta’alim disebutkan bahwa وَالتَّوَضُعُ يَيْنَ التَّكَبُّرْ وَالمُذَلَّةِ ,
Artinya: “Tawadhu’ adalah memposisikan diri antara sifat sombong dan hina”.
Jika kita memiliki sifat sombong, angkuh dan egois dalam menapaki kehidupan, menandakan bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan ilmu, kekayaan dan kesuburan.
Syekh Muhammad Abdurrouf Al Munawi dalam kita Faid Al Qodir yang merupakan syarah Al Jami’ Al Soghir menerangkan bahwa:
تَعَلَّمُوْا العِلْمَ، وَتَعَلَّمُوْا لِلْعِلْمِ السَّكِيْنَةَ وَالوَقَارَ، وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ (وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ)
Artinya: “Belajarlah kalian semua, dan belajarlah kalian semua dengan tenang dan khidmah, serta rendahkan diri kalian terhadap orang yang mengajari kalian”.
Itulah diantara keunikan bahasa Arab dan filosofi nya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Alloh SWT senantiasa menjadikan kita sebagai hamba yang rendah hati, tawadlu’ dan menundukkan diri sebagaimana teladan yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW kepad umatnya.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.