darulmaarif.net – Indramayu, 04 Februari 2025 | 10.00 WIB

Di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, fenomena degradasi akhlak menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan. Berbagai perilaku menyimpang yang mencerminkan penurunan moralitas muncul di berbagai kalangan, terutama di kalangan remaja. Artikel ini akan membahas beberapa fenomena nir akhlak yang terjadi saat ini. Sebagai contoh maraknya kasus bullying, baik secara fisik maupun verbal, semakin marak terjadi di lingkungan sekitar. Perilaku ini tidak hanya merusak mental korban tetapi juga mencerminkan kurangnya empati dan moralitas pelaku. Selain itu, fenomena seks bebas di kalangan remaja juga menunjukkan penurunan nilai-nilai kesucian dan tanggung jawab. Hal ini diperparah dengan mudahnya akses terhadap konten pornografi melalui internet, yang semakin mendorong perilaku menyimpang moralitas ini.
Dalam kehidupan, akhlak merupakan salah satu aspek fundamental dalam kehidupan manusia. Dalam Islam, akhlak tidak hanya sekadar etika sosial, tetapi juga bagian dari ibadah yang menentukan kualitas hubungan manusia dengan Alloh dan sesamanya. Namun, dari perspektif psikologi, mengapa manusia membutuhkan akhlak? Apakah akhlak hanya produk budaya dan agama, atau ada faktor psikologis yang membuat manusia secara alami membutuhkannya?
Artikel ini akan membahas fenomena psikologis yang menjelaskan mengapa manusia membutuhkan akhlak, bagaimana akhlak memengaruhi kesejahteraan mental, serta bagaimana akhlak dapat menjadi fondasi bagi masyarakat yang sehat dan harmonis.
- Akhlak dan Keseimbangan Psikologis Manusia
Dalam psikologi, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk hidup dengan aturan dan nilai-nilai yang membentuk moralitas. Salah satu teori yang mendukung hal ini adalah Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, yang menyebutkan bahwa manusia membutuhkan:
- Kebutuhan fisiologis (makan, minum, tempat tinggal)
- Kebutuhan rasa aman (keamanan finansial, kesehatan, dan stabilitas)
- Kebutuhan sosial (cinta, persahabatan, dan komunitas)
- Kebutuhan harga diri (penghormatan, penghargaan, dan pencapaian)
- Kebutuhan aktualisasi diri (mencapai potensi penuh dalam hidup)
Akhlak berperan dalam memenuhi hampir semua kebutuhan di atas, terutama dalam hal keamanan, hubungan sosial, dan harga diri. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki akhlak baik cenderung lebih dihormati dalam masyarakat, lebih mudah menjalin hubungan yang sehat, dan lebih mungkin mendapatkan dukungan sosial dalam situasi sulit.
Selain itu, dalam psikologi moral, teori Kognitif Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg menjelaskan bahwa manusia secara alami berkembang dalam memahami moralitas dari tahap dasar (menghindari hukuman) hingga tahap tertinggi (prinsip universal tentang keadilan dan kebaikan). Hal ini menunjukkan bahwa manusia memang membutuhkan akhlak untuk tumbuh secara psikologis dan sosial.
- Akhlak dan Kesehatan Mental: Menjaga Hati dan Pikiran
Dari sudut pandang psikologi positif, akhlak memiliki hubungan erat dengan kebahagiaan dan kesejahteraan mental. Manusia yang memiliki akhlak baik cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kesehatan mental yang lebih baik. Beberapa alasannya adalah:
a. Akhlak Membantu Mengurangi Rasa Bersalah dan Kecemasan
Ketika seseorang bertindak sesuai dengan nilai moralnya, ia akan merasa lebih tenang dan damai. Sebaliknya, ketika seseorang melakukan tindakan yang bertentangan dengan moralitasnya, ia bisa mengalami dissonansi kognitif, yaitu ketidaknyamanan psikologis akibat pertentangan antara tindakan dan keyakinan moralnya.
Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa berbohong akan lebih sering merasa cemas karena takut kebohongannya terbongkar. Hal ini dapat memicu stres dan gangguan kecemasan. Sebaliknya, seseorang yang jujur akan merasa lebih damai karena tidak memiliki beban psikologis akibat kebohongan.
b. Akhlak Memperkuat Rasa Percaya Diri dan Harga Diri
Orang yang memiliki integritas tinggi dan berpegang pada nilai-nilai moral akan lebih percaya diri dalam menghadapi kehidupan. Mereka tidak mudah tergoda oleh hal-hal negatif karena memiliki prinsip yang kuat. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai self-concept clarity, yaitu sejauh mana seseorang memahami dirinya sendiri dan tetap konsisten dengan nilai-nilai pribadinya.
c. Akhlak Mendorong Empati dan Hubungan Sosial yang Sehat
Salah satu elemen utama dalam akhlak adalah empati, yaitu kemampuan memahami perasaan dan perspektif orang lain. Psikologi sosial menunjukkan bahwa manusia yang memiliki empati lebih tinggi cenderung memiliki hubungan yang lebih harmonis, lebih mudah bekerja dalam tim, dan lebih bahagia dalam kehidupan sosialnya.
- Akhlak sebagai Fondasi Kehidupan Sosial
Masyarakat yang tidak memiliki akhlak akan menuju kehancuran moral dan sosial. Hal ini dapat kita lihat dalam fenomena seperti maraknya korupsi, ketidakadilan, kejahatan, dan krisis kepercayaan dalam masyarakat modern.
Dalam psikologi sosial, konsep Social Contract Theory oleh Jean-Jacques Rousseau menjelaskan bahwa manusia membutuhkan aturan moral untuk menciptakan masyarakat yang stabil. Tanpa aturan moral yang jelas, masyarakat akan berada dalam kondisi “chaos” di mana setiap individu hanya mengejar kepentingannya sendiri tanpa memedulikan orang lain.
Akhlak juga berperan dalam menciptakan sistem keadilan dan kepercayaan dalam masyarakat. Contohnya:
- Jika semua orang jujur, maka transaksi ekonomi akan lebih lancar karena tidak ada ketakutan akan penipuan.
- Jika semua orang berperilaku adil, maka tidak ada pihak yang merasa dirugikan, sehingga konflik sosial bisa diminimalkan.
- Jika semua orang berempati, maka kehidupan sosial akan lebih harmonis karena setiap individu akan saling mendukung satu sama lain.
- Akhlak dalam Islam: Kesempurnaan Psikologi Manusia
Dalam Islam, akhlak bukan sekadar aturan sosial, tetapi bagian dari kesempurnaan manusia. RosulullohSAWA bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Imam Ahmad dan Al-Baihaqi)
Islam mengajarkan bahwa akhlak bukan hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga sebagai sarana untuk mendapatkan ridha Alloh dan kebahagiaan di akhirat. Akhlak yang baik seperti jujur, amanah, sabar, dan dermawan tidak hanya membawa kebaikan dalam kehidupan dunia, tetapi juga menjadi pahala besar yang dicatat oleh Alloh.
Dalam Al-Qur’an, Alloh SWT berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam Ayat 4)
Ayat ini menegaskan bahwa akhlak merupakan bagian dari kesempurnaan karakter seorang Muslim dan menjadi pedoman utama dalam menjalani kehidupan.
Secara psikologis, manusia memang membutuhkan akhlak sebagai pedoman hidup. Akhlak tidak hanya membantu menjaga keseimbangan mental, tetapi juga menjadi fondasi hubungan sosial yang sehat. Dalam masyarakat, akhlak berperan dalam menciptakan sistem yang adil, harmonis, dan berkeadaban.
Dalam Islam, akhlak merupakan bagian dari ibadah dan tanda kesempurnaan iman. Seorang Muslim yang berakhlak baik akan dihormati di dunia dan mendapatkan pahala di akhirat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita menjadikan akhlak sebagai pegangan utama dalam menjalani kehidupan.
Ingin Memahami Akhlak dalam Islam Lebih Mendalam?
Jika Anda ingin lebih memahami Konsep Akhlak dalam Islam, bagaimana membentuk karakter yang baik, serta bagaimana Islam mengajarkan keseimbangan antara psikologi dan moralitas, kunjungi website kami di darulmaarif.net.
📞 Informasi Pendaftaran Santri: 0822-1969-9610
📍 Alamat: Jl. Raya Kaplongan No. 28, Karangampel, Indramayu, Jawa Barat 42583
Mari bersama membangun peradaban yang lebih baik dengan akhlak mulia!
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.