darulmaarif.net – Indramayu, 30 Februari 2025 | 10.00 WIB

Dalam literatur pengobatan klasik, kita kerap menjumpai metode-metode unik yang digunakan untuk mendiagnosis atau mengobati penyakit. Salah satunya adalah metode dari kitab pengobatan kuno yang dinisbatkan kepada Syekh Kamaluddin Muhammad bin Musa Ad-Damiri. Dalam kitab Hayatul Hayawan Al-Kubro dijelaskan sebagai berikut:
قال الأطباء: إذا أردت أن تعلم هل المرأة عقيم أم لا، فمرها أن تمضغ فص ثوم وتجعله في فمها سبع ساعات فإن خرجت رائحته من فيها فهي قابلة للحمل، وإن لم تخرج فهي لا تحمل بإذن الله تعالى. وقال الرازي: وهي مجربة لذلك، والله أعلم.
Artinya: “Para dokter berkata: ‘Jika kamu ingin mengetahui apakah seorang wanita mandul atau tidak, maka suruhlah dia untuk mengunyah siung bawang putih yang dibungkus dengan katun dan biarkan selama tujuh jam. Jika baunya keluar dari mulutnya, maka berikan dia obat-obatan, maka dia akan hamil dengan izin Allah. Jika tidak, maka dia tidak akan hamil.’ Ar-Razi berkata: cara ini telah terbukti efektif dan Alloh Maha Mengetahui.” (Hayatul Hayawan Al-Kubro, [Beirut: Darul Kutub Al-‘Ilmiah], Juz 1/67)
Dalam kutipan tersebut disebutkan bahwa untuk mengetahui apakah seorang wanita mandul atau tidak, maka ia disuruh mengunyah bawang putih selama tujuh jam. Jika bau bawang putih muncul dari mulutnya, maka ia subur; jika tidak, maka ia dianggap tidak subur. Meskipun terdengar sederhana, metode ini memunculkan banyak pertanyaan dalam kacamata medis modern.
Kajian Sejarah dan Konteks Tradisional
Dalam kitab tersebut, muallif kitab menyebutkan Ar-Razi sebagai tokoh kedokteran Islam abad 9. Aby Bakr Muhammad bin Zakariya Ar-Razi (865–925 M), atau yang dikenal di Barat sebagai Rhazes, adalah salah satu tokoh kedokteran dan filsafat Islam yang paling berpengaruh. Ia dikenal karena pendekatannya yang ilmiah dalam memahami penyakit dan menulis banyak kitab medis. Pernyataan terkait bawang putih ini terdapat dalam teks kitab Hayatul Hayawan Al-Kubro yang merupakan bagian dari tradisi pengobatan klasik, di mana fungsi tubuh dipahami melalui sistem humor (cairan tubuh) dan teori-teori keseimbangan internal.
Bawang putih sendiri dalam pengobatan kuno dianggap sebagai zat yang memiliki “sifat panas” dan mampu menembus pori-pori serta menstimulasi organ dalam. Maka, logika pada masa itu, jika aromanya sampai ke mulut, berarti sistem pernapasan dan sirkulasi tubuh berfungsi baik – yang kemudian secara analogi dihubungkan dengan kesuburan seorang wanita.
Analisis Medis Modern: Apakah Ada Validitasnya?
Dalam ilmu kedokteran modern, diagnosis kemandulan (infertilitas) pada perempuan memerlukan pemeriksaan yang kompleks, termasuk:
- Pemeriksaan hormonal (FSH, LH, Prolaktin, TSH)
- Pemeriksaan rahim dan saluran tuba (HSG)
- USG transvaginal
- Pemeriksaan ovulasi dan siklus haidl
Bawang putih memang memiliki senyawa sulfur (allicin) yang bisa diserap dalam tubuh dan mengalir dalam aliran darah. Penelitian medis menunjukkan bahwa setelah konsumsi bawang putih dalam jumlah besar, senyawa bau dapat terdeteksi dari napas dan keringat seseorang. Namun, tidak ada hubungan ilmiah antara munculnya bau bawang putih dari napas dengan tingkat kesuburan wanita. Bau tersebut hanya menunjukkan kemampuan tubuh dalam mencerna dan menyebarkan senyawa sulfur, bukan indikator fertilitas.
Menurut Harvard Medical School dan American Society for Reproductive Medicine, faktor-faktor penyebab infertilitas perempuan lebih kompleks dan melibatkan berbagai sistem, terutama hormon dan anatomi rahim-tuba. Tidak ada satu pun studi medis yang mengaitkan langsung tes bawang putih dengan diagnosis kemandulan seorang wanita.
Kontekstualisasi Kekinian
Di era modern ini, kepercayaan terhadap metode-metode tradisional masih cukup kuat, terutama di kalangan masyarakat pedesaan atau masyarakat dengan akses terbatas ke fasilitas medis. Banyak pasangan masih mengandalkan pengobatan alternatif atau diagnosa tradisional sebagai solusi pertama dalam mengatasi masalah infertilitas.
Namun, perlu dicatat bahwa pendekatan ini seringkali menunda diagnosis dan pengobatan yang sebenarnya. Infertilitas adalah isu serius yang tidak hanya berdampak medis, tetapi juga psikologis dan sosial. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih ilmiah dan berbasis bukti (evidence-based medicine) perlu ditekankan agar penanganan infertilitas tidak menjadi ranah spekulasi.
Metode ar-Razi yang disebutkan dalam kitab Hayatul Hayawan Al-Kubro tentang bawang putih untuk menguji kesuburan perempuan adalah warisan sejarah dari tradisi pengobatan klasik. Meski menarik dan bernilai budaya, ia tidak memiliki validitas ilmiah dalam konteks medis modern. Dalam menghadapi tantangan kesuburan di era global dan modern seperti saat ini, pendekatan medis yang berbasis riset harus menjadi pilihan utama. Namun demikian, menghormati warisan pengetahuan tradisional tetap penting sebagai bagian dari identitas dan sejarah intelektual umat manusia.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Referensi:
- Harvard Medical School. (2021). Female infertility: Understanding causes and treatment.
- American Society for Reproductive Medicine. (2020). Evaluation of the infertile female: a guideline.
- Tariq, A. et al. (2017). “Garlic (Allium sativum): A Review of Potential Therapeutic Effects”. Avicenna Journal of Phytomedicine.
- Kamaluddin Muhammad bin Musa Ad-Damiri, Hayatul Hayawan Al-Kubro, [Beirut: Darul Kutub Al-‘Ilmiah], Jilid 1/67