darulmaarif.net – Indramayu, 26 Maret 2023 | 10.00 WIB
“Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari minyak misik.”
Keterangan tersebut kita dengar dari penjelasan yang datang dari hadits Nabi Saw. Seperti hadits baginda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Sahbaat Abu Hurairoh Rodliallohu ‘Anhu:
لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك
Artinya: “Sungguh bau mulut orang berpuasa, lebih harum di sisi Alloh daripada aroma misik (sebutlah kasturi).” (HR Imam al-Bukhori dan Muslim).
Bersiwak biasanya menggunakan dahan atau akar dari pohon Arok (Salvadora Persica) untuk membersihkan gigi, gusi dan mulut dari bau dan kotoran yang menempel di mulut.
Di zaman sekarang, siwak diganti dengan sikat gigi yang dioles pasta gigi, namun tak sedikit yang tetap memakai siwak untuk ittiba’ sunnah Nabi.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, bagaimana hukum bersiwak (menggosok gigi) ketika puasa di siang hari bulan Ramadhan? Apakah dibolehkan?
Dalam kitab Siroojul Wahhaaj, memakai siwak setelah tergelencirnya matahari (siang) hukumnya makruh.
ولا يكره إلا للصائم بعد الزوال ولو صوم نفل
Artinya: “Dan tidak dimakruhkan memakai siwak kecuali bagi orang puasa setelah tergelincirnya matahari meskipun saat menjalani puasa sunah. (As-Siroojul Wahhaaj Juz I/17)
( ولا يكره ) بحال ( إلا للصائم بعد الزوال ) ولو نفلا لخبر الصحيحين لخلوف الصائم أطيب عند الله من ريح المسك والخلوف بضم الخاء تغير رائحة الفم والمراد الخلوف بعد الزوال لخبر أعطيت أمتي في شهر رمضان خمسا ثم قال وأما الثانية فإنهم يمسون وخلوف أفواههم أطيب عند الله من ريح المسك والمساء بعد الزوال
Artinya: “(Dan tidak dimakruhkan sama sekali memakai siwak kecuali bagi orang puasa setelah tergelincirnya matahari meskipun saat menjalani puasa sunah). Berdasarkan hadits Nabi “Sungguh bau mulut orang berpuasa lebih harum dari minyak misik (HR. Imam Bukhori Muslim). Yang dimaksud bau mulut diatas adalah bau mulut setelah tergelincirnya matahari berdasarkan hadits nabi yang lain. “Diberikan kepada umatku lima perkara dalam bulan Ramadhan. Seterusnya beliau bersabda: Adapun yang kedua, mereka berada pada saat setelah tergelincir matahari, sedangkan bau mulut mereka di sisi Alloh lebih harum dari bau misik” (H.R. al-Hasan bin Sufyan dalam Musnadnya dan Abu Bakar al-Sam’any dalam ‘Amaliah, beliau berkata: “ini hadits hasan”. Seperti ini juga telah dikatakan oleh Imam An-Nawawi dalam Syarah Muhadzab berdasarkan cerita dari Ibnu Sholah). Kata Masaa’ (sore hari) adalah waktu setelah tergelincirnya matahari. (Mughnil Muhtaaj Juz I/56)
بشرى الكريم ٢/٧٥
و يكره للصائم و لو نفلا السواك بعد الزوال اى الغروب و ان لم يتغير فمه من الصوم بل من نحو نوم عند حج للخبر الصحيح ” لخلوف فم الصائم يوم القيامة اطيب عند الله من الريح المسك”.
Artinya: “Dimakruhkan bagi orang yang berpuasa walau puasa sunnah menggunakan siwak setelah tergelincirnya matahari sampai tenggelamnya matahari. Dan jika bau mulutnya tidak berubah sebab puasa, melainkan dari tidur selama haji, menurut riwayat yang shohih: “Sungguh bau mulut orang berpuasa, lebih harum di sisi Alloh daripada aroma misik (sebutlah kasturi).” (HR Imam al-Bukhori dan Muslim).
(Busyrol Kariim, Juz II/75)
Siwak sebelum zawal (tergelincirnya matahari) tidaklah apa-apa, karena ada pendapat yang mengatakan tidak ada kemakruhan secara mutlak meski ba’da zawal (tergelincirnya matahari) sekalipun.
Dalam keterangan yang dinukil dari kitab Kifayatul Akhyar, hukum bersiwak atau sikat gigi disiang hari saat puasa terjadi khilaf (perbedaan pendapat para ‘Ulama):
و هل يكره للصائم بعد الزوال فيه خلاف؟ الراجح فى الرافعى و الروضة انه يكره لقوله عليه الصلاة و السلام لخلوف فم الصائم الطيب عند الله من الريح المسك رواه البخارى.و فى رواية مسلم يوم القيامة. و الخلوف بضم الخاء واللام هو التغييرو خص بما بعده الزوال لان تغيير الفم بسبب الصوم حينئذ يظهر، فلو تغير فمه بعد الزوال بسبب اخر كنوم او غيره فاستاك لاجل ذلك لا يكره و قيل لا يكره الا ستياك مطلقا و به قال الائمة الثلاثة و رجحه النووى فى الشرح المهذب. (كفاية الاخيار ١٦)
Artinya: “Apakah makruh bagi orang yang berpuasa bersiwak setelah lingsir matahari? hal ini terjadi perbedaan pendapat. Pendapat yang rojih dari Imam Rofi’i dan dalam Kitab Ar-Roudlotit Thoolibin adalah makruh, hal ini didasarkan atas hadits dari imam Bukhori dan Imam Muslim, bahwasanya perubahan bau mulut orang yang berpuasa disisi Alloh adalah lebih wangi dibanding misik. Dikhususkan dengan tergelincirnya matahari, karena pada waktu itu perubaham bau mulut karena berpuasa akan tampak, apabila perubahan bau mulut sesudah matahari tergelincir disebabkan oleh hal lain semisal karena habis tidur maka bersiwak tidak dimakruhkan.
Pendapat yang kedua menghukumi tidak makruh secara mutlak dan ini adalah pendapat tiga Imam Madzhab. Dan Imam Nawawi merojihkan (menguatkan) dalam kitabnya Syarh al-Muhadzab.” (Kifayatul Akhyar, hal. 16)
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Pontren Darul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net