darulmaarif.net – Indramayu, 30 Agustus 2025 | 20.00 WIB
Dalam kehidupan modern saat ini, banyak orang tua menghadapi persoalan serius dalam mendidik anak. Tidak sedikit anak tumbuh dengan sikap kasar, mudah marah, bahkan kehilangan rasa empati. Fenomena ini seringkali bukan karena bawaan lahir, melainkan akibat dari pola asuh yang salah, kurang kasih sayang, atau lingkungan yang penuh kekerasan.
Di tengah gempuran teknologi digital, media sosial, dan budaya instan, anak-anak seringkali belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar di sekitarnya. Jika mereka tumbuh dalam keluarga yang penuh celaan, mereka pun cenderung belajar mencela. Jika lingkungan sarat dengan permusuhan, mereka akan terbiasa berkonflik. Sebaliknya, jika anak dibesarkan dengan kasih sayang, mereka akan tumbuh penuh cinta dan empati.
Inilah masalah mendasar pendidikan keluarga saat ini: orang tua sering lupa bahwa anak adalah cermin dari lingkungan tempat ia dibesarkan.
Anak Belajar dari Apa yang Ia Jalani
Puisi legendaris Dorothy Law Nolte (1924–2005), Children Learn What They Live, menggambarkan secara sederhana namun mendalam tentang bagaimana anak-anak belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Puisi pendidikan karya Dorothy Law Nolte ini diambil dari halaman vi dari buku Children Learn What They Live:
Children Learn What They Live
If children live with criticism, they learn to condemn.
If children live with hostility, they learn to fight.
If children live with fear, they learn to be apprehensive.
If children live with pity, they learn to feel sorry for themselves.
If children live with ridicule, they learn to feel shy.
If children live with jealousy, they learn to feel envy.
If children live with shame, they learn to feel guilty.
If children live with encouragement, they learn confidence.
If children live with tolerance, they learn patience.
If children live with praise, they learn appreciation.
If children live with acceptance, they learn to love.
If children live with approval, they learn to like themselves.
If children live with recognition, they learn it is good to have a goal.
If children live with sharing, they learn generosity.
If children live with honesty, they learn truthfulness.
If children live with fairness, they learn justice.
If children live with kindness and consideration, they learn respect.
If children live with security, they learn to have faith in themselves and in those about them.
If children live with friendliness, they learn the world is a nice place in which to live.
Berikut ini adalah terjemahan yang diberikan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Islam Aktual; refleksi-sosial seorang cendekiawan Muslim (Bandung: Mizan, Cet. X, 1998, hal. 187).
Anak-anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Pesan yang disampaikan Nolte sejalan dengan prinsip pendidikan Islam: anak adalah amanah dan setiap sikap orang tua akan membentuk akhlaknya.
Perspektif Islam: Pendidikan Anak Adalah Tanggung Jawab Orang Tua
Islam sejak awal menekankan bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga. Rosululloh SAW bersabda:
اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ مَا مِنْ مَوْلِدٍ اِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِتْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَانِهِ اَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: “Sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda: tidak ada seorang manusia yang terlahir kecuali dia terlahir atas fitrah (kesucian seperti tabula rasa, kertas yang belum ditulis apapun, masih putih). Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa anak tidak membawa sifat buruk sejak lahir. Karakter anak terbentuk dari pendidikan, teladan, dan lingkungan keluarga.
- Imam al-Ghozali dalam kitabnya, Ihya’ Ulum al-Din (juz III, hal. 72) menjelaskan: “Hati anak kecil itu bersih, seperti permata yang siap dibentuk. Jika dibiasakan dengan kebaikan, maka ia tumbuh baik. Jika dibiarkan pada keburukan, maka ia akan binasa.”
- Imam al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim (hal. 39) menekankan pentingnya kelembutan guru dan orang tua: “Seorang pendidik hendaklah memperlakukan anak didiknya sebagaimana anaknya sendiri, dengan penuh kasih sayang, kelembutan, dan kesabaran.”
Dengan kata lain, Islam menekankan hal yang sama dengan Dorothy Law Nolte: anak belajar dari bagaimana ia diperlakukan.
Birrul Walidain dan Lingkaran Kasih Sayang
Konsep Birrul Walidain dalam Islam bukan hanya kewajiban anak kepada orang tua, tetapi juga pengingat bagi orang tua agar menunaikan hak anak. Orang tua yang menanamkan kasih sayang akan menuai cinta dan hormat dari anak-anaknya. Sebaliknya, orang tua yang membesarkan dengan celaan dan kemarahan, hanya akan menanam bibit kebencian. Alloho SWT menegaskan dalam QS. An-Nisa ayat 9:
﴿وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَـٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Alloh orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Maka hendaklah mereka bertakwa kepada Alloh dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Ayat ini menekankan bahwa pendidikan anak harus dilakukan dengan perkataan yang baik, kasih sayang, dan perlindungan.
Imam Ibn Hajar al-Haitami dalam kitabnya, al-Zawajir (juz II, hal. 77) menegaskan bahwa orang tua yang lalai mendidik anak termasuk dalam dosa, karena meninggalkan anak dalam keadaan lemah akhlak dan iman.
Pesan Dorothy Law Nolte melalui puisinya sejalan dengan ajaran Islam: anak-anak belajar dari apa yang mereka alami setiap hari. Jika mereka dibesarkan dalam celaan, mereka akan belajar membenci. Jika dibesarkan dalam kasih sayang, mereka akan tumbuh penuh cinta dan iman.
Islam memandang pendidikan anak sebagai amanah besar. Oleh karena itu, setiap orang tua perlu merenungi: lingkungan macam apa yang sedang ia ciptakan untuk buah hatinya? Karena sejatinya, anak adalah cermin yang memantulkan bagaimana kita memperlakukannya.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.