Alasan Santri Baru Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu tidak Boleh Dijenguk Selama 40 Hari

darulmaarif.net – Indramayu, 13 Juli 2024 | 10.00 WIB

Di Pondok pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu, ada sebuah peraturan bagi santri baru dilarang dijenguk orangtua nya atau pulang sebelum 40 hari. Mungkin orangtua atau wali santri bertanya-tanya: kenapa tidak boleh dijenguk selama 40 hari pertama? Yuk kita jawab alasannya.

Mengenalkan Lingkungan Pondok
Pertama kali santri berangkat mondok tentunya belum mengenal pondok secara keseluruhan, bahkan tempat atau ruangan dan fasilitas pondok belum mereka ketahui. apalagi mengenai kebiasaan dan aktifitas yang ada di pondok pesantren.

Pada 40 hari pertama santri dikenalkan dengan lingkungan pondok dan aktifitas pondok. Bagaimana cara santri beradaptasi dengan lingkungan, bagaimana cara belajar santri, bagaimana adab santri dan lain sebagainya. Sebelum 40 hari tentunya santri belum bisa mengenal secara keseluruhan, ketika mereka pulang atau dijenguk sebelum 40 hari tentunya mereka akan menceritakan hal-hal yang ada di pondok, sedangkan pengetahuan mereka sendiri tentang pondok belum sepenuhnya tau. Santri juga dilatih untuk peka terhadap lingkungan sosial yang baru, yakni teman-teman santri lain. Kalau di rumah anak terbiasa hidup sendiri dan jarang berkomunikasi dangan teman-temanya, kalau di pondok santri harus bisa berkomunikasi dan dan bersosialisasi dengan teman selama 24 jam, santri tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi harus bisa membantu teman sekitar, bisa membuat nyaman teman-teman lain dan sebagainya. Santri juga harus sabar ngantri lho, nggak boleh berebut, karena kita semua hidup bersama. Selama 40 hari bersama tentunya santri bisa mengenal karakter satu sama lain.

Kenapa Sih Harus 40 Hari?

Dalam kisah nabi Musa ‘Alaihissalam yang terdapat dalam surat Al-A’raf Ayat 142, setelah Nabi Musa dan kaumnya selamat dari Fir’aun, beliau melakukan riyadloh bathin, yaitu dengan menjauhi kemelut dunia dan bermunajat kepada Alloh Swt semata, beliau mengasingkan diri di bukit Sinai selama 40 hari dan kemudian mendapatkan janji Alloh, yaitu kitab Suci Taurot dan kembali kepada kaumnya Bani Israil.

Pada riwayat lain, suatu hari Rosululloh Saw berwasiat kepada Sayyidina Ali Rodliyallohu ‘Anhu,

يَا عَلِيُّ، إِذَا مَضَى عَلَى الْمُؤْمِنِ أَرْبَعُوْنَ صَبَاحًا وَلَمْ يُجَالِسِ الْعُلَمَاءَ قَسَى قَلْبُهُ وَجَسُرَ عَلَى الْكَبَائِرِ لِأَنَّ الْعِلْمَ حَيَاةُ الْقَلْبِ

Artinya: “Wahai Ali, jika melampaui empat puluh hari seorang mukmin tidak berkumpul dengan Ulama (seperti tidak mau silaturahim dengan Ulama, mendengarkan nasihat Ulama, datang ke pengajian atau majelis ilmu para Ulama) maka jadi keras hatinya dan berani untuk melakukan dosa-dosa besar. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah kehidupan hati.”

Dengan aturan karantina santri selama 40 hari tidak boleh dijenguk orangtua atau wali santri nya, santri baru akan dibiasakan dengan majlis-majlis ilmu dan dzikir, bergumul dengan para asatidz dan asatidzah, dewan Masyayikh pondok, dengan begitu santri akan dibentuk menjadi karakter manusia langit yang akan terbiasa istiqomah dalam ibadah dan kebaikan lainnya.

Dalam sebuah hadits meriwayatkan, dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata:

عَنْ أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الإِسْلامِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدَاً غَيْرَكَ؟ قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ باللهِ ثُمَّ استَقِمْ” رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: Dari Abi ‘Amroh, Sufyan bin ‘Abdillah, Aku berkata: “Wahai Rosulalloh, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak bertanya kepada seorang pun setelah engkau.” Beliau menjawab, “Katakanlah, aku beriman, lalu Istiqomah.” (HR. Imam Muslim)

Disamping santri dibiasakan untuk beribadah dan melakukan kebaikan-kebaikan sesaui ajaran Islam, santri juga dibiasakan untuk istiqomah dalam mengerjakannya. Sehingga akan terbentuk karakter santri yang beriman dan bertakawa, serta berakhlak baik terhadap sesama santri lainnya.

Dalam kehidupan pondok pesantren juga, santri baru agar bisa betah di pondok harus riyadloh melupakan kehidupan dan kebiasaan nya di rumah, tidak memikirkan kondisi apapun yang ada di rumah selama 40 hari, sampai hatinya sudah terbiasa dengan kehidupan pondok. Setelah 40 hari santri baru boleh dijenguk oleh orang tua, karena telah selesai melakukan riyadloh seperti Nabi Musa ‘Alaihissalam. tentunya setelah 40 hari ini diharapkan santri juga dapat melakukan riyadloh-riyadloh lainnya dan mampu menghadapi ujian dan tantangan lainya di pondok pesantren.

Ajaran-ajaran tasawuf dan juga Syari’at Islam banyak sekali yang menggunakan bilangan 40 puluh, begitu juga riyadloh atau amalan tarekat. Seperti proses penciptaan manusia, Proses meninggalnya manusia, amalan riyadloh Yaman Huwa, dsb. Yang mungkin penjelasan lengkapnya akan disampaikan pada artikel berikutnya.

Selain ada dalil rujukan dalam Islam, aturan 40 hari tidak boleh dijenguk juga terdapat dalam buku yang berjudul The Power of Habit karya Charles Duhigg. Ia menjelaskan bagaimana sebuah kebiasaan terbentuk, yakni dengan konsep 40 hari, sebuah tindakan atau kegiatan bisa menjada kebiasaan apabila mampu dilaksanakan terus selama 40 hari. Tanpa terasa setelah kegiatan tersebut dilakukan selama 40 hari, kita akan merasakan ada yang kurang ketika kita meninggalkanya. kita ambil contoh, Kita ingin bisa istiqomah belajar, maka kita membuat tabel jadwal belajar seperti dibawah.

Setiap hari kita mengisi tabel tersebut dengan tanda centang bila kegiatan belajar tersebut dilaksanakan dan tanda silang bola kegiatan tersebut tidak kita laksanakan, dimulai dari hari pertama sampai hari yang ke-empat puluh. Setelah itu kita koreksi dari jadwal tersebut, berapa hari yang dilaksanakan dan berapa hari yang tidak dilaksanakan.

Insya Alloh setelah itu kita mampu istiqomah belajar. Begitu juga kegiatan-kegiatan lainya. Buatlah jadwal selama 40 hari, laksanakan, setelah itu kegiatan tersebut akan menjadi kebiasaan.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.