darulmaarif.net – Indramayu, 24 November 2025 | 16.00 WIB
Di tengah tantangan moral generasi hari ini—mulai dari krisis akhlak, paparan digital yang tanpa batas, hingga pudarnya keteladanan orang tua—mempunyai anak sholih sholihah menjadi cita-cita mendesak setiap keluarga muslim. Banyak orang tua bekerja keras dari pagi hingga malam, namun lupa bahwa investasi terbesar bukanlah harta, melainkan generasi yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Rosululloh SAW telah mengingatkan bahwa anak sholih sholihah bukan hanya anugerah, tetapi juga amal jariyah yang terus mengalir. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat, (3) anak sholih yang mendoakan kedua orang tuanya.” (HR. Imam Muslim)
Hadis ini menjadi motivasi utama bahwa memiliki anak sholih sholihah bukan sekadar harapan, tetapi proyek besar kehidupan yang harus dibangun sejak sebelum pernikahan.
- Memulai dari Pernikahan yang Sah dan Pasangan yang Baik Agamanya
Setiap orang tua yang ingin memiliki anak sholih sholihah harus memulainya dari pernikahan yang sah secara syariat. Ulama menegaskan bahwa keturunan yang baik lahir dari pasangan yang baik pula. Dalam I’anatuth Tholibin karya Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi disebutkan:
ينبغي لمن أراد التزوج أن يتحرى ذات الدين والخير والصلاح وإن كانت فقيرة وغير فائقة الجمال
Artinya: “Bagi siapa yang hendak menikah, hendaknya memilih wanita yang agamanya baik, akhlaknya baik, dan shalihah, meskipun dia miskin dan tidak terlalu cantik.” (I’anauth Tholibin, Juz 3, hal. 287, Penerbit Dar al-Fikr, Beirut, 1997)
Rosululloh SAW bersabda:
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya: “Utamakan yang baik agamanya, niscaya engkau beruntung.” (HR. Imam Bukhori-Muslim)
Pondasi keluarga yang baik adalah awal dari lahirnya anak sholih sholihah yang penuh keberkahan.
- Sunnah dan Adab Ketika Berhubungan Suami Istri
Untuk mendapatkan anak sholih sholihah, syariat bahkan mengatur adab ketika jima’. Dianjurkan membaca ta’awudz, basmalah, surah Al-Ikhlas, dan doa:
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya: “Ya Alloh, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.” (HR. Imam Bukhori dan Muslim)
Para ulama juga memberi catatan adab seperti menjaga kebahagiaan hati, menghindari jima’ saat marah, saat haid, saat kelelahan berat, serta memilih waktu yang baik. Semua adab ini diyakini berpengaruh pada keberkahan keturunan agar lahir anak sholih sholihah yang sehat lahir batin.
- Menjaga Makanan Ibu Hamil dari yang Haram dan Syubhat
Jika ingin anak sholih sholihah, makanan ibu hamil harus bersih dari yang haram dan syubhat. Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghozali dalam Ihya’ Ulumuddin menegaskan:
الطِّفْلُ يَتَأَثَّرُ بِطَعَامِ أُمِّهِ وَسَيْرِ أَحْوَالِهَا
Artinya: “Anak dipengaruhi oleh makanan ibunya dan kondisi spiritualnya.”
(Ihya’ Ulumuddin, Juz 3, hal. 72, Dar al-Ma’rifah, Beirut, 2010)
Janin tidak hanya membutuhkan gizi, tetapi juga keberkahan makanan agar tumbuh menjadi anak sholih sholihah.
- Orang Sholih yang Pertama Kali Menyentuh Bayi
Ketika bayi lahir, dianjurkan yang pertama kali menyentuhnya adalah orang yang bertakwa. Ini dikenal dengan tafa’ul, yakni berharap mendapatkan keberkahan dari orang sholih agar bayi tumbuh menjadi anak sholih sholihah.
- Mengumandangkan Adzan dan Iqomah
Dalam kitab Tuhfahul Muhtaj karya Ibnu Hajar al-Haitami dijelaskan:
وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُؤَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَيُقَامَ فِي الْيُسْرَى
Artinya: “Disunnahkan mengumandangkan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri bayi.” (Tuhfahul Muhtaj, Juz 7, hal. 37, Dar al-Fikr, 2001)
Ini sebagai benteng pertama agar bayi tumbuh dengan fitrah keimanan dan menjadi anak sholih sholihah sejak awal kehidupannya.
- Tahniq oleh Ulama atau Orang Sholih
Dalam Irsyadus Sari karya al-Qasthalani disebutkan:
وَيُسْتَحَبُّ التَّحْنِيكُ بِتَمْرٍ أَوْ عَسَلٍ مِنْ قِبَلِ رَجُلٍ صَالِحٍ
Artinya: “Disunnahkan mentahniq bayi dengan kurma atau madu oleh seorang lelaki shalih.”
(Irsyadus Sari, Juz 8, hal. 442, Dar Ihya’ al-Kutub, Mesir, 2020)
Tahniq diyakini memberi keberkahan dan menjadi doa praktis agar bayi tumbuh menjadi anak sholih sholihah.
- Membaca Surah Al-Qadr di Pelipis Bayi
Sebagian ulama menganjurkan membaca Surah Al-Qadr pada pelipis bayi untuk memohon perlindungan dari fitnah besar, termasuk zina. Upaya ini bagian dari ikhtiar melindungi anak sholih sholihah dari godaan zaman.
- Memberi Nama Baik, Mencukur Rambut, dan Aqiqah
Pada hari ke-7, sunnah memberi nama yang baik, mencukur rambut, dan melaksanakan aqiqah. Dalam Irsyadus Sari disebutkan:
وَيُسْتَحَبُّ تَسْمِيَتُهُ فِي الْيَوْمِ السَّابِعِ
Artinya:Disunnahkan memberi nama bayi pada hari ketujuh.” (Irsyadus Sari, Juz 8, hal. 254)
Nama yang baik adalah harapan agar anak tumbuh menjadi anak sholih sholihah yang membawa kebaikan sepanjang hidup.
- Khitan sebagai Penyempurna Fitrah
Dalam kitab Nihayatuz Zain karya Syekh Nawawi al-Bantani dijelaskan:
الْخِتَانُ سُنَّةٌ فِي السَّبْعَةِ وَالْأَرْبَعِينَ وَجَائِزٌ إِلَى الْبُلُوغِ فَإِذَا بَلَغَ وَجَبَ
Artinya: “Khitan sunnah pada hari ke-7 hingga 40 hari, boleh hingga baligh, dan ketika baligh hukumnya wajib.” (Nihayahuz Zain, hal. 358, Dar al-Fikr, Beirut, 2018)
Khitan mendidik anak menjaga kebersihan dan fitrah, bagian dari proses membentuk anak sholih sholihah.
- Tahapan Mendidik Anak Menuju Kesholihan
Pendidikan anak sholih sholihah tidak instan, tetapi bertahap sesuai umur:
- Usia 3 tahun: Ajarkan kalimat Laa ilaha illaLloh 7 kali.
- Usia 3 tahun 7 bulan 20 hari: Ajarkan Muhammadur Rosululloh SAW 7 kali.
- Usia 5 tahun: Ajarkan kanan dan kiri, lalu arahkan sujud ke kiblat.
- Usia 6 tahun: Mulai contohkan sholat.
- Usia 7 tahun: Wajib menyuruh anak sholat (I’anah, Juz 1, hal. 25).
- Usia 10 tahun: Jika meninggalkan shalat, boleh dipukul sebagai pendidikan.
- Usia 7 tahun ke atas: Ajarkan membaca Al-Qur’an dan menulis.
Tahapan ini menjadi fondasi kuat menjadikan mereka anak sholih sholihah yang disiplin dalam ibadah.
- Masukkan Anak ke Pesantren
Langkah paling strategis agar memiliki anak sholih sholihah adalah memasukkan mereka ke pesantren. Pesantren salaf mengajarkan tauhid, akhlak, adab, serta ilmu syariat secara mendalam. Lingkungan pesantren adalah benteng moral yang hari ini semakin langka.
Di tengah derasnya arus modernitas, lahirnya anak sholih sholihah bukan perkara kebetulan. Ia perlu usaha, ilmu, dan lingkungan yang tepat. Orang tua adalah madrasah pertama, tetapi pesantren adalah benteng kokoh yang menjaga akhlak dan masa depan anak.
Jika Anda ingin memberikan pendidikan terbaik yang bersumber dari tradisi ulama salaf, penuh nilai, disiplin, dan keberkahan, maka inilah saatnya mengambil langkah besar.
Ayo Daftarkan Putra-Putri Anda Menjadi Santri Baru
Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu Tahun Ajaran 2026/2027
Bentuk masa depan mereka menjadi anak sholih sholihah, berilmu, beradab, dan siap menjadi cahaya bagi umat.
Jangan tunda—pendaftaran segera dibuka!
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.