darulmaarif.net – Indramayu, 21 November 2025 | 14.00 WIB
Di era modern saat ini, masyarakat menghadapi berbagai tantangan kesehatan dan gaya hidup yang berdampak pada pola konsumsi mereka. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa gangguan kesehatan seperti obesitas, penyakit diabetes, dan tekanan darah tinggi terus meningkat, yang sering kali berkaitan dengan pola makan tidak sehat dan bahan makanan yang kurang berkualitas. Di tengah tantangan tersebut, konsumen Muslim semakin menyadari pentingnya mengutamakan makanan dan minuman yang tidak hanya halal, tetapi juga thayyib.
Menyikapi persoalan ini, konsep halal-thayyib dalam Islam hadir sebagai solusi yang mengajarkan umat untuk memilih konsumsi yang sehat, bersih, dan membawa keberkahan. Artikel ini mengajak pembaca untuk memahami makna halal-thayyib secara mendalam berdasarkan sebagai panduan hidup sehat di zaman modern.
Al-Qur’an telah menegaskan terkait pentingnya Memilih yang Halal dan Thayyib sebagaimana Alloh SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَات الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian” (QS. Al-Baqoroh Ayat 168)
Ayat ini memerintahkan agar setiap Muslim tidak hanya memilih makanan yang halal secara syariat, tetapi juga yang thayyib—yang baik, sehat, dan membawa manfaat bagi tubuh dan jiwa.
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, thayyib meliputi segala sesuatu yang baik dan menyehatkan, bukan sekadar kebolehan makan saja. (Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, hlm. 45). Beliau nyatakan bahwa penjelasan mengenai halalan thayyiban dalam Surat Al-Baqoroh sebagai berikut:
مستطابا في نفسه غير ضار للأبدان ولا للعقول
Artinya: “Sesuatu yang baik, tidak membahayakan tubuh dan pikiran” (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim, [Beirut: Darul Ihya’ Al-Kutub al Arobiyyah] jilid I, hal. 253)
Selain itu, Imam Ibnu Jarir ath-Thabari menyebutkan dalam karyanya Jami’ Al Bayan fii Ta’wilil Qur’an menyebutkan bahwa maksud kata thayyiban adalah suci, tidak najis lagi tidak haram.
Hal ini menegaskan bahwa kualitas makanan ‘halalal thayyiban’ sangatlah penting bagi kondisi psikis umat manusia. Baginda Rosululloh SAW bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
Artinya: “Sesungguhnya segala sesuatu tergantung niatnya.” (HR. Imam Bukhori dan Muslim)
Hadits ini mengajarkan bahwa niat dalam memilih makanan hendaknya tulus demi menjaga kesehatan dan beribadah, sehingga konsumsi tidak sekadar kebutuhan biologis, tapi juga sebagai sarana ibadah. Syekh Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni menjelaskan:
وَحَلَالُ الْمَأْكُلِ الْمُبَاحُ الَّذِي لَا يُغِيِّرُهُ شَيْءٌ وَمُطَهَّرٌ مِنَ الْأَذَى
Artinya: “Halal adalah yang diperbolehkan dan bebas dari najis atau yang merusak tubuh, sementara thayyib meliputi yang memberi manfaat dan kebersihan.” (Al-Mughni[Dar al-Fikr: Beirut], Juz IV, hlm. 210)
Imam Al-Ghozali dalam kitab Qurratul ‘Ayn memberikan gambaran bahwa pentingnya kita menjaga kualitas konsumsi untuk keselarasan tubuh dan jiwa.
طُهُورُ الْقَلْبِ بِنَظَافَةِ الْجَسَدِ
Artinya: “Kesucian hati bermula dari kebersihan tubuh.” (Dar Ihya’ al-Turots, 2012, hlm. 98)
Dalam kehidupan modern, kita sering dihadapkan pada makanan cepat saji, produk olahan yang penuh bahan kimia, dan kurangnya kesadaran akan pola konsumsi sehat. Menyikapi persoalan ini, konsep halal-thayyib mengajak kita untuk secara sadar memilih makanan yang baik, bukan hanya “boleh dimakan.” Dengan memilih yang halal-thayyib, kita menjaga kesehatan dan kualitas hidup, sekaligus memenuhi tuntunan agama. Imam Ibnu Rusyd menegaskan bahwa:
النَّظَافَةُ مِنَ الإِيْمَانِ
Artinya: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005, hlm. 145)
Sebagai motivasi agar kita memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan sekitar sebagai manifestasi keimanan dengan menjaga amanah tubuh yang diberikan Alloh SWT.
Memahami halal-thayyib membuka perspektif baru bahwa konsumsi makanan mempengaruhi keseluruhan kualitas hidup—fisik, mental, dan spiritual. Konsumsi yang sehat dan bersih merupakan wujud syukur kepada Alloh SWT dan penghormatan atas nikmat hidup. Kita diajak untuk cermat dalam memilih sumber bahan makanan, memerhatikan cara pengolahan, dan menjaga kebersihan serta etika konsumsi.
Prinsip ini sangat relevan di tengah budaya konsumsi modern yang cenderung tergesa-gesa dan kurang memperhatikan kesehatan. Dengan berpegang pada konsep halal-thayyib, kita bisa menjaga keseimbangan hidup dan memperoleh keberkahan dalam aktivitas sehari-hari.
Konsep halal dan thayyib tidak hanya menjadi aturan, melainkan juga panggilan spiritual dan kesehatan. Di zaman yang penuh tantangan gaya hidup dan pola makan tidak sehat, menjadi penting bagi setiap Muslim untuk kembali merenungi dan mengimplementasikan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi yang halal-thayyib bukan hanya menjaga tubuh dan jiwa, tetapi juga meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan kepada Alloh SWT. Bagaimana Anda mulai menyesuaikan pola konsumsi untuk mewujudkan hidup yang halal, sehat sekaligus berkah?
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.