darulmaarif.net – Indramayu, 15 Mei 2025 | 08.00 WIB
Penulis: Ust. Juedi*

Jelang boyong dari pondok pesantren, para santri putra kelas XII Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan sowan pamitan kepada para kyai pengasuh pondok. Tradisi ini menjadi momentum penuh haru sekaligus spiritual yang sarat makna. Selain sowan, para santri juga melaksanakan ziarah ke Makbaroh Kyai Arsyad—sesepuh Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan—dan dilanjutkan ke makbaroh Sunan Gunung Jati di Cirebon sebagai bentuk penghormatan kepada para wali dan ulama.
Langkah ini merupakan bagian dari adab seorang santri yang hendak meninggalkan pesantren. Mereka tidak hanya berpamitan secara fisik, tapi juga menyambung sanad keberkahan dengan para guru yang telah mendidik mereka selama bertahun-tahun.
Diketahui, para santri tersebut akan melanjutkan perjalanan hidup ke berbagai penjuru dunia. Ada yang kuliah atau bekerja ke kota-kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, Bogor, dan Blitar. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang merantau ke mancanegara seperti Jerman, Jepang, Arab Saudi, hingga Korea Selatan.
Dalam kesempatan pamitan tersebut, para kyai memberikan wejangan berharga yang akan menjadi bekal hidup para santri di luar setelah lulus dari pesantren.
Buya KH. Mukromin Thohir, salah satu pengasuh utama pesantren, menegaskan pentingnya menjaga sholat lima waktu:
“Santri yang sudah boyong jangan pernah meninggalkan sholat lima waktu. Dan sholatnya harus berjamaah. Di manapun kalian berada, jadilah orang yang bermanfaat bagi sekitar.”

Sementara itu, KH. Hasbullah, Lc. mengingatkan bahwa santri memiliki tanggung jawab moral terhadap dunia:
“Jagalah isi dunia ini di manapun kalian berada. Amalkan ilmu yang telah kalian peroleh di pesantren DM, karena kalian adalah penerus perjuangan Nahdlatul Ulama (NU).”

Pesan yang sangat menyentuh juga datang dari Kyai Sanuri, S.Pd.I yang menekankan pentingnya adab kepada guru:
“Jaga sopan santun. Jangan pernah mengatakan kepada seseorang bahwa guru itu bekas guru saya. Selamanya guru adalah guru kalian, karena merekalah yang mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kalian. Jangan pernah meninggalkan sholat lima waktu, dan istiqomahlah dalam beribadah.”

Tradisi sowan sebelum boyong ini bukan hanya sekadar seremonial formal semata, melainkan bagian dari adab ilmiah dan rihlah spiritual yang telah diwariskan oleh para ulama sejak dahulu. Dalam khazanah keislaman, sowan kepada guru sebelum boyong mengandung nilai adab dan tabarrukan (mengambil keberkahan) dan ilmu yang bermanfaat, sebagaimana disebutkan dalam kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnujy:
اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله وتعظيم الأستاذ وتوقيره
Artinya: “Ketahuilah, Seorang murid tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat ilmu yang bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu, ahli ilmu, dan menghormati keagungan guru.” (Burhanuddin Az-Zarnujy, Ta’imul Muta’allim, Bab Ta’dzimul ‘Ilmi wa Ahlihi, hal. 23)
Dengan tradisi ini, Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan tak hanya mencetak santri berilmu, tetapi juga menanamkan akhlak, ketundukan, dan penghormatan kepada para pembimbing ruhani yang telah mencurahkan segalanya demi keluhuran ilmu dan peradaban umat manusia.
Semoga bermanfaat.
* Pengasuhan Putra Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan